Tampilkan postingan dengan label odjekbedjo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label odjekbedjo. Tampilkan semua postingan

10 Maret 2020

Mengubah Rating Gojek

Pertanyaan : Bisakah mengubah rating bintang di gojek?

Jawaban :

Perlu diperjelas pertanyaannya, rating gojek yang mana yang ingin diubah.

Rating aplikasi gojek di playstore? Ini mudah, tinggal buka playstore, klik bintang yang diinginkan. Review juga bisa diedit dengan mudah.

Rating driver di aplikasi penumpang hanya bisa kita berikan sekali dan tak bisa diubah lagi. Driver yang telanjur ratingnya turun, hanya bisa menaikan lagi dengan cara mencari bintang 5 sebanyak-banyaknya.

Ada sih cara praktis. Pacarin programmernya gojek lalu rayu dia ubah rating. Itu pun kalo dia siap dipecat bila ketahuan.

Terima kasih
Salam, rwn.

Repost dari Quora

Read More

07 April 2018

Last Ride With Uber


Teramat banyak cerita pahit manis asin asem di sana. Tanpa menyangka seleksi alam akan begitu cepat melibasnya. Tapi apapun kisahnya, anggap saja bagai mawar melati yang semuanya indah.

Uber memang untuk rider dan driver juara. Di Uber aku dilatih sabar dan tawakal. Menerima order tanpa dikasih tahu kemana arah tujuan dan berapa ongkos yang bakal diterima. Tak bisa pilih-pilih order, jauh dekat semua diembat. Pantang mengeluh termasuk ketika mengantar jauh cuma dapat ucapan terima kasih karena program tahu bulat alias promo 0 rupiah ala rumah lapis.

Jarang ada bonus mengajariku memahami bahwa tukang ojek tugasnya antar penumpang untuk dapat bayaran. Bukan duduk manis utak atik aplikasi untuk mengakali bonus dengan order fiktif. Hanya di Uber aku masih bisa mikir rejeki di tangan Tuhan, bukan di tangan tuyul seperti di aplikasi sebelah.

Di Uber tak cuma penumpang yang bisa sewenang-wenang memberi bintang, tukang ojek pun dikasih hak yang sama. Bisa saling "menyelesaikan" account lawan bila salah satu rese. Penumpang dianggap mitra, bukan raja. Karena raja tidak level naik ojek apalagi kalo bayarnya pake promo.

Sakjannya masih panjang kenangan yang harus ditulis. Tapi kalo nulis terus kapan nariknya? Bisa kena sanksi mamake tepleng nanti. Jatah ibadah di-suspend apa ndak bikin ngelu bathuk..?

Okelah...
Terima kasih Uber atas kebersamaannya

Tak narik dulu
Biar tar malem semoga bisa nyurung

#FarewellsRide
#ThanksUber

Read More

05 April 2018

From Denaro with Love


Maha besar google dengan segala translitnya...

#OdjekBedjo
#FoolinLove

Read More

13 Februari 2018

Cepetan Pak

"Cepetan pak"

Kalimat itu sering keluar di kolom chat sesaat setelah order masuk. Kemungkinannya ada dua macam dan semuanya cenderung menyebalkan.

Kemungkinan pertama, pengorder memang terburu-buru. Ini artinya musti bersiap untuk kebut-kebutan dan tak jarang dituntut melanggar lalu lintas atas nama "bintang satu" sebagai sarana intimidasi.

Perusahaan lebih peduli penumpang kasih komentar "driver tidak melayani dengan baik" ketimbang mendengar ojeknya curhat "saya harus ngebut di jam sibuk". Bak iklan teh botol, apapun kasusnya yang salah tetap ojeknya.

Memang ada beberapa kasus, dimana perusahaan menetapkan kesalahan ada pada penumpang dan akunnya dibekukan. Tapi ini tak ada artinya, karena cukup ganti nomor dan email, penumpang sudah bisa bikin akun baru.

Akun driver dibekukan, yang bisa dilakukan cuma kasih kiss bye sambil misuh-misuh, "bayar 5 ribu, telat 5 menit, lapor kantor. Affuuuu..!!"

Kemungkinan kedua, dapat penumpang aleman yang ga mau nunggu. Sudah pontang-panting menuju titik jemput yang kadang meleset, cuma untuk dapat instruksi, "tunggu sebentar ya, pak..."

Tau sendiri lah istilah sebentarnya Indonesia Raya. Bukan sekali dua kali sampai tujuan chat tidak dibalas, telpon tidak diangkat, sampai bentuknya mirip dwarapala bengong di depan pagar rumah orang. Begitu ada chat masuk, bunyinya, "bentar ya pak baru selesai mandi..."

Trus tadi suruh cepet-cepet tuh maksute piye..? 
Kalo minta dimandiin sekalian mbok to the point
Ikhlas kok...

Sekalian ngafanin dan nyolatin juga bisa...

#OdjekBedjo
#MisuhMisuh

Read More

12 Februari 2018

Balada Helm yang Tak Termanfaatkan

Bukan survai bukan sihir kalo hari ini ada 3 penumpang yang menolak pakai helm. Sebagai jurnalis pekok, tidak mencari alasan adalah tidak afdol.

Pertama distop mbah-mbah tanpa aplikasi dengan tujuan kraton. Menolak pake helm, aku tanya kenapa..?

"Pake blangkon bawa keris pake helm ndak matching, mas. Tenang saja polisi tidak bakal berani nyemprit. Pengen disemprit balik sama sinuwun po..?"

Oh njih mbah manut
Dan alhamdulillah aman...

Order kedua dapat saudara kita dari ujung timur sana. Aku kasih pertanyaan sama.

"Bapa tra liat sa pu rambut bagus begini..?"

Mikir sejenak, jangan jangan yang naik ojek jaka sembung nih.

"Jangan gitu, pace. Nanti saya ditilang gimana..?"
"Tenanglah bapa. Polisi tra kasih mereka punya tilang. Biar sa nanti kasih bicara..."

Sakarepmu lah
Untung antarnya ndak terlalu jauh...

Episode ketiga jemput di sekolah pramugari. Belum sampai serahin helm sudah dibilang duluan, "ga usah pake helm, pak..."

Biar berkeadilan sosial bagi seluruh penumpang ojek, aku tak boleh tidak bertanya.

"Nomor WA nya berapa, mbak..?"

Tapi dalam hati saja
Di bibir cuma keluar kata, "iyaaa..."

#OdjekBedjo
#MelanggarLalin

Read More

09 Februari 2018

Nyerobot Antrian Itu Tak Sesederhana Nyalip di Tikungan

Pagi tadi di sebuah SPBU...

Seorang bapak berboncengan dengan anak berseragam SMP nyelonong memotong antrian yang bak ular naga panjangnya. Keributan kecil spontan terjadi dan protes berjilid-jilid macam alumni bukan-bukan semuanya dijawab dengan gaya pemegang kunci surga, "ra sah ribut, anakku keburu telat ke sekolahan..."

Skip... skip... skip...

Satu jam kemudian...
Lagi melamun syahdu di depan balai kota, datang ikutan mangkal anak muda yang ternyata berpartisipasi dalam insiden tadi. Mungkin masih terbawa suasana, dia komplen kepadaku, "tadi bukane ikut ngomyang malah senyum-senyum ki piye tho, pak..?"

Aku cuma bisa nyengir kuda eh ojek. Memaklumi lawan bicara yang masih muda dan belum paham bahwa urusan menyerobot antrian itu tak sesederhana nyalip di tikungan. Yang pernah aku alami efek dominonya sepanjang jalan kenangan yang tak selesai dengan cara berangkat lebih awal.


Anggaplah berangkatnya maju jam 6 karena jam 7 jalanan mulai macet. Otomatis acara sarapan pun ikut maju jadi jam 5 pagi, karena katanya antara waktu makan dan naik motor lewat aspal gronjal sebaiknya dikasih jarak 1 jam. Terlalu mepet tidak bagus untuk pencernaan. Sarapan di warung sebelah kantor tidak baik untuk pengeluaran. Tidak sarapan apalagi, dampaknya buruk terhadap produktifitas kerja yang bakal berpengaruh terhadap penghasilan.

Biar jam 5 sarapan sudah siap, jam 4 istri sudah harus mulai masak. Dan namanya perempuan, sebelum masuk dapur biasanya banyak ritual yang harus dilakukan, misalnya keramas. Dengan kata lain, istri yang sebelumnya bangun pas adzan subuh, demi suaminya tidak nyerobot antrian, dia harus bangun sebelum subuh anggap saja jam 3.

Bila jam tidur malam minimal untuk orang dewasa adalah 6 jam dari idealnya 8 jam, berarti paling lambat jam 9 malam sudah harus tidur. Padahal sebagai pasangan yang sakinah mawadah warohmah turnikmah, sebelum tidur ada upacara spesial yang memakan waktu sekitar 69 menit. Rinciannya adalah sebagai berikut : 60 menit ngelonin anak, 5 menit ngunci pintu jendela matiin lampu periksa kompor dll, 3 menit foreplay dan sisanya untuk acara inti.


Sebelumnya kan harus mandi, makan malam dan acara lain-lain di keluarga yang gampangin saja alokasi waktunya 1 jam. Dengan begitu aku sudah harus sampai rumah sebelum jam 7. 

Memang kantor bubaran jam 4 sore. Tapi dengan posisi sebagai pejabat teras (terbaca : tukang bersih bersih teras kantor), gajian itu ibarat menstruasi. Sampai sebulan nungguinnya, begitu datang paling awet bertahan seminggu doang. Judulnya pulang kerja harus disambung cari ceperan lain di luaran dan baru bisa pulang sekitar jam 8 atau 9 malam.

Mengejar target jam 7 petang sudah di rumah bukan masalah sulit. Acara ngobyeknya dikurangi atau dihapus sama sekali dari jadwal dan mission pun acomplished.

Tapi ya gitu...
Puasa sunah bakal bertambah dari senin kemis doang menjadi senin selasa rabu kamis. Sedangkan ibadah sunah menjelang tidur kayaknya bakal sebaliknya...

Sekali lagi...
Demi tidak menyerobot antrian semata...

Ruwet kan..?
Memang bikin mumet
Kurang kerjaan saja yang mau nyimak sampe tamat

Kapokmu kapan..?

#OdjekBedjo
#Blog

Read More

04 Februari 2018

Bulepotan

Gerimis selepas ashar di stasiun Tugu sisi selatan...

Melipat jas hujan setelah menurunkan penumpang, ada order masuk. SOP-nya, yang konon kabarnya hasil kesepakatan, namun entah kesepakatan pihak mana, siapa yang tanda tangan dan bukti hitam di atas putihnya tak pernah tersosialisasi, ojek online dilarang menaikan penumpang di seputaran stasiun. Area yang diijinkan untuk mengangkut penumpang di seberang hotel Neo, sekitar 300 m ke arah timur dari pintu keluar stasiun.

Baru mau kirim pesan ke pemesan tentang itu, dari belakang ada bule nunjuk-nunjuk hape ngasih tau kalo dia yang order. Belum sempat bicara, helm yang masih nyantol di spion diambil lalu duduk di boncengan.

"Excuse me, sir..."
Mencoba mengkomunikasikan masalah premanisme terhadap ojol dengan bahasa sederhana -karena memang ga bisa ngomong rumit pake bahasa planet- agar tidak terjadi kesalahpahaman yang bisa berakibat insentif hangus dampak rating bintang 1. Belum kelar bicara, bani kisruh berdatangan dengan segala intimidasinya.

Mencoba minta waktu untuk berkomunikasi dengan si bule -yang bagaimanapun juga beliau tamu Jogja yang mungkin datang kemari karena tertarik cerita konon kabarnya kota wisata yang warganya ramah- tetap saja ditabrak dengan bermacam ancaman. Situasi makin tidak kondusif akhirnya aku ikut membengok, "ngomongo dhewe karo bulene, nyuk...!"

Jebulnya sama begonya denganku soal bahasa. Cuma bisa ngacung-ngacungin tangan dengan ekspresi wajah tak seindah kembang di pasar kempit. Koplaknya si bule malah mudeng, kasih kode lalu jalan kaki ke arah timur. Aku pun ikut ngacir dan menunggu beliau di tempat aman.

Antar ke daerah Minggiran. Sampai tujuan aku coba membuka percakapan yang intinya mau minta maaf dengan kejadian tadi. Aku ndak mau ada kesan buruk baik soal pelayanan ojek maupun citra Jogja dimata beliau.

Tapi kayaknya ada masalah...

"Apologize me, Sir. I'm anu.. want nganu, Sir..." 
Dia mengangkat kedua tangan dan menaikan kedua alisnya seolah nanya kenapa. Mulai mikir, "masa ga dong basa Inggris..?"

"Speak English..? Sprichst du deutsch?..? Parlez-vous français..? Spreek je nederlands..?" 
Tetap dijawab dengan isyarat yang sama...

Lagi mbatin, "mas dab, Ik inlander godverdomme en my endas starting mumet..." 

Ada yang keluar dari homestay menyambut sambil nyengir, "pake bahasa tarzan wae, mas. Bule gagu kui..."

Howalah...
I'm muted instantly...

#OdjekBedjo

Read More

01 Februari 2018

Tila The Opik

Hujan deras sepanjang sore...
Selokan mataram meluas airnya meluap sampai ke jalan di komplek UGM. Dua jam lebih tertahan di emperan dihibur musik keroncong dalam perut yang kembang kempis terusik aroma dari warung gudeg Bu Hj Amad di sebelah. Menatap langit mendapatkan wangsit yang menyatakan hujan ga bakalan berhenti ga pake lama, aku putuskan untuk pulang.

Seperti biasa...
Terjadi CLBK alias cerita lama berulang kembali. Ditunggu sampe lama ndak ada order, giliran diniati pulang, sudah hampir sampe rumah order masuk.

Posisi hujan lebat dan jalanan banjir, bikin males ngecek ini itu. Sebagai aktifis UGM alias Urusan Google Maplangsung saja pencet tombol tujuan dan diarahkan kembali ke kota. Sedikit santai karena yang masuk order pesen makanan yang jarang diuncalke jauh misal ke Gamping atau Godean seperti kalo antar barang atau penumpang.

Sampai depan Gembiraloka baru merasakan ada yang kurang beres. Baca tujuannya tertera warung ayam goreng waralaba, tapi petunjuk arah di peta mengarahkan aku ke gang sempit yang cuma bisa dilewati satu sepeda motor saja. Sementara ujung atap semua mengarah ke gang yang artinya kucuran talang air tepat di atas kepala. Kepiye rasamu, lek..?

Ndilalah nemu tanda-tanda kehidupan...
Ada kios tukang jahit yang jendelanya terbuka. Butuh waktu agak panjang buat ketok pintu ditambah teriak sampai simbah penjahitnya nyamperin. Lumayan susah berkomunikasi dalam kondisi hujan deras dan mungkin mbahnya juga rodo sudo pamirengan

Bolak-balik aku nanya dimana ada warung ayam goreng, beliaunya balik nanya mau jahit apa. Setelah agak nyambung, entah merasa kerjaannya terganggu atau lagi PMS, simbah malah mbengok, "wong edan, tuku ayam neng tukang jait..."
#Yaoloh...


Segera ngacir sebelum dilempar jahitan berikut mesinnya. Sampai jalan raya ketak-ketik di google map cari alamat warung terdekat dan ketemu di daerah Glagahsari

Sambil nunggu pesenan siap, aku cek alamat pengantarannya. Bujubuneng, Sambilegi...

Padahal warung ayam dengan merk itu di daerah Babarsari juga ada. Ini mah sama saja dari Jakarta sudah sampai Cilacapbalik lagi buat beli ayam ke Bandung, lalu diantar ke Jogja. Padahal di Gombong ada yang jualan ayam kaya gitu...

Sukurin saja lah...
Dan barokahnya orang disukurin, hujan pun reda walau masih menyisakan gerimis.

Tapi kebayang ga sih..?
Gerimis, maghrib, malem jumat, pointer maps berakhir di tengah kuburan. 

Ambil hape, nge-chat pemesan, "maaf mbak, titik antarnya sesuai map ndak..?"
Contreng 2

"Iya pak sesuai..."
"Titiknya di makam Ringinsari ini, mbak..."
Contreng 1...
Dan lama...

Pencet tombol Call
"Nomor yang anda tuju, tut tut tut..."
#Doooh...

Cek nama pemesan. Tila...
Kira-kira nama lengkapnya Attila the hunt atau Kun Tila Nak ya..?


Ah peduli setan...
Keburu dingin baju basah sampai pedalaman dan beberapa bagian sudah terasa mulai mengkerut, segera saja aku melangkah menuju titik peta di ujung kuburan. Ga ada siapa-siapa di sana selain kumpulan nisan dalam keremangan. Entah pemberani entah bego, aku malah manggil-manggil di situ, "mbak Tilaa. Mbak, ini ayamnya mbaaak..."

Tak ada jawaban kecuali gemericik air di atas nisan...
Setengah menyerah aku balik ke perkampungan. Masuk warung nanya alamat Puri Maguwo Indah, tidak dapat jawaban memuaskan. Keluar warung liat rombongan orang pulang dari masjid, malah dapat pertanyaan balik, "dimana ya..?"
#Dyaaar...


Ya sudahlah...
Aku bawa pulang saja ayam gorengnya...
Sambil menarik nafas panjang aku ambil hape untuk menyelesaikan order yang tidak selesai ini. Baru mau akan cari tombol "Delivered", chat yang sebelumnya centang 1 mendadak berubah jadi centang 2. 

Kemudian muncul pesan, "lurus saja pak nanti rumah pertama sebelah tembok makam..."
Alhamdulillah ya Allah...
Jadi deh dapat 5 ribu perak...

#OdjekBedjo
#BukanOrderPiktip


Read More

26 Januari 2018

Order Mumet

Terdampar di trotoar dari jam 3 sore sampai menjelang isya. Syahdunya order ditelan gerimis meruntuhkan iman para penjelajah aspal membuat mereka satu persatu beranjak pulang. Ketika pikiran yang sama mulai menggerayangi kepalaku, mendadak hape berbunyi. Yess nyantol...

Belum sempat bangkit, ada telpon masuk dan terdengar suara cewek di seberang sana, "pak cepetan paaak.."

Segera merapat ke titik jemput. Senyum, salam, sapa lalu bertanya, "buru-buru, mbak..? Jam berapa harus sampai tujuan..?"

"Pokoknya secepatnya..."

Ada ekspresi yang sulit aku gambarkan di sana. 
Wah darurat iki, pikirku. Hati-hati aku coba kepo, "kenapa, mbak..? Mungkin saya bisa bantu..."
"Gapapa, pak. Cuma nahan kebelet..."
#Yaoloohkuprett...

Segerakan berangkat sambil nahan nyengir dan perasaan jangan sampai ada yang meleduk di perjalanan. Aku coba tawarkan solusi, "ke pom bensin dulu gimana, mbak?"

"Saya ga bisa kalo ga di tempat sendiri, pak..."

Ah elah...
Ada ya yang kaya gitu..?

Okelah...
Ngebut di jalan licin menerobos hujan bukan masalah buatku. Begitu juga ketika sampai di Hartono Mall yang langganan macet parah. Aku langsung minta maaf dan bilang, "mbak saya turun dari aspal ya biar cepet..."

Ternyata itu masalah baru. 
Mbaknya mengaduh-aduh ketika motor menjundal-jundal menginjak bebatuan.

"Kenapa, mbak..?"
"Emmmau keluarrr..."
#Setdah...

Beneran dalam dilema...
Lewat jalan utama jam segini pasti macet. Lewat jalan alternatif banyak yang rusak. Lewat gang sami mawon, ada polisi yang tiduran tiap 5 meter.

Alhamdulillah...
Perjalanan yang mendadak begitu panjang akhirnya usai. 
Sampai tujuan aku tanya, "aman, mbak..?"
"Iya pak makasih banget..."

Turut bahagia liat senyumnya walau keliatan ngempet. Mbaknya melangkah ke rumah, aku lipat jas hujan dan bungkus helm pake kantong kresek. Motor sudah aku start, tapi urung tancap gas lihat mbaknya mulai kelihatan histeris gedor-gedor gerbang tanpa ada tanda-tanda yang bukain.

Aku masih diem ketika si mbak mencari-cari cara masuk rumah. Sampai akhirnya balik badan dan bilang dengan memelas, "maaf banget kalo ngerepotin, bisa bantuin saya loncat pagar ga, pak..?"
#Duuuh...

Puter otak sambil jelalatan mata liat keadaan. Pagar besi ujung atasnya lancip jelas tidak aman. Sampe rok nyangkut atau robek bisa bikin panas dingin dunia persilatan. Pagar tembok yang mirip benteng keraton rasanya lebih aman. 

Sebelah kaki aku letakkan di batu agak besar dengan lutut menekuk, "naik ke lutut saya, nyampe ndak tangannya ke atas pagar..?

Dengan wajah ga jelas antara pekewuh, ragu-ragu, takut dan pastinya nahan mules mbaknya berdiri nginjek lututku. Sip tangannya bisa menggapai bagian atas tembok. Tapi entah grogi atau memang ga pernah olah raga khususnya pull up, bukannya badan diangkat malah gimana ini gimana ini...

Kadung klebus aku bilang, "maaf ya, mbak..."
Pejamkan mata, konsentrasi, tarik nafas dalam, tahan di perut, lalu sekuat tenaga tak dorong bokongnya ke atas. Yess lolos dia...

Mak gubrak aduuuuh...
Itu yang terdengar dari balik tembok. Baru aku sadar ada sesuatu yang salah. Semestinya aku nanya dulu kondisi di balik pagar sebelah mana yang aman dari batang kayu atau benda berbahaya lain. 

Buruan ngintip lewat gerbang, "gimana mbak, ada yang luka kah..?"

"Engga, pak. Cuma ituu.. anu..."
Ucapan bercampur sedikit mewek itu tak pernah selesai. Tapi dari aromanya aku sudah bisa berburuk sangka, "paling-paling burjo moncrot huuuh..."  
#Siyal...

Nyebelin tenan...
Lebih nyebelinnya lagi, pintu rumah mendadak terbuka dan penghuninya keluar. 
Mbokyao dari tadi bu, ndak perlu kapesan begini diriku...

Akhirul kalam
Aku ijin pamitan
Nyetater motor lalu tancap gas
Sambil berbisik lirih, "mimpi apa aku nanti malam..."
#Luweeeh...

WARNING ============================
Bukan untuk konsumsi anak di bawah umur
Atau dibaca sambil ngopi
===================================== 

Read More

19 Januari 2018

Pemerasan Helm

Hujan sejak pagi wuenaknya mlungker sambil nonton Nela Kharisma. Ndilalah hape bunyi ngasih tau ada samwan butuh jemputan.

Dari rumah sudah kepikiran helm sedikit basah sisa semalam. Kenyataan sesuai dugaan, mbaknya komen, "helmnya kok basah, pak..?"

Walau dalam hati bilang, "toh mau hujan-hujanan, mbak..."

Tapi bibir berkata lain, "iya mbak maaf semalem kehujanan. Talinya doang kok yang basah, dalemannya kering. Tapi kalo ndak nyaman cancel aja ndak papa..."

"Buru-buru, pak. Liat di aplikasi ga ada driver lain sekitar sini..."

"Terus gimana, mbak..?"
"Diperes dulu ga bisa, pak..?"
"Whaaatttt...???"

#OdjekBedjo
#MendadakMumet

Read More

Meres Helm


Hujan sejak pagi wuenaknya mlungker sambil nonton Nela Kharisma. Ndilalah hape bunyi ngasih tau ada samwan butuh jemputan.

Dari rumah sudah kepikiran helm sedikit basah sisa semalam. Kenyataan sesuai dugaan, mbaknya komen, "helmnya kok basah, pak..?"

Walau dalam hati bilang, "toh mau hujan-hujanan, mbak..."

Tapi bibir berkata lain, "iya mbak maaf semalem kehujanan. Talinya doang kok yang basah, dalemannya kering. Tapi kalo ndak nyaman cancel aja ndak papa..."

"Buru-buru, pak. Liat di aplikasi ga ada driver lain sekitar sini..."

"Terus gimana, mbak..?"
"Diperes dulu ga bisa, pak..?"
"Whaaatttt...???"

#OdjekBedjo
#MendadakMumet

Read More

14 Januari 2018

Gendut PMS

Minggu sore yang mendung dapat order mbak-mbak dengan tujuan jembatan merah. Begitu ngasih helm sudah dapat instruksi, "cepetan pak, sudah telat ini..."

"Siap, mbak. Lewat selokan mataram njih.."
"Ringroad aja, pak. Dibilang telat malah muter-muter..."

Manut...
Sampai Hartono Mall, kondisi sesuai dugaan. Mbaknya komen lagi, "duuh kok pake macet segala sih, pak..."

Pengen jawab "dikandani ngeyel" takut malah panjang urusan. Akhirnya kasih alternatif, "lewat jalan kampung sebelah hartono gimana? Tapi jalannya rusak..."
"Pokoknya cepet..."
"Njih, mbak..."

Baru jalan sebentar, mbaknya komplen, "cepetan dikit kenapa, pak..?"

Males jawab. Langsung saja tarik gas agak dalam. Eh, komplen masih berlanjut, "motornya ga enak bener sih, pak. Sakit perut aku..."

Tarik nafas, lalu coba susun kata-kata pencerahan yang rada ilmiah. "Jalan rusak, mbak. Biar nyaman, kecepatan harus disesuaikan beban. Shockbreaker sampai mentok-mentok begitu karena bebannya berat kecepat..."

Ndak sampai tamat. Keburu dipotong, "maksudnya saya kegendutan gitu..???"

Trus aku kudu kepiye..?

#OdjekBedjo
#LagiPMS

Read More

Tukang Ojek PMS

Minggu sore yang mendung dapat order mbak-mbak dengan tujuan jembatan merah. Begitu ngasih helm sudah dapat instruksi, "cepetan pak, sudah telat ini..."

"Siap, mbak. Lewat selokan mataram njih.."
"Ringroad aja, pak. Dibilangin dah telat malah mau muter-muter..."

Manut...
Sampai Hartono Mall, kondisi sesuai dugaan. Mbaknya komen lagi, "duuh kok pake macet segala sih, pak..."

Pengen jawab "dikandani ngeyel" takut malah panjang urusan. Akhirnya kasih alternatif, "lewat jalan kampung sebelah hartono gimana? Tapi jalannya rusak..."
"Pokoknya cepet..."
"Njih, mbak..."

Baru jalan sebentar, mbaknya komplen, "cepetan dikit kenapa, pak..?"

Males jawab. Langsung saja tarik gas agak dalam. Eh, komplen masih berlanjut, "motornya ga enak bener sih, pak. Sakit perut aku..."

Tarik nafas, lalu coba susun kata-kata pencerahan yang rada ilmiah. "Jalan rusak, mbak. Biar nyaman, kecepatan harus disesuaikan beban. Shockbreaker sampai mentok-mentok begitu karena bebannya berat kecepat..."

Ndak sampai tamat. Keburu dipotong, "maksudnya saya kegendutan gitu..???"

Trus aku kudu kepiye..?

#OdjekBedjo
#LagiPMS

Read More

13 Januari 2018

Emak Emak Jomblo Expired

Menikmati hujan malam minggu di emperan trotoar seberang JEC. Ada 2 ibu-ibu keluar dari ATM melipir ikut berteduh menghindari hujan yang mendadak bertambah deras.

Speak little little sampai akhirnya si ibu bilang, "apa tidak sayang waktunya dibuang-buang hanya untuk nongkrong, mas. Buat usaha kan lebih bermanfaat..."

Biar si ibu yang katanya dari Jakarta itu tetap berhati nyaman, ojekers yang nongkrong kompakan manggut.

Sebentar dua bentar masih semangat bilang iya iyaa. Lama-lama jadi pengen nyetel lagunya Via Valen, "sori sori to saying... dst dst.."

Apalagi setelah beliau buka-bukaan sebut kata keramat MLM. Aku mendadak sok bijak walau asline empet, "rejeki ada yang atur, bu.."

"Iya, mas. Tapi harus giat berusaha dan mencari jangan cuma menunggu..."
"Kalo disuruh milih, saya bakal pilih mondar mandir antar penumpang ketimbang menunggu. Apa menurut ibu menunggu itu pekerjaan yang enak? Suer lebih cape, bu. Kalo ndak percaya coba aja ibu tanya ke kaum jomblo akut yang nunggu jodoh sampai hampir expirrrr...."

Ceramah balasanku ga sampai tamat. Keburu si ibunya mendadak berubah sikap 180° lalu kabur sambil entah ngomel apa....

Teman si ibu beranjak menyusul. Tapi beliau nyempatin berbisik, "maaf jangan diambil hati ya, mas. Lagi semangat cari downline dia..."

"Ooo pantesan seperti ngambek pas saya bilang begitu..."
"Eh kalo itu lain kasus..."
"Maksudnya..?"
"Masnya sih pake bilang expired segala..."
"Ooo ibu itu jomb...."
"Ssstttt..."

Ya sudah lupakan saja...
Mendingan kembali menikmati dinginnya malam, dinginnya jaket basah dan juga dinginnya order...

#OdjekBedjo
#MelowMinggu

Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena