Tampilkan postingan dengan label mbuh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mbuh. Tampilkan semua postingan

27 Juni 2019

Sapi Trip #2

Melanjutkan tentang Perjalanan Mengurus Bantuan Sapi...

Sampai Purwokerto sekitar jam 4 sore dengan kepastian jam pulang belum ada gambaran. Namanya rombongan santri ketemu kyai, acara lain-lain bisa lebih banyak daripada tujuan sebenarnya. Apalagi ketika sampai maghrib pak kyai belum juga pulang sementara tamu lain yang mau sowan cukup banyak. Ditambah ketua rombongan bilang, "nanti kasih kesempatan tamu lain dulu. Kita maleman aja lah biar santai ngobrolnya..."
#NahLoh...


Sampai saat bakda isya, pak kyai bilang, "pada makan dulu ya, saya harus pergi isi pengajian..."

Baru mau teriak "yess..!" komandan pasukan keburu menjawab, "terima kasih sekali, bah. Bukan menolak rejeki, tapi kita baru saja makan..."
#BelumRejeki

Yoweslah...
Singkat cerita kita pamitan dan segera loading penumpang untuk persiapan pulang. Sesaat menjelang berangkat, sesuai SOP, sopir wajib mengingatkan penumpang untuk berdoa, memeriksa apakah ada yang ketinggalan dan sebagainya. Sudah check and recheck langsung konfirmasi akhir, "kita pulang sekarang ya..?"

Eh jawabnya, "cari makan dulu lah. Laper, bro..."
#Yaoloh...


Jam 22:30 tiba di kediaman pak ketua. Tuan rumah yang baik selalu menawari kopi terhadap tamunya dan tamu yang baik tidak boleh menolak tawaran mengisi perut. "Sebentar saja lah, sekalian ngobrolin rencana selanjutnya...

Sebentarnya orang Ciglagah...
Yang katanya cuma bahas bakal lokasi kandang sapi, obrolan simpang siur ke urusan proyek, korupsi kepala desa, pilpres, sidang MK dan banyak lagi. Ketika jam dinding menunjukkan angka 2, pembicaraan beralih, "mancing gurame di kolam, yuk..."

Jebul bukan basa basi...
Segera saja teman-teman pindah lokasi nongkrong ke tepi kolam ditemani bulan separuh dan mungkin juga demit pinggir sungai yang mulai terkantuk-kantuk, untuk membuktikan diri bila mereka pejuang mancing yang pantang menyerah. Diawali mengurai senar yang kusut dimainin kucing, gonta-ganti umpan dari pelet, keong, cacing, bekicot dan entah apa lagi.

Satu jam berlalu belum juga ada yang menyambar umpan, salah seorang nanya ke pemilik kolam, "kolamnya dalam gak..?"
"Paling sedengkul..."

Kata sedengkul direspon cepat dengan buka celana. Bermodal kancut dan seser di tangan, teman melompat ke kolam lalu teriak, "dengkulmu ambles..."

Ternyata dalamnya memang sedengkul tapi nyeburnya pake egrang. Kebayang kaya apa rasanya menjelang subuh begini merendam perut di cuaca orang keluar rumah saja harus pake jaket. Dan yang lebih tak terbayangkan lagi adalah, begitu nyebur ikan berlompatan ke darat. Alhasil, kesunyian malam terpecahkan oleh yang mungutin ikan sambil misuh-misuh, "ngapain nyebur bawa seser coba? Tau begini, tadi lemparin blarak ke kolam selesai urusan..."
#Kapok...


Dan eh...
Ternyata urusannya belum kelar sampai di situ. Sambil menyiangi ikan, teman yang punya kolam diinterogasi, "kolam dikasih apa sih..?"

"Pakan ikan, daun keladi."
"Semprul ga ngomong dari tadi..!"
"Emang kenapa..?"

Ga jawab...
Mungkin sibuk berdoa agar guramenya tambah nikmat karena dibakar sambil garuk-garuk selangkangan yang gatal dijamas rendaman daun keladi...
#Amiiin...



Read More

03 Juli 2018

Telkomsel Pekok


Sudah 2 tahun lebih menjadikan Telkomsel sebagai provider kelas telek. Operator plat merah yang kurang manusiawi dalam hal tarif ketimbang milik tetangga dengan kualitas layanan tidak jauh berbeda. Nomor simpati yang ada tetap dipelihara karena masih ada yang suka nelpon ke nomor itu, tanpa ada niatan dipake nelpon, sms keluar atau internet.

Ketika harus liburan panjang di kampung dimana lokasi rumah mbahnya Ncip kurang bagus untuk urusan sinyal, pilihan terbaik dari semua yang jelek adalah rujuk dengan paket data Telkomsel. Tidak terlalu kencang walau di posisi 4G, tapi masih mendingan ketimbang yang lain.

Dan malam tadi dapat notifikasi kuota data habis. Males ke kota buat cari konter, alternatifnya cari paket murah asal bisa menyambung hidup sampai besok pagi dengan dana saldo 10 ribuan. Akhirnya beli paket 1GB berlaku 1 hari dengan penuh rasa teraniaya mengingat operator sebelah 1GB/hari cuma seribu perak. Kadang lambat sih tapi lumayan di kondisi darurat.

Sesaat setelah beli, koplaknya si telek makin berasa. Operator lain kalo bilang satu hari itu ya 24 jam berlaku dari jam pembelian. Tanpa ada penjelasan sebelumnya atau memang syarat ketentuan berlakunya sengaja disamarkan biar tidak terbaca, sms ucapan selamat flash anda sudah aktip hanya bikin pengen ngemut hape. Suerrr...

#MisyuMisuh
#TelkomselPekok

Read More

01 Juli 2018

Save Bapak Turu

Sore-sore ada anak muda datang ke rumah. Tidak pake lama pamitan ke ibue Ncip, "pareng bu aku urung siram..."

Sepertinya keinginan nguri-uri bahasa ibu masih ada dalam benak generasi milenial. Hanya saja dukungan dari lingkungan sudah begitu tipis. Keseharian lebih banyak dipengaruhi bahasa Indonesia bahkan bahasa Inggris yang cenderung egaliter, membuat mereka kesulitan memisahkan antara ngoko, krama dan krama inggil.

Tak heran kalo sore ini dapat quote of the day, "bapake turu kula siram..."

#SaveBapakTuru

Read More

19 Juni 2018

Nonton Ebeg



"Ebeg itu apa, yah..? Kaya jathilan..?"
"Jathilan itu kalo orang Jogja, di Cilacap namanya ebeg..."
"Mendem itu apa, yah..?"
"Mendem itu kemasukan setan..."
" Ooo kesurupan. Kalo di Jogja kan artinya ngubur..."

Kamu pernah disuapin menyan belum, Cip..?

#RawinMumet

Read More

16 Juni 2018

Coklat Rasa Bohong

Pagi-pagi metik coklat di kebon mbah, dikomplen si Ncip, "ayah bohong..!"



"Bohong piye, le..?"
"Katanya buah coklat kenapa rasanya ga kaya silperkuin..."

#KuduKepiye?

Read More

11 April 2018

Asal Kau Bahagia


Pagi yang romantis...

Read More

05 April 2018

From Denaro with Love


Maha besar google dengan segala translitnya...

#OdjekBedjo
#FoolinLove

Read More

18 Februari 2018

Generasi Google

Menikmati damainya minggu pagi ditemani sepiring nasi goreng. Ncit entah kemana, Ncip asik dengan hapenya, Ndut anteng nonton dangdut.

Tiba-tiba terdengar, "Cip tolong mba dicari suruh sarapan..."

Yang dipanggil tetap cool tanpa melirik, "ga ada, bu..."
"Cari dimana bilang ga ada..?"
"Di google..."

Hening...
Berhenti mengunyah sambil ngitung dalam hati, satu... dua... tigabelas...

Tak terjadi sesuatu pun
Berarti pagi ini memang beneran damai
Alhamdulillah ya allah...

Read More

11 Februari 2018

Iseng Iseng Berhadiah Mules

Untuk kesekian kalinya kembali dapat proyek tapi belum juga berhasil memperoleh penyandang dana. Kehabisan ide harus cari kemana lagi memaksaku membuka daftar yang sebenarnya berklasifikasi "unrecomended contacts" alias teman-teman dekat yang rame-rame menghilang pasca negara api menyerang setahun yang lalu. Rapopolah. Anggap saja iseng-iseng berhadiah siapa tahu ada yang minat jadi investor.

Perlu beberapa kali menggeser nama sebelum akhirnya ada yang berkenan angkat telpon. Atas nama ngirit pulsa, acara basa basi dihilangkan dan langsung ke tujuan, "elu punya duit ga, bro..?"

Alhamdulillah, responnya sangat meriah. "Hee kemana aja ente kaga pernah kedengeran beritanye. Harap dipersori harusnya ane yang nelpon tapi gimane ye agak-agak sibuk banget akhir-akhir ini. Suer ane ga enak banget belon bisa balikin duit ente. Gimane ye, tugas ane cuma berusaha sekuat tenaga, tapi soal hasilnya gimana kan urusan Alloh. Perasaan ga kurang-kurang ane berdoa, tau punya dosa apa bisa ga diijabah permintaan ane. Menurut ane sih gini aja. Tolonglah ente bantu doain biar duit ane cepet kumpul. Ente wajib bantuin ye soalnya ini kan soal rejeki ente juga bla bla..."

Dan sampai telepon terputus karena pulsa habis, aku cuma dikasih sesi pendek hanya bilang "ooowh.." sambil ngiler berasa pengen ngemut hape...

Langsung aku ketok arit kasih vonis proyek gagal dan segera melupakan. Mau diajak cari duit banyak malah sibuk menata kata dikira nagih...
#Pekok...

----

Eeeh, siang tadi beliaunya nelpon. Sambil komat kamit berharap dia mau invest, aku nanya to the point, "ada berita apa..?"

"Berita baik dan buruk. Mau yang mana dulu..?"
"Terserah elu..."
"Buruk dulu ye..?"
"Gue bilang terserah elu..."
"Oke-oke. Jadi gini. Mohon dimaafkan sebelumnya. Bahwa sampai detik ini ane belum dapat duit juga buat bayar utang ke ente. Minggu kemarin kan ane sudah bilang, tolong bantu doa bantu doa bantu doa. Kaga dikabulkan begini berarti ente kurang getol berdoanya. Coba ente jangan males, tambahin shalat hajat kek. Kalo perlu tambahin mewek mewek ente memintanya biar kaga dianggap bohongan sama Alloh. Pokoknya kalo entee..."

"Dah udah. Ganti berita baiknya apa..?"
"Selalu ada hikmah di balik musibah. Gara-gara ane kaga punya duit, ente jadi rajin berdoa. Perbanyak tahajud di sepertiga malam terakhir. Kalo ente tekun, maap maap kata ye, biar kata ane kaga juga bisa bayar, ente tetep untung sudah banyak beribadah biar besok masuk surga. Ente tau kan di surga itu..."

"Udahan dulu, bro. Gue mau berak..."

Sambil jongkok aku mendengar bisikan dari bawah sana. "Berteman dengan orang suci itu lebih melelahkan ketimbang jadi orang suci itu sendiri..."

Jadi bertanya-tanya. Yang barusan nelpon itu direktur atau pecatan menteri ya..?

Wislah...
Pikir keri...
Timbang loro weteng...

Lanjut ngising...


Read More

09 Februari 2018

Nyerobot Antrian Itu Tak Sesederhana Nyalip di Tikungan

Pagi tadi di sebuah SPBU...

Seorang bapak berboncengan dengan anak berseragam SMP nyelonong memotong antrian yang bak ular naga panjangnya. Keributan kecil spontan terjadi dan protes berjilid-jilid macam alumni bukan-bukan semuanya dijawab dengan gaya pemegang kunci surga, "ra sah ribut, anakku keburu telat ke sekolahan..."

Skip... skip... skip...

Satu jam kemudian...
Lagi melamun syahdu di depan balai kota, datang ikutan mangkal anak muda yang ternyata berpartisipasi dalam insiden tadi. Mungkin masih terbawa suasana, dia komplen kepadaku, "tadi bukane ikut ngomyang malah senyum-senyum ki piye tho, pak..?"

Aku cuma bisa nyengir kuda eh ojek. Memaklumi lawan bicara yang masih muda dan belum paham bahwa urusan menyerobot antrian itu tak sesederhana nyalip di tikungan. Yang pernah aku alami efek dominonya sepanjang jalan kenangan yang tak selesai dengan cara berangkat lebih awal.


Anggaplah berangkatnya maju jam 6 karena jam 7 jalanan mulai macet. Otomatis acara sarapan pun ikut maju jadi jam 5 pagi, karena katanya antara waktu makan dan naik motor lewat aspal gronjal sebaiknya dikasih jarak 1 jam. Terlalu mepet tidak bagus untuk pencernaan. Sarapan di warung sebelah kantor tidak baik untuk pengeluaran. Tidak sarapan apalagi, dampaknya buruk terhadap produktifitas kerja yang bakal berpengaruh terhadap penghasilan.

Biar jam 5 sarapan sudah siap, jam 4 istri sudah harus mulai masak. Dan namanya perempuan, sebelum masuk dapur biasanya banyak ritual yang harus dilakukan, misalnya keramas. Dengan kata lain, istri yang sebelumnya bangun pas adzan subuh, demi suaminya tidak nyerobot antrian, dia harus bangun sebelum subuh anggap saja jam 3.

Bila jam tidur malam minimal untuk orang dewasa adalah 6 jam dari idealnya 8 jam, berarti paling lambat jam 9 malam sudah harus tidur. Padahal sebagai pasangan yang sakinah mawadah warohmah turnikmah, sebelum tidur ada upacara spesial yang memakan waktu sekitar 69 menit. Rinciannya adalah sebagai berikut : 60 menit ngelonin anak, 5 menit ngunci pintu jendela matiin lampu periksa kompor dll, 3 menit foreplay dan sisanya untuk acara inti.


Sebelumnya kan harus mandi, makan malam dan acara lain-lain di keluarga yang gampangin saja alokasi waktunya 1 jam. Dengan begitu aku sudah harus sampai rumah sebelum jam 7. 

Memang kantor bubaran jam 4 sore. Tapi dengan posisi sebagai pejabat teras (terbaca : tukang bersih bersih teras kantor), gajian itu ibarat menstruasi. Sampai sebulan nungguinnya, begitu datang paling awet bertahan seminggu doang. Judulnya pulang kerja harus disambung cari ceperan lain di luaran dan baru bisa pulang sekitar jam 8 atau 9 malam.

Mengejar target jam 7 petang sudah di rumah bukan masalah sulit. Acara ngobyeknya dikurangi atau dihapus sama sekali dari jadwal dan mission pun acomplished.

Tapi ya gitu...
Puasa sunah bakal bertambah dari senin kemis doang menjadi senin selasa rabu kamis. Sedangkan ibadah sunah menjelang tidur kayaknya bakal sebaliknya...

Sekali lagi...
Demi tidak menyerobot antrian semata...

Ruwet kan..?
Memang bikin mumet
Kurang kerjaan saja yang mau nyimak sampe tamat

Kapokmu kapan..?

#OdjekBedjo
#Blog

Read More

01 Februari 2018

Tila The Opik

Hujan deras sepanjang sore...
Selokan mataram meluas airnya meluap sampai ke jalan di komplek UGM. Dua jam lebih tertahan di emperan dihibur musik keroncong dalam perut yang kembang kempis terusik aroma dari warung gudeg Bu Hj Amad di sebelah. Menatap langit mendapatkan wangsit yang menyatakan hujan ga bakalan berhenti ga pake lama, aku putuskan untuk pulang.

Seperti biasa...
Terjadi CLBK alias cerita lama berulang kembali. Ditunggu sampe lama ndak ada order, giliran diniati pulang, sudah hampir sampe rumah order masuk.

Posisi hujan lebat dan jalanan banjir, bikin males ngecek ini itu. Sebagai aktifis UGM alias Urusan Google Maplangsung saja pencet tombol tujuan dan diarahkan kembali ke kota. Sedikit santai karena yang masuk order pesen makanan yang jarang diuncalke jauh misal ke Gamping atau Godean seperti kalo antar barang atau penumpang.

Sampai depan Gembiraloka baru merasakan ada yang kurang beres. Baca tujuannya tertera warung ayam goreng waralaba, tapi petunjuk arah di peta mengarahkan aku ke gang sempit yang cuma bisa dilewati satu sepeda motor saja. Sementara ujung atap semua mengarah ke gang yang artinya kucuran talang air tepat di atas kepala. Kepiye rasamu, lek..?

Ndilalah nemu tanda-tanda kehidupan...
Ada kios tukang jahit yang jendelanya terbuka. Butuh waktu agak panjang buat ketok pintu ditambah teriak sampai simbah penjahitnya nyamperin. Lumayan susah berkomunikasi dalam kondisi hujan deras dan mungkin mbahnya juga rodo sudo pamirengan

Bolak-balik aku nanya dimana ada warung ayam goreng, beliaunya balik nanya mau jahit apa. Setelah agak nyambung, entah merasa kerjaannya terganggu atau lagi PMS, simbah malah mbengok, "wong edan, tuku ayam neng tukang jait..."
#Yaoloh...


Segera ngacir sebelum dilempar jahitan berikut mesinnya. Sampai jalan raya ketak-ketik di google map cari alamat warung terdekat dan ketemu di daerah Glagahsari

Sambil nunggu pesenan siap, aku cek alamat pengantarannya. Bujubuneng, Sambilegi...

Padahal warung ayam dengan merk itu di daerah Babarsari juga ada. Ini mah sama saja dari Jakarta sudah sampai Cilacapbalik lagi buat beli ayam ke Bandung, lalu diantar ke Jogja. Padahal di Gombong ada yang jualan ayam kaya gitu...

Sukurin saja lah...
Dan barokahnya orang disukurin, hujan pun reda walau masih menyisakan gerimis.

Tapi kebayang ga sih..?
Gerimis, maghrib, malem jumat, pointer maps berakhir di tengah kuburan. 

Ambil hape, nge-chat pemesan, "maaf mbak, titik antarnya sesuai map ndak..?"
Contreng 2

"Iya pak sesuai..."
"Titiknya di makam Ringinsari ini, mbak..."
Contreng 1...
Dan lama...

Pencet tombol Call
"Nomor yang anda tuju, tut tut tut..."
#Doooh...

Cek nama pemesan. Tila...
Kira-kira nama lengkapnya Attila the hunt atau Kun Tila Nak ya..?


Ah peduli setan...
Keburu dingin baju basah sampai pedalaman dan beberapa bagian sudah terasa mulai mengkerut, segera saja aku melangkah menuju titik peta di ujung kuburan. Ga ada siapa-siapa di sana selain kumpulan nisan dalam keremangan. Entah pemberani entah bego, aku malah manggil-manggil di situ, "mbak Tilaa. Mbak, ini ayamnya mbaaak..."

Tak ada jawaban kecuali gemericik air di atas nisan...
Setengah menyerah aku balik ke perkampungan. Masuk warung nanya alamat Puri Maguwo Indah, tidak dapat jawaban memuaskan. Keluar warung liat rombongan orang pulang dari masjid, malah dapat pertanyaan balik, "dimana ya..?"
#Dyaaar...


Ya sudahlah...
Aku bawa pulang saja ayam gorengnya...
Sambil menarik nafas panjang aku ambil hape untuk menyelesaikan order yang tidak selesai ini. Baru mau akan cari tombol "Delivered", chat yang sebelumnya centang 1 mendadak berubah jadi centang 2. 

Kemudian muncul pesan, "lurus saja pak nanti rumah pertama sebelah tembok makam..."
Alhamdulillah ya Allah...
Jadi deh dapat 5 ribu perak...

#OdjekBedjo
#BukanOrderPiktip


Read More

26 Januari 2018

Order Mumet

Terdampar di trotoar dari jam 3 sore sampai menjelang isya. Syahdunya order ditelan gerimis meruntuhkan iman para penjelajah aspal membuat mereka satu persatu beranjak pulang. Ketika pikiran yang sama mulai menggerayangi kepalaku, mendadak hape berbunyi. Yess nyantol...

Belum sempat bangkit, ada telpon masuk dan terdengar suara cewek di seberang sana, "pak cepetan paaak.."

Segera merapat ke titik jemput. Senyum, salam, sapa lalu bertanya, "buru-buru, mbak..? Jam berapa harus sampai tujuan..?"

"Pokoknya secepatnya..."

Ada ekspresi yang sulit aku gambarkan di sana. 
Wah darurat iki, pikirku. Hati-hati aku coba kepo, "kenapa, mbak..? Mungkin saya bisa bantu..."
"Gapapa, pak. Cuma nahan kebelet..."
#Yaoloohkuprett...

Segerakan berangkat sambil nahan nyengir dan perasaan jangan sampai ada yang meleduk di perjalanan. Aku coba tawarkan solusi, "ke pom bensin dulu gimana, mbak?"

"Saya ga bisa kalo ga di tempat sendiri, pak..."

Ah elah...
Ada ya yang kaya gitu..?

Okelah...
Ngebut di jalan licin menerobos hujan bukan masalah buatku. Begitu juga ketika sampai di Hartono Mall yang langganan macet parah. Aku langsung minta maaf dan bilang, "mbak saya turun dari aspal ya biar cepet..."

Ternyata itu masalah baru. 
Mbaknya mengaduh-aduh ketika motor menjundal-jundal menginjak bebatuan.

"Kenapa, mbak..?"
"Emmmau keluarrr..."
#Setdah...

Beneran dalam dilema...
Lewat jalan utama jam segini pasti macet. Lewat jalan alternatif banyak yang rusak. Lewat gang sami mawon, ada polisi yang tiduran tiap 5 meter.

Alhamdulillah...
Perjalanan yang mendadak begitu panjang akhirnya usai. 
Sampai tujuan aku tanya, "aman, mbak..?"
"Iya pak makasih banget..."

Turut bahagia liat senyumnya walau keliatan ngempet. Mbaknya melangkah ke rumah, aku lipat jas hujan dan bungkus helm pake kantong kresek. Motor sudah aku start, tapi urung tancap gas lihat mbaknya mulai kelihatan histeris gedor-gedor gerbang tanpa ada tanda-tanda yang bukain.

Aku masih diem ketika si mbak mencari-cari cara masuk rumah. Sampai akhirnya balik badan dan bilang dengan memelas, "maaf banget kalo ngerepotin, bisa bantuin saya loncat pagar ga, pak..?"
#Duuuh...

Puter otak sambil jelalatan mata liat keadaan. Pagar besi ujung atasnya lancip jelas tidak aman. Sampe rok nyangkut atau robek bisa bikin panas dingin dunia persilatan. Pagar tembok yang mirip benteng keraton rasanya lebih aman. 

Sebelah kaki aku letakkan di batu agak besar dengan lutut menekuk, "naik ke lutut saya, nyampe ndak tangannya ke atas pagar..?

Dengan wajah ga jelas antara pekewuh, ragu-ragu, takut dan pastinya nahan mules mbaknya berdiri nginjek lututku. Sip tangannya bisa menggapai bagian atas tembok. Tapi entah grogi atau memang ga pernah olah raga khususnya pull up, bukannya badan diangkat malah gimana ini gimana ini...

Kadung klebus aku bilang, "maaf ya, mbak..."
Pejamkan mata, konsentrasi, tarik nafas dalam, tahan di perut, lalu sekuat tenaga tak dorong bokongnya ke atas. Yess lolos dia...

Mak gubrak aduuuuh...
Itu yang terdengar dari balik tembok. Baru aku sadar ada sesuatu yang salah. Semestinya aku nanya dulu kondisi di balik pagar sebelah mana yang aman dari batang kayu atau benda berbahaya lain. 

Buruan ngintip lewat gerbang, "gimana mbak, ada yang luka kah..?"

"Engga, pak. Cuma ituu.. anu..."
Ucapan bercampur sedikit mewek itu tak pernah selesai. Tapi dari aromanya aku sudah bisa berburuk sangka, "paling-paling burjo moncrot huuuh..."  
#Siyal...

Nyebelin tenan...
Lebih nyebelinnya lagi, pintu rumah mendadak terbuka dan penghuninya keluar. 
Mbokyao dari tadi bu, ndak perlu kapesan begini diriku...

Akhirul kalam
Aku ijin pamitan
Nyetater motor lalu tancap gas
Sambil berbisik lirih, "mimpi apa aku nanti malam..."
#Luweeeh...

WARNING ============================
Bukan untuk konsumsi anak di bawah umur
Atau dibaca sambil ngopi
===================================== 

Read More

Calon Gubernur

Jemput penumpang di belakang Mercubuana dengan tujuan Griya Perwita. Begitu tarik gas, beliau bilang, "masuk kampus mercu saja, pak. Nanti tinggal melipir ke timur sedikit..."

"Kalo ada polisi repot nanti saya, mas..?"
"Jadi gini, pak. Polisi memberlakukan aturan jalan dibuat satu arah itu berdasarkan UU lalu lintas yang disusun demi keselamatan pengguna jalan agar tetap aman dan nyaman. Bisa dibayangkan bagaimana ruwetnya ringroad utara kalau dibuat dua arah dalam kondisi kendaraan yang sudah overload seperti sekarang. Apalagi mental masyarakat kita saat ini sepertinya sudah tergradasi, lebih mementingkan ego, tidak mau antri dan banyak hal lain yang semestinya dihindari. Tapi ya, pak. UU itu mengatur wilayah jalan dengan batasan sampai ke bahu jalan saja. Di sini tidak ada trotoar yang menjadi hak pejalan kaki, jadi di luar bahu jalan itu sudah lahan milik masyarakat yang mana UU lalu lintas tidak lagi mengatur. Sementara definisi melawan arah itu berlaku hanya untuk di wilayah jalan yang..."

"Masnya bercita-cita jadi gubernur ya..?"
"Eh gimana gimana, pak..?"
"Ndak, mas. Kita sudah sampai tujuan. Ongkosnya 2 ribu, mas..."

Wasalam klepat...
#TimbangMumet
#OdjekBedjo
Read More

19 Januari 2018

Pemerasan Helm

Hujan sejak pagi wuenaknya mlungker sambil nonton Nela Kharisma. Ndilalah hape bunyi ngasih tau ada samwan butuh jemputan.

Dari rumah sudah kepikiran helm sedikit basah sisa semalam. Kenyataan sesuai dugaan, mbaknya komen, "helmnya kok basah, pak..?"

Walau dalam hati bilang, "toh mau hujan-hujanan, mbak..."

Tapi bibir berkata lain, "iya mbak maaf semalem kehujanan. Talinya doang kok yang basah, dalemannya kering. Tapi kalo ndak nyaman cancel aja ndak papa..."

"Buru-buru, pak. Liat di aplikasi ga ada driver lain sekitar sini..."

"Terus gimana, mbak..?"
"Diperes dulu ga bisa, pak..?"
"Whaaatttt...???"

#OdjekBedjo
#MendadakMumet

Read More

Meres Helm


Hujan sejak pagi wuenaknya mlungker sambil nonton Nela Kharisma. Ndilalah hape bunyi ngasih tau ada samwan butuh jemputan.

Dari rumah sudah kepikiran helm sedikit basah sisa semalam. Kenyataan sesuai dugaan, mbaknya komen, "helmnya kok basah, pak..?"

Walau dalam hati bilang, "toh mau hujan-hujanan, mbak..."

Tapi bibir berkata lain, "iya mbak maaf semalem kehujanan. Talinya doang kok yang basah, dalemannya kering. Tapi kalo ndak nyaman cancel aja ndak papa..."

"Buru-buru, pak. Liat di aplikasi ga ada driver lain sekitar sini..."

"Terus gimana, mbak..?"
"Diperes dulu ga bisa, pak..?"
"Whaaatttt...???"

#OdjekBedjo
#MendadakMumet

Read More

14 Januari 2018

Gendut PMS

Minggu sore yang mendung dapat order mbak-mbak dengan tujuan jembatan merah. Begitu ngasih helm sudah dapat instruksi, "cepetan pak, sudah telat ini..."

"Siap, mbak. Lewat selokan mataram njih.."
"Ringroad aja, pak. Dibilang telat malah muter-muter..."

Manut...
Sampai Hartono Mall, kondisi sesuai dugaan. Mbaknya komen lagi, "duuh kok pake macet segala sih, pak..."

Pengen jawab "dikandani ngeyel" takut malah panjang urusan. Akhirnya kasih alternatif, "lewat jalan kampung sebelah hartono gimana? Tapi jalannya rusak..."
"Pokoknya cepet..."
"Njih, mbak..."

Baru jalan sebentar, mbaknya komplen, "cepetan dikit kenapa, pak..?"

Males jawab. Langsung saja tarik gas agak dalam. Eh, komplen masih berlanjut, "motornya ga enak bener sih, pak. Sakit perut aku..."

Tarik nafas, lalu coba susun kata-kata pencerahan yang rada ilmiah. "Jalan rusak, mbak. Biar nyaman, kecepatan harus disesuaikan beban. Shockbreaker sampai mentok-mentok begitu karena bebannya berat kecepat..."

Ndak sampai tamat. Keburu dipotong, "maksudnya saya kegendutan gitu..???"

Trus aku kudu kepiye..?

#OdjekBedjo
#LagiPMS

Read More

09 Desember 2016

Menanam Sirih

#Bimbingan Orang Tua

Mudik kemarin...
Lihat ibue Ncip punya bibit sirih di polibag, langsung aku minta buat ditanam di Bandung. Katanya itu sirih kraton. Tapi bodo amat lah yang penting namanya sirih aku pikir ga ada bedanya...

Aku perlu daun sirih sebenarnya berawal dari kebiasaan jadul. Kerjaan tiap hari mantengin layar monitor bikin mata suka terasa lelah. Simbah yang dulu ngajarin untuk merendam mata pake air rebusan daun sirih.

Kebiasaan itu agak lama terlupakan, apalagi setelah ngungsi ke Bandung. Aku pikir kalo mata lagi lelah, dibawa cuci mata ke seputaran kampus bisa bikin seger. Ternyata malah pindah ke hati lelahnya...

Namanya di kota ga kaya di kampung. Celingukan ke tempat tetangga ga ada yang nanam sirih. Nanya dimana ada yang jual, malah dikomentarin, "kaya nenek nenek aja mau nyeupah..."
#Ahelah...


Tanya ke tukang sayur, ada pencerahan, "ada di pasar Cicadas, tempat orang jual sajen..."

Baru mau bilang tengkiu
Eeeh komentar lanjutannya ga enak. "Bikin sajen mau buat penglaris apa melet anak orang, mas..?"
#Mondol...


Terakhir...
Kebetulan ada teman yang bilang lagi keluyuran seputaran Antapani, sekalian aja aku minta tolong beliin. Dan jawabannya, yess...

Begitu teman sampe dan nyerahin kantong keresek, perasaan ga enak tiba-tiba datang. Setelah buka oleh-oleh, spontan aku nanya, "ini apaan..?"

Jawabannya tanpa rasa dosa sama sekali...
"Jaman instan. Sudah ga masanya rebus daun sirih sendiri..."



Ya bener sih...
Tapi niatnya kan buat nyuci mata...
Kalo sabun sirih bukannya untuk nyuci mulut..?
#Mbuhlah...



Read More

21 Agustus 2015

Mobil Mahal

#Semua Umur

Pagi-pagi...
Baru mau akan mandi, mamake deputy direktur sms, "villa bos mau dipake, alat-alat lu diberesin ya..."

Selama ini villa di komplek kantor tambang cuma dipake kalo big bos dari Jakarta datang. Lebih sering kosong, makanya enjoy aja aku titip server di sana. Niatnya sementara doang cuma buat numpang AC biar ga kepanasan.

Ada informasi begitu, segera aku bawa pasukan buat mindahin server ke tempat lain. Sampai villa bener aja sudah banyak orang kerja bakti dari beresin kamar sampai bersihin kolam renang.

Saat itu aku dapat informasi kalo villa bos akan dipake transit oleh biduan dangdut ibukota yang akan isi acara pesta rakyat di lapangan kabupaten. 

Mau ga mau rada ngomel juga. Ngapain harus buru-buru pindah nyabutin kabel-kabel kalo cuma dipake sebentar. Toh ga bakalan ganggu orang raknya terkunci di pojokan ga makan tempat.

Iseng aku nanya pejabat terkait, "ngapain ditaruh di hutan, kaya dekat lokasi acara ga ada hotel aja..?"
"Namanya juga artis, pak. Maunya di tempat yang mewah. Antar jemputnya minta pake Pajero Sport..."
#Ouwgh...

Kalo gitu sih bisa dipahami karena di sini memang ga ada hotel berbintang. Tapi soal Pajero aku masih mengerutkan kening. Penasaran, aku nanya lagi, "harus Pajero..?"

Ditanya gitu, teman malah ngakak, "nah kalo soal ini kerenan sampean, pak..."
"Keren gimana..?"
"Artis saja anggap mewah, sama sampean cuma dipake buat mandi ke sungai..."
#Siyal...

"Kalo ukuran mewah itu dari harga, mestinya jangan kasih Pajero lah..."
"Emang kita punya yang lebih mahal..?"
"Ada lah. Lamborghininya Haji Lutung aja lewat..."
"Mobil apaan..?"
"Caterpillar HD..."
"Haaah..???"
#Nyengir...

Mau tahu..?
Begini nih wujudnya...








Read More

13 Agustus 2015

Kupas Pisang

#Semua Umur

Awal masuk hutan dulu, aku sempat bingung dengan kelakuan teman-teman. 

Tiap kali makan pisang, ada aja yang kurang kerjaan ngecek kulit pisang teman hanya untuk melihat kupasannya ada berapa. Kalo kupasannya tiga lembar, mereka langsung nyengir kuda.

Penasaran aku tanya mereka dan jawabnya, "monyet kalo makan pisang, ngupasnya cuma tiga kali, pak..."
"Kalo ngupasnya 3 berarti kaya monyet, gitu..?
#Ooowgh...

Namun dari hasil interogasi lebih lanjut
Teman-teman penduduk lokal pun tidak begitu meyakini gosip itu. Buktinya tiap kali didesak itu benar apa engga, sampe aku ajak taruhan, rata-rata jawab, "katanya sih begitu..."
#Payah...

Tidak ada status valid atas info itu, aku pun tak pernah mikirin lagi. Tapi tetap saja kalo ngupas pisang selalu hati-hati. Harus bikin empat atau lima kupasan jangan sampe tiga.
#Mondol...


Ada yang berbeda kemarin ketika kasih makan Si Unyuk
Tiba-tiba teman komen, "ternyata bukan isu kan, pak..?"

"Isu apaan..?"
"Monyet kalo makan pisang, kupasnya cuma tiga..."

Spontan aku bilang, "monyong, lu..."
Malah nyengir dia, "kenapa, pak..? Kalah taruhan ya..?"
"Enggaaa..."

"Trus kenapa..? Kan udah terbukti monyet ngupasnya 3..."
"Heeeh, itu tadi gua yang ngupasin, dodol..."

Ada paduan suara, "Ooooo..."
Satu persatu beringsut menjauh...

Tinggal aku sendiri terdiam dalam lamunan
Kenapa waktu ngupas aku ga ngitung..?
Terbawa naluri kah..?
Dasar monyet...


Read More

12 Agustus 2015

Si Unyuk

#Semua Umur

Kembali ke hutan...
Berkumpul lagi dengan tim IT-69 yang kian unyu setelah ketambahan si unyuk...

Awal kisahnya begini...
Pas balik dari pelabuhan, di tengah hutan ada rombongan monyet memotong jalan berjamaah tanpa tengok kanan kiri. 

Atas nama toleransi ke penyeberang jalan, aku banting sopir dan injek rem sekuat tenaga sampe Si Ite ngepot ala Fast Furious.

Dasar orang hutan...
Stafku yang duduk di belakang spontan buka pintu, loncat keluar menyambar anggota rombongan dan membawanya masuk ke dalam mobil. Aku komplen, jawabnya, "kita latih manjat tower biar bisa bantu-bantu perbaikan antena, pak..."
#Sakarepmu...

Sepanjang perjalanan pulang, si unyuk terus menerus histeris meloncat kesana kemari. Bisa jadi karena ngambek dipisahkan dari sanak saudara kandungnya. Bisa juga kaget karena dalam mobil ada yang mirip-mirip dia kadar kegantengannya.

Walau perlu waktu, lama kelamaan si unyuk jinak juga mau diajak salaman.
#Toast...




Biar penuh perjuangan, si unyuk pun sukses saba kota
Namun masalah lebih besar justru muncul keesokan harinya...

Waktu si unyuk belum mau diam, beberapa kali aku harus berhenti di tengah jalan karena seisi mobil sibuk menangkap dia. Dalam satu kesempatan ada kendaraan perusahaan yang berhenti di sebelah mobilku, buka jendela lalu nanya, "mogok kah..?"

Takut si unyuk kabur, ga ada yang berani buka jendela. Aku cuma jawab aman lalu tancap gas. 

Ternyata...
Teman di mobil sebelah ga denger aku ngomong apa. Kebetulan kaca jendela mobilku terlalu gelap dan ga keliatan apa yang terjadi di dalamnya. Tak aneh bila kemudian muncul gosip di kantor, "ada mobil goyang parkir di hutan. Disamperin terus kabur..."

"Mobil goyang..?"
#Whaaatttt...

Panci mana panci..???


Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena