30 November 2013

Hunting Foto

#Semua Umur

Pekerjaan di luar basecamp masih panjang
Sayang cuaca kurang mendukung sehingga banyak waktu terbuang terhambat kiriman logistik yang tersendat.

Minimnya fasilitas hiburan disiasati dengan berbagai cara. Teman yang betah di barak sukanya mantengin laptop untuk main game atau nonton film. Penggemar mancing nongkrongnya di pinggir sungai. Para pemburu kelayapan di hutan nyari apa saja yang sekiranya bisa untuk perbaikan gizi.

Kalo aku sih tak pernah jelas arah tujuan
Kadang ke sungai, kadang ke hutan, manjat tower dll dll pokoknya dimana ada tempat asik buat motret di situlah tempatku nongkrong.

Di sini cukup banyak spot unik yang susah dicari di daerah lain. Tak hanya pemandangan alam. Para pekerja dan alat berat juga asik untuk aktifitas candid alias jepret nyolong. 




Beberapa hari lalu, aku sempat keranjingan motret burung di hutan. Sayang acara ini jadi kacau ketika beberapa teman bilang ikut namun salah pengertian. Aku bilang hunting itu maksudnya hunting foto. Eh, para penggembira ini datang dengan menenteng senapan masing-masing.

Jadinya nyebelin...
Sudah bersibuk ria cari sudut pandang yang bagus, pasang tripod dan seting kamera secara manual. Baru mulai ngintip-ngintip, tau-tau burungnya jatuh keduluan dijepret teman pake bedil angin.
#Mondol...



Gagal mulu motret di hutan, aku pindah haluan ke rawa-rawa Juru Banu yang suasananya rada eksotis. Biar tidak monoton motoin alam doang, aku ajak staf cewek yang suka narsis di pesbuk untuk jadi model.

Namanya juga model asal-asalan, kalo disuruh gaya hasilnya malah ga asik. Jadinya lebih banyak aku jepret secara candid agar kelihatan lebih alami dan tidak terkesan alay.




Acara hunting foto yang ini memang sukses dari gangguan para penembak burung. Sayangnya muncul gangguan baru dari mereka yang mendadak kasak-kusuk minta nomer hape. Katanya pengen nembak cewek-cewek yang aku ajak...
#Semprul...


Akhirnya acara motret model tidak dilanjutin
Bukannya males diganggu sama yang mau nembak modelnya
Tapi takut kalo-kalo si model malah nembak tukang tukang fotonya

Bisa bikin klepek-klepek tar...
*disambit panci ibue Ncip...



NB
Kalo kurang jelas klik saja gambarnya
Atau lihat di lapak sebelah


Read More

28 November 2013

Juru Banu

#Semua Umur

Om Budy Sinichi nanya lokasi foto-foto di blog sebelah. Mengingat di situ aku khususkan untuk galeri foto, jawabnya di sini saja deh...


Daerah itu namanya Juru Banu. Masuk kecamatan Paju Epat Kabupaten Barito Timur dan merupakan lokasi favorit untuk teman-teman di unit kerja pelabuhan yang gemar mancing.

Desa yang terletak di tepi sungai Sirau itu terisolir dari daerah sekitarnya oleh rawa-rawa. Wajar bila Juru Banu tidak dihuni oleh suku Dayak melainkan suku Banjar yang masuk ke pedalaman melalui jalur sungai.

Sungai merupakan sumber penghidupan masyarakat. Dari sekedar mandi cuci kakus sampai mengais rejeki tak bisa lepas dari air. Rumah-rumah warga pun dibangun di atas panggung dan sebagian lagi merupakan rumah terapung. 

Sarana transportasi utama di sana menggunakan perahu. Warga kelas menengah ke bawah pakainya sampan kayuh. Diatasnya itu masih pake jukung kayu tapi sudah bermesin. Kalo ada speedboat terparkir di depan rumah, berarti masuk golongan kaya.

Mancing

Mata pencaharian penduduk kebanyakan mencari ikan, dari sekedar mancing, menjala atau pun pasang jaring. Sebagian lagi berdagang baik itu buka warung permanen maupun dagang keliling menggunakan perahu. 

Tukang jualan sayur biasanya pake sampan kecil. 
Yang kelas mini market pake perahu besar dengan isi dagangan komplit.

Mandi

Warung gado-gado atau bakso terapung pun ada. 
Kalo mau jajan tinggal teriakin saat perahunya lewat. Kita mau bersantap di pinggir sungai atau naik ke perahu sekalian ikut jalan-jalan menyusuri sungai pun boleh. Pokoknya berasa naik kapal pesiar dah...

Mini Market Terapung

Karena terisolasi dari daerah sekitar, kemudian dibangun jembatan kayu ulin sepanjang hampir satu kilometer. Ini yang terlihat keren di mata pendatang seperti aku. Suasananya apalagi di sore hari begitu eksotis dan asik banget buat hunting foto atau sekedar nongkrong setelah jenuh seharian liatin tumpukan batu bara.

Jembatan Panjang

Pokoknya susah diungkapkan dengan kata-kata
Lihat saja fotonya, siapa tahu jadi ada gambaran kondisi di sana. Tapi maaf aku pakenya resolusi rendah biar tidak terlalu berat.

Yang penasaran dengan gambar hi res, silakan mampir ke Fotoku saja...

Semoga ini bisa menjawab pertanyaan Om Budy...
Terima kasih...
Sama-sama...

Read More

Fast Burst Camera

#Semua Umur

Kamera rusak di Pangandaran

Sementara belum ada ganti, berarti modalnya cuma kamera hape doang. Sekedar untuk ilustrasi blog, hasil jepretan si Defy sebenarnya lumayan asalkan pencahayaan cukup. Lagian kan selalu di resize sekecil mungkin dan tak akan diaplut mentah-mentah dalam resolusi 5 MP.

Susahnya aplikasi bawaan si Defy bukaan rana dan saat menyimpan gambar agak lambat. Rada repot untuk motret aktifitas anak-anak yang tak pernah bisa diam.

Alternatifnya aku install aplikasi Fast Burst Camera. Tak terlalu istimewa selain dalam hal kecepatan jepret. Resolusinya cuma 798 x 498 pixel. Memang termasuk rendah namun masih memadai untuk blog.

Shutternya mampu bergerak cepat selama tombol jepret ditekan. Dengan memori hape cuma 512 MB, aku bisa motret terus menerus selama 10 detik sebelum akhirnya kecepatannya melambat. Jadinya aku bisa motret gerakan anak-anak dengan hasil lebih tajam tanpa ngeblur.

Memang masih ada foto yang blur dampak gerakan anak terlalu cepat. Namun dengan mode fastburst itu kita bisa pilih foto mana yang bagus setelah dipindahin ke komputer. Toh perbedaan antara foto yang satu dengan yang lain tak terlalu banyak. Yang kurang bagus mendingan dihapus saja ketimbang menuh menuhin hardisk.

Kata pembuatnya sih bisa jepret sampe 30 gambar dalam satu detik. Tapi itu untuk hape kelas premium kali. Hape tipe pertamax kaya punyaku paling banter 10 gambar perdetik doang.




Baiknya sih jangan terlalu lama sekali jepret dalam mode burst. Kalo sampe kehabisan memori bisa mogok aplikasinya dan foto yang belum sempat tersimpan bakalan lenyap. Kayaknya saat ambil gambar, datanya disimpan di RAM dulu. Setelah selesai baru dipindahin ke kartu memori.

Eh iya...
Aplikasi ini bisa juga pake mode single shot. Dan aku rasa loadingnya lebih cepat ketimbang aplikasi bawaan atau aplikasi lain yang ada di Google Play.

Kira-kira begitu
Siapa tahu ada yang butuh...





Read More

26 November 2013

Krisis

#Bimbingan Orang Tua

Terdampar di pedalaman jauh dari base camp, sama artinya hidup dalam keterbatasan menurut asumsi umum.

Pertama krisis sinyal
Sudah seminggu lebih tak bisa nelpon ke rumah. Kegunaan hape hanya untuk main game saat melepas lelah di lapangan. Kalo pun ada fungsi yang lebih keren paling banter untuk nyambit babi hutan iseng yang keluyuran ke barak.

Internet ada namun kondisinya darurat sebatas kirim email. Untuk posting jurnal saja sudah repot makanya males bener mau balesin komen atau jalan-jalan ke blog teman. Tapi untuk yang ini kayaknya dalam satu dua hari akan bisa teratasi.

Kirim surat lebih tak memungkinkan lagi. Boro-boro ada tukang pos mau kelayapan kemari yang butuh offroad mandi lumpur 2 atau 3 jam dari kota. Orang yang dekat-dekat kota kabupaten saja, surat musti diambil sendiri ke kantor pos. Tiki dan JNE pun sami mawon.

Selanjutnya adalah krisis ransum
Jatah nasi bungkus dari perusahaan untuk karyawan buangan begitu ala kadarnya. Kalo ingin perbaikan gizi musti cari warung yang menunya kaki lima namun bertarif bintang lima. Lumayan repot kalo musti merogoh dompet pribadi plus pasukan pasti ngikut minta minta dibayarin.

Saat ini memang lagi ngedampingi vendor yang biasanya mereka ada anggaran entertainment. Tapi kayaknya ketiban sial nih. Kerjain proyek bernilai ratusan juta, air mineral saja masih beli sendiri.

Pernah teman-teman iseng ngajak mereka ke warung beli sop iga. 
Maksudnya sih mancing doang biar ditraktir. 

Selesai makan...
Es teh sudah nambah dua kali, eh si bos vendornya masih adem ayem saja. Pura-pura bangkit keluarin dompet sambil nyuruh ibu warung berhitung, tetap saja beliau pasang tampang tanpa dosa. 

Jadinya sepulangnya dari sana, pasukan aku ancam jangan sekali-kali punya ide ngajak ke warung lagi kecuali siap bayarin.

Sebenarnya ada satu krisis lagi namun kurang senonoh untuk diceritakan.
Krisis kancut...

Wassalam...



Read More

22 November 2013

Kembali Ke Hutan

#Bimbingan Orang Tua

Beberapa pekerjaan datang beruntun memotong cuti.

Sebagian proyek memang digarap vendor. Namun tetap saja bikin mumet karena waktunya berbarengan dan jauh dari base yang artinya harus melupakan kasur empuk di mess selama beberapa minggu.

Setiap ada pekerjaan di pedalaman, hambatan non teknis yang bersifat X-File selalu terjadi. Timku sih sudah biasa. Namun tidak demikian dengan pekerja kiriman dari Jakarta.

Salah satunya saat pasang CCTV di bengkel alat berat.

Teman yang mata batinnya rada terasah tiba-tiba bilang ada anak kecil lari-lari di lokasi pekerjaan. Aku nyengir doang lalu nanya progres pekerjaan ke vendor melalui radio. Jawabannya tak jauh dari perkiraan. Mereka yang semestinya sudah menyelesaikan tiga titik pekerjaan, masih sibuk di titik pertama.

Seting peralatan sudah benar tapi kamera tak juga berfungsi. Disambung-sambungin di bawah bisa berjalan normal. Begitu dipasang kembali ngadat. Ganti dengan alat baru pun sami mawon

Mereka sempat ngeyel ketika aku ajak balik dulu ke camp dan nerusin kerjaannya besok. Baru pasrah ketika hari sudah gelap.

Dalam perjalanan pulang, mereka masih bicara teknis ketika aku pura-pura nanya masalahnya. Mungkin demi reputasi mereka masih berusaha menyembunyikan kebingungannya.

Tak tega lihat sorot mata putus asa di wajah-wajah lelah sementara pasukanku cengar-cengir mulu, aku pun buka kartu. "Jangan terlalu dipikirin. Di sini sudah biasa yang kaya gitu. Dipaksain sampe elek juga ga bakalan bisa..."

"Trus kerjaan saya gimana dong, pak..?"
"Besok saja samperin lagi. Dan ga sekali dua kali pas kita datang, alat-alat sudah berfungsi normal..."

Dibilangin gitu, rasa jaim atas status teknisinya luntur seketika. Semua langsung berkicau hal-hal yang berbau irasional. 




Malemnya...
Ketua tim vendor nyamperin ke tempatku dengan tergopoh-gopoh, "Pak, di hutan depan barak banyak hantunya ya..?"
"Lihat apaan, pak..?"
"Ga ada siapa-siapa, tau-tau ada yang nyambit kepala saya. Serem bener..."

Trus dia ngambil sesuatu dari sakunya.
Aku pun nyengir lagi. "Bukan hantu, pak. Itu biji karet. Kalo sudah tua, buahnya akan pecah dan bijinya terlempar jauh kaya disambitin pake ketapel..."

Wajahnya langsung sumringah, "Ooo kirain digangguin hantu lagi. Untung ga kencing di celana barusan. Sialan..."

Ya memang begitu...
Di sini urusan masuk logika atau tidak seringkali terbolak-balik. Perlu adaptasi dulu sebelum membuat suatu asumsi.

Walau sejujurnya aku juga bingung...
Karena yang aku tahu, di seputaran barak tidak ada pohon karet...


Yang jelas...
Acara sulit ngeblog kayaknya harus diperpanjang lagi...





Read More

18 November 2013

Multitalenta

#Dewasa

Beberapa kali sempat tampil sepintas dalam jurnal, ada yang nanyain lewat japri, "maksudnya HaSoe tuh apaan sih..?"

Hasoe itu seorang teman di Jogja yang punya nama asli Hadi Susanto. Seniman kawakan seangkatan Nasirun yang tetap awet muda gara-gara punya pasukan berjudul Hasoe Angels. 

Tapi tentang ini cari saja di pesbuk dengan kata kunci Hasoe. Bahas Hasoe Angels disini bisa bikin aku disambitin banyak orang karena Pak Asep doang yang bakalan seneng...


Menjadi pelukis terkenal adalah cita-cita sejak kecil, mengikuti bakat alamnya yang gemar melukis di atas bantal ketika tidur. 

Beliau itu satu-satunya jebolan ISI Jogja jurusan gemar menggambar yang bergelar SE alias Sarjana Electone. Kecintaannya pada musik telah membangkitkan semangatnya membuat Partai Keyboard Indonesia dengan slogan "Keep calm, bukak sithik joss..."


Jeng Kelin Barbara feat Hasoe Barnyopet

Walau berdarah Tionghoa, beliau begitu mencintai budaya Jawa. Makanya dia lebih fasih bilang "afu" ketimbang "ni ho mo...

Prinsip menjunjung budaya lokal ini bisa aku lihat saat ada acara workshop dengan seniman dari China dan Taiwan. Dia menolak waktu aku minta jadi moderator. Job tersebut malah di-sub-kan ke ibue Ncip.



Hasoe Angels @ Purawisata

Setiap pembicaraan harus diterjemahkan lewat ibue Ncip, seorang peserta komplen ke Hasoe, "lu orang China beneran bukan sih..?" 

Jawabannya tepat, "Lho ini kan workshop budaya. Sebagai perwakilan dari Jogja, saya harus menonjolkan kejawaannya dong..."

"Tapi anda ngerti bahasa Mandarin kan..?"
"Yes, little little i can lah..."
"Example please..."
"Gong xi fa cai.."
"What it mean..?"
"Happy birthday..."
#mbahmu...


Aku bilang
Hasoe memang seniman multitalenta yang kaga ade matinye. 
Nyleneh is the best and like that lah...

HaSoe bilang


berkab.. eh bersambung...
*kalo sempet...



Read More

16 November 2013

Ga Pake Kancut

#GambarBercerita




Lomba Foto X-Code
...

HaSoe | Yogyakarta
08/10/2013 | 12:08


Read More

15 November 2013

Mitos Batu Pangcalikan

#Dewasa

Ada satu obsesi yang sampai sekarang belum keturutan tiap kali ke Pangandaran.

Saat naik perahu melewati situs Batu Mandi sebagai batas pantai dengan laut lepas, tukang perahu biasanya akan menunjuk ke arah timur. Di ujung Pananjung ada batu bertumpuk mirip orang duduk yang mereka namakan Batu Pangcalikan.

Mitosnya...
Batu itu hanya bisa dilihat dari kejauhan dan bakalan lenyap dari pandangan bila didekati. Tukang perahu carteran itu aku minta mendekat ke sana cuma bisa menggelengkan kepala. Katanya hanya beberapa orang saja yang berani ke sana karena resikonya tinggi. Pantai penuh karang dan berombak besar plus embel-embel angker pula.

Ingat fitur telephoto di kamera FinePix S2980 lumayan jauh, aku pikir di-zoom dan disamperin analoginya hampir sama. 

Aku ambil dan nyalain kamera. Eh, tampilan di lubang bidik mendadak error mirip layar tipi lagi konslet gitu. Pindah ke mode LCD hasilnya sama. Segala cara dari sekedar cabut baterai sampai digetokin ke kepala tak jua ada hasil, acara motret pun aku vonis gagal. 

Begitu balik ke pantai, kamera aku cobain lagi
Eh sial, kameranya berfungsi normal dan lancar jaya untuk motret. Tak sepenuhnya memang, karena viewfinder-nya tetap mati. Kalo motret harus pake live-view di LCD.


Ini kali kedua aku coba motret Batu Pangcalikan
Rusaknya kamera, mau ga mau bikin aku ingat kejadian pertama sekitar 5 tahun lalu. 




Waktu itu bareng si Adi bawa Canon EOS 350D. Nyarter perahu ke tengah laut dan mencoba bidik batu berbentuk orang duduk itu. Tanpa ada gejala sebelumnya, kamera macet cret. Kamera saku Samsung yang aku bawa pun kondisinya sama.

Kembalinya ke pantai...
Iseng aku nyalain kamera pocket yang ternyata sudah kembali normal. Melihat itu, si Adi ikut cek EOS 350D yang juga sudah mau nyala tapi tombol shutter-nya ngadat. Bodinya dipukul-pukul takut ada yang mengganjal, eh malah kecebur ke laut. 
Akhirnya ya wassalam dah...




Kembali ke soal mitos
Masih harus masuk folder X-File
Orang Sunda bilang nista, maja, utama...
Tak cukup kalo cuma dua kali. Harus coba sekali lagi, baru bisa disimpulkan mitos di lepas pantai Pangandaran itu benar-benar nyata.

Tapi kok nyebelin amat ya..?
Penasaran dengan mitos saja harus ngorbanin kamera...

Hmmmm...
Ilmu pengetahuan memang mahal harganya...
Ada yang pernah atau berminat nyobain..?


Read More

12 November 2013

Mengurus Mutasi SIM

#Semua Umur

Polres Cilacap jam 11 siang...

Nyamperin loket pendaftaran dan bilang mau urus mutasi SIM. Petugas yang jaga loket nyuruh aku motokopi KTP dan SIM masing-masing dua lembar.

Buruan ke tempat fotokopi dekat gerbang Polres. Bayar seribu perak lalu balik lagi ke loket pendaftaran. Pak polisinya bilang, "serahkan ke petugas di ruang foto. Bilang saja mau cabut berkas..."

Pindah ke ruangan dimaksud, langsung nyelonong nemuin salah seorang polisi yang ada. Salinan KTP dan SIM tadi diterima dan ditanya mau mutasi kemana. Setelah aku jawab ke Jogja, beliau bilang, "berkasnya bisa diambil nanti setelah jam istirahat..."

Ada waktu dua jam, aku cari makan dulu ke daerah Teluk Penyu. Setelah jam satu lewat, aku balik lagi ke Polres nemuin petugas yang tadi terima kopian KTP dan dapat penjelasan, "ambilnya di loket pendaftaran, pak..."
#Ah elah...

Dibolak-balik mulu, sempat mau bilang semprul. Untungnya berkas dapat langsung diambil tanpa ngantri. Dan ketika aku tanya biayanya berapa, petugasnya lantang menjawab, "tidak ada biaya, pak..."
#mantap...


Yogyakarta jam 8 pagi...
Antar Citra ke sekolah dulu lalu parkir di sebelah Gedung Agung setengah jam kemudian. 

Langkah pertama, bikin surat keterangan berbadan sehat dari dokter praktek di seberang Poltabes. Bilang mau mutasi, nyerahin KTP dan SIM, bayar 20 ribu, cek tensi darah lalu disuruh pindah ke dalam. Ada petugas satu lagi yang periksa dada pake stetoskop dan tes buta warna.

Setelah dapat surat dokter, balik ke Poltabes dan mampir di koperasi untuk motokopi KTP dan SIM.

Masuk ke ruang pendaftaran untuk nyerahin berkas. Kemudian dikasih kuitansi untuk dibayar di loket BRI di ruangan sebelahnya. Karena aku mutasi 2 SIM jadinya bayar 80 ribu untuk SIM A dan 75 ribu untuk SIM C.

Balik lagi ke loket pendaftaran nyerahin bukti bayar dari BRI, lalu terima map berisi berkas yang kita serahkan tadi ditambah formulir permohonan. Isiannya sih gampang cuma nama alamat tanggal lahir dan sejenisnya. Yang susah aku ga bawa pulpen sementara di meja yang tersedia tak ada pulpen satu pun.
#mondol...

Selesai isi formulir pake pulpen pinjeman, aku ke ruang foto untuk nyerahin berkas. Petugasnya langsung ketak-ketik dan ga pake lama disuruh foto, scan tanda tangan dan sidik jari. Setelah isi semacam buku tamu aku kembali ke ruang tunggu. 

Baru saja duduk belum sempat kentut-kentut acan, sudah dipanggil lagi katanya SIM sudah jadi. Bayar 5 ribu perak di sini dan proses mutasi SIM pun selesai. 

Jam di hape menunjukkan pukul 09:32
Hanya satu jam sudah kelar. Setiap proses berlangsung cepat tak sampai 5 menit. Yang lama hanya di pengisian formulir gara-gara nunggu giliran pinjem pulpen.

Trus satu lagi waktu bikin keterangan dokter. 
Cek kesehatan sebenarnya satu dua menit sudah selesai. Tapi si mbak yang terima pendaftaran, sempat dua kali kasak kusuk berpanjanglebar dengan orang mau bikin SIM tapi wegah ikut ujian dan itu yang bikin lama.
#monyong...



Yang butuh calo SIM silakan cari tuh orang ini

Ada satu keterangan tambahan yang mungkin berguna

Untuk mengurus perpanjangan SIM di Jogja, memang sudah ada Mobil SIM Keliling dan SIM Corner di Amplaz. Tapi antriannya seringkali mengular naga panjangnya bukan kepalang. Bisa jadi orang lebih banyak kesana makanya yang di Poltabes bisa cepat beres tanpa harus ngantri panjang.

Eh iya, kebutuhan dan rincian biayanya hampir lupa...

Di Cilacap
- Fotokopi KTP dan SIM masing-masing 2 lembar

- Motokopi KTP dan SIM seribu perak

Di Poltabes Yogyakarta
- Fotokopi KTP dan SIM masing-masing 2 lembar
- Berkas mutasi dari Polres Cilacap
- Surat Keterangan Dokter
- SIM asli
- Pulpen

- Motokopi KTP dan SIM seribu
- Cek kesehatan 20 ribu
- Perpanjangan SIM A 80 ribu
- Perpanjangan SIM C 75 ribu
- Ambil SIM 5 ribu
- Parkir di Jl Ngupasan 2 ribu
- Jajan si Ncip 8 ribu
- Ibue ke Mirota Batik 264 ribu
- Beli gado-gado...eh


Begitulah kira-kira ceritanya...

Read More

11 November 2013

Ke Sasar

#Dewasa

Kemarin pagi...
Citra ribut minta ke pantai padahal aku pengen boboan di rumah. Minta dukungan ibue malah dikasih jalan tengah, "ngadem ke gunung sajaaa..."

Bosen ke Kaliurang, aku bawa mereka ke Ketep Pass. Baru keluar pagar rumah, Citra nawar pengen outbond di Koppeng. Dengan sedikit berfirasat buruk aku melirik ke ibue. Jawabannya, "ke kebun buah Ngebruk saja..."

Timbang benjol semuanya mengangguk sepakat ke Ngebruk.

Tapi entah gimana ceritanya...
Dari Magelang aku beloknya ke kanan tanpa ada yang protes salah jalan. Menjelang Koppeng, ibue masih saja damai beli sayuran di pinggir jalan. Begitu nyampe depan pintu masuk taman wisata, baru komplen, "kok ke Koppeng sih..?"

Ibue aku tawarin ubah tujuan ke seputaran Salatiga atau Solo ga mau. Timbang pegel aku bilang aja kalo rutenya sudah melenceng jauh. Maksa ke Ngebruk tak bakalan nyampe dalam satu jam lewat Ambarawa, Semarang atau Bandungan baru ke Boja yang sudah masuk kabupaten Kendal.

Cerita selanjutnya malah meluncur pulang dan cuma mampir makan di Kalasan

Benar-benar perjalanan yang keren.
Karena aku yakin orang lain belum pernah ada yang mau melakukan. Dari Jogja musti lewat Magelang - Koppeng - Salatiga - Boyolali lalu Klaten, hanya untuk makan di Kalasan..?

Bisa jadi kesambet...
Tanggal 10 Nopember harusnya jalan-jalan ke museum perjuangan, biar anak-anak bisa mewarisi nilai juang para pahlawan kemerdekaan dulu. Ini malah keluyuran ga jelas...




Tapi gimana kalo tar kaya bapaknya..?
Sejak kecil banyak dicekoki nasionalisme
Sampe sekarang masih saja terobsesi sumpah prajurit. 

Tiap cuti bawaannya persis kaya tentara
Maunya menembak musuh melulu
Apalagi dalam kondisi terjepit...


Sudahlah...
Mending jalan-jalan lagi
Ngelembur bales komen tar aja kalo dah balik hutan

Dan ternyata... 
Ganti oli di bengkel resmi bukan jaminan otak ini tidak lagi error...


Read More

09 November 2013

Ngempeng

#Bimbingan Orang Tua

Mengatasi masalah yang tanpa masalah memang hanya ada di pegadaian...

Dalam kenyataan, satu masalah selesai pasti ada masalah baru sebagai dampak lingkungannya. Contohnya waktu si Ncip disapih dulu. Sudah bisa merem tanpa ibue, gantinya musti ngelonin tablet setiap mau tidur.

Tak ingin si Ncip ketergantungan ke gadget, pelan-pelan tuh anak mulai dijauhkan. Berhasil sih, namun semboyan patah tumbuh hilang berganti masih berlaku. Sekarang tiap mau tidur, Ncip mesti ngempeng.

Eh, ga tau istilah yang benernya apa.
Maksudku bukan ngempeng kenyotan karet kaya dot, tapi mesti pegang sesuatu sebagai pengantar tidur. Udah ngatuk kaya apa pun tetap harus pegang bibir ibue baru mau merem.

Sepintas tak begitu repot wong Ncip cepat terlelap. Paling-paling tar kalo nglilir suka cari-cari lagi. Susahnya Ncip kalo tidur ga bisa diam di tempat. Namanya setengah sadar, siapapun yang terjangkau itu yang jadi sasaran. Bikin masalah kalo nglilir pas di sebelah mbaknya. Siap-siap aja nonton tawuran gara-gara Ncit ngamuk bibirnya diobok-obok.


Ncit dulu juga ngempeng, tapi ga sampe bikin masalah kayak gitu. Citra kan anak ayah banget, sasaran ngempengnya ke nenen ibue. Suka salah jamah ke bapaknya juga. Namun tak perlu berlama-lama karena dia bisa bedain dada bapaknya dan ibue dalam kondisi setengah sadar sekalipun. Bagaimanapun juga, dada bapaknya kan bidang...
*bidang datar...

Kebiasaan Ncit dulu sembuh dengan sendirinya. Tapi karena ngempeng si Ncip rada beda, ibue sudah mulai mikir cari cara buat ngilanginnya ga pake lama. Katanya rentan salah sasaran kalo bibir. Ga tau maksudnya apa...

Ada pengalaman lain..?


Read More

06 November 2013

Baladawet

#Bimbingan Orang Tua

Melintasi daerah Kedu, apalagi yang asyik kalo bukan istirahat sejenak di pinggir jalan sembari merapat ke tukang dawet.

Dawet ini bukan hal asing buatku. Sejak kecil sering banget jajan cendol. Bukan semata-mata dawet mania, tapi jajanan di kampung jaman dulu adanya cuma itu. Kalo pun ada temennya paling banter gembus, cethil, gatot dan sejenisnya. Ubi Cilembu mana ada karena memang si Mamangnya belum diimpor dari Afrika.

Rada kerenan dikit waktu jaman sekolah...
Acara ngapel ga tanggung-tanggung sampe ke Banjarnegara. Ada dua gebetan di sana. Yang satu anak SMEA dengan tempat ketemu di Pasar Pucang. Satunya lagi anak SMA, janjiannya di warung Dawet Ayu dekat terminal lama. 

Awalnya berjalan lancar sampai keduanya lulus sekolah. Apesnya, si Ayang yang SMEA tau-tau diterima kerja di Ratu Plaza tepat di seberang tukang dawet. Dengan alasan kemudahan akses, selanjutnya dia minta aku nunggu di warung dawet itu saja kalo mau ketemuan.

Dan entah salah siapa sinetron dua cinta dalam segelas dawet itu harus berakhir tragis ketika tukang dawet dengan damainya ramah menyapa, "wah, ceweknya ganti tho, mas..?"


Itulah sebabnya kenapa aku putus hubungan dengan dawet ayu. Apalagi aku lebih sering melintasi jalur selatan yang terkenal dengan dawet hitamnya. Rasanya tak terlalu salah bila aku pindah ke lain hati.

Aku suka itu dawet berlabel black sweet yang mangkal di pinggir jalan daerah Puring, Kebumen. Anak-anak juga suka karena es serutnya begitu lembut hampir mirip es krim. Tak salah kalo tukang dawetnya mengklaim bisa menyebabkan gangguan lapar dan dahaga.




Ada lagi penjual dawet hitam yang mangkal dekat Jembatan Butuh, perbatasan Kebumen dan Purworejo. Sama enaknya tapi yang ini lebih terkenal.

Yang penting kalo mau jajan di situ, langsung saja pesan dan nikmati dawetnya. Tak perlu kurang kerjaan baca spanduk terpasang di depan lapaknya...





Ok..?
Selamat menikmati...

Lanjutin liburan lagi, ah...

Read More

Honimun

#Dewasa

Sejak awal permohonan cuti diajukan, ibue Ncip juga mengajukan usulan tentang honeymoon kedua.

Sekian lama hidup berjauhan, setiap pulang selalu sibuk dengan urusan keluarga dan anak-anak, aku pikir wajar sesekali anak-anak dititipkan ke mbahnya agar bisa punya waktu khusus berduaan barang dua atau tiga hari.

Tujuannya disepakati ke Pangandaran
Jaraknya tak terlalu jauh dari tempat penitipan anak. Kalo pun mereka ngamuk yang tak teratasi olah mbahnya, aku bisa nyamperin dalam waktu 2 atau 3 jam perjalanan.

Alasan lain...
Fasilitas di Pangandaran lumayan memadai bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kantong. Dari nginep di hotel berbintang sampai tempat pacaran murah meriah bonus gatel-gatel alias di balik semak semua tersedia.

Setelah hotel dipesan, akomodasi disiapkan dan cek fisik tak lupa dilakukan, meluncurlah dengan gegap gempita menuju medan juang.

Namun kayaknya semua rencana itu disadap NSA dan dibocorkan ke anak-anak. Sepanjang perjalanan dari Jogja, tiada hentinya Citra bilang, "engga mau ke mbah. Ke pantai aja, ayah..."

Sekuat tenaga ibue membujuk Ncit dan Ncip, semuanya mental balik kanan maju jalan. Dan mungkin ada salah strategi sehingga bujukan itu dianggap penganiayaan oleh malaikat pencatat permintaan, sehingga doa anak-anak langsung makbul.

Terbukti saat numpang pipis di SPBU, ibue mendadak menyerah tanpa syarat. Ketika kutanya kenapa, hanya bisikan lirih yang kudapatkan, "bocor, yah..."

Ya uwis lah...
Bablas ke pantai saja...
Semoga liburanmu indah, nak...





Read More

05 November 2013

Pengumuman

#Gambar Bercerita

Bangjo..?
...

Sidareja - Cilacap
05/11/2013 | 12:05

Read More

02 November 2013

Ketergantungan

#Bimbingan Orang Tua

Pulang cuti kali ini...
Ibue cerita kalo Citra sudah jarang pegang tablet. Aku pikir itu sebuah kemajuan positif di masa gadget sudah hampir menjadi Tuhan...

Diakui atau tidak, saat ini hape sudah dianggap kebutuhan primer setelah sandang, pangan dan papan

Contohnya ya aku sendiri. Setelah sandang dan pangan terpenuhi, semestinya aku mikirin bikin rumah untuk anak istri bukannya tiap hari browsing cari smartphone terbaru.

Gadget menjadi penting, alasannya sederhana. Dengan itu kita mampu mendekatkan seisi dunia. Hidup jadi lebih mudah, karena semua bisa ada dalam genggaman.

Namun terkadang aku berpikir lain...
Smartphone tetaplah smartphone. Yang pintar hanyalah perangkatnya. Sedangkan manusianya justru semakin bebal. Padahal kata orang, yang penting itu the man behind the gun...
#artine mbuh...

Waktu jaman telpon koin
Di luar kepala aku mampu mengingat puluhan nomor telepon, alamat surat sahabat pena, tanggal lahir teman-teman dan banyak lagi. 

Sekarang boro-boro
Nomor telepon sendiri saja tak hafal. Dapat formulir yang mensyaratkan tanggal lahir anak atau istri saja musti buka blog untuk lihat jurnal tentang mereka.

Di kerjaan pun tak jauh beda. Begitu banyak pekerjaan yang mampu aku selesaikan dalam waktu singkat. Namun bisa tak berkutik sedikitpun hanya karena tidak ada google di hadapanku. Trus apanya yang bikin pintar bila secara personal aku semakin bego...?





Pemahaman keliru terhadap teknologi itu pula yang bikin aku rada repot mengarahkan teman-teman. Saat senggang aku minta mereka belajar CorelDraw, AutoCad atau Photoshop siapa tahu suatu saat nanti berguna. Eh, damai bener mereka menjawab, "Photoshop rumit, pak. Enakan pake aplikasi android hasilnya lebih bagus..."

Hei, lu pikir kehidupan selalu berjalan pada rel yang lurus..?
Ada masanya kita tak bisa bertahan dengan yang kita jalani dan harus pindah haluan. Kalo ada sedikit ketrampilan lain kan peluangnya jadi lebih luas.

Aku sendiri...
Sebelum terjun ke bidang IT, entah berapa kali dunia memaksaku banting supir demi sesuap nasi. Tukang listrik, servis hape, komputer, kernet bus, buruh bangunan sampai jadi gelandangan di Pasar Senen pernah aku jalani. 

Jadi pengamen banci doang yang aku belum pernah...
#suer amit-amit dah...


Aku bilang
Semakin kita ingin mempermudah, hidup justru semakin rumit. Tapi percaya saja lah. Asalkan mampu menyiasatinya, tidak ada isi dunia yang sia-sia...

Orang bilang
Siapa bilang bergadang tak berguna - Maling TV


Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena