#Semua Umur
Bicara tentang salah satu ambisi manusia memang jarang bisa lepas dari yang namanya kekuasaan. Mereka yang secara kemasyarakatan berada di level paling bawah pun seringkali berupaya meraih kekuasaan dengan menunjukan sikap tak mau mengalah walau hanya ke teman sepermainan. Apalagi yang posisinya memang sudah berada di atas.
Banyak cara dipergunakan untuk melanggengkan kekuasaan melupakan kata legawa. Ada sih yang seolah-olah mendukung regenerasi dengan menyerahkan kursinya ke generasi muda. Tapi tetap saja kepada orang-orang kepercayaan yang tak jarang hanya boneka semata.
Ketentuan penguasaan pemerintahan yang kini dibatasi 2 kali masa jabatan diakali dengan menjagokan istri, anak atau sanak saudara agar dia masih tetap bisa berperan walau hanya di balakang layar. Seolah-olah istilah negara demokrasi hanyalah pajangan sementara didalamnya tetap saja monarki.
Cerita yang hampir sama terjadi di kabupaten Barito Timur. Bahkan yang ini aku anggap unik. Bila biasanya mantan pejabat berusaha maju ke level yang lebih tinggi, mantan bupati Bartim yang secara undang undang sudah tidak bisa menjabat lagi menyiasatinya dengan cara mencalonkan diri sebagai wakil bupati, sementara wakilnya maju sebagai calon bupati. Melalui celah konstitusi itu beliau berusaha meraih kekuasaan untuk ketiga kalinya.
Kenapa bisa begitu..?
Sebagai penonton aku tak ingin menghakimi. Mungkin beliau masih memiliki pekerjaan rumah yang belum selesai untuk mensejahterakan masyarakat di kabupaten yang kaya batu bara ini.
Bisa juga karena beliau sudah banyak belajar bahwa ini Indonesia Raya dimana jabatan wakil itu lebih makmur ketimbang posisi yang diwakilinya. Buktinya rakyat masih banyak yang hidup sengsara, namun wakilnya bisa glamour dalam kemewahan dan menggerogoti hak rakyat demi kepentingan pribadi.
Kayaknya sih begitu...
Intinya
Mungkin memang begini wajah Indonesia Rayaku yang lucu...
kemarin pemilihan walikota bekasi juga ada istri mantan walikota ikut mencalonkan diri
BalasHapusumumnya memang gitu. setelah ga bisa nyalon, anak atau istrinya yang maju...
HapusHmmmm, ketika kekuasaan meraja apa juga jalan ditempuhnya
BalasHapusbeda sama anaz ya
Hapusmeraih kekuasaan dengan diri sendiri melalui tulisan
saya suka tuh ada pejabat yang mau terjun ke bawah (hehehe.. walau baru posisinya ajah).. mudah2an ada keinginan lain buat terjun-terjunan ngurus kepentingan yg di bawah
BalasHapusasal yang dimaksud di bawah itu tentang rakyat, mang...
Hapusbukan urusan di bawah perut...
Masih memiliki PR atau ketagihan kekuasan, ya??
BalasHapuswah aku cuma penonton, pak
Hapusga bisa mengambil kesimpulan
cara wong politik, kue jenenge kena penyakit post power syndrome. mbuh apa kue, jal golet bae takon baen nang kaki google ya wa?
BalasHapusartinya mereka pengin jadi tukang pos ya..?
HapusJika pada masa kepemimpinan sebelumnya beliau menjalankan tugasnya dengan baik, mungkin itu tidak masalah, mungkin beliau memang masih mempunyai misi yang belum terselesaikan untuk daerah yang beliau pimpin. Tapi jika kepemimpinannya bobrok, mendingan jadi wakilku ajah, ngumpulin nyamuk di empang buat ngasi makan anak Kodok yang udah yatim piatu.
BalasHapushahaha tega bener
Hapusmasa abis ngurus rakyat disuruh ngurus kodok..?
iya Kang. apapun, secara normatif ada celah hukum untuk beliau mencalonkan kembali (meski dengan degradasi setingkat). artinya beliau sah berakrobat seperti itu.
BalasHapustapi secara nurani, jelas figur ini telah tersesat, dengan tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berkiprah.
dan wajar jika kemudian ada spekulasi, "jangan-jangan... (teori pekerjaan sisa berlaku)"
memang selalu jadi pertanyaan kalo melihat orang yang maksa terus berjalan dengan cara merendahkan diri sementara umumnya mengejar level yang lebih tinggi. keburuksangkaan yang paling banyak ya tentang mengamankan jalannya pembangunan atau mengamankan aset...
Hapusiya, jadi wakil kan enak ya.....
BalasHapuskepala itu cuma dapat gundul doang
Hapuskalo wakil kan dapat awak plus sikil
lebih komplit...
Ya jika di masa kepemimpinannya memperoleh hasil yang memuaskan masyarakat mah tidak masalah. tp klo bobrok.. wah itu luar biasa bermasalah :D
BalasHapushehe iya...
Hapustapi soal itu, biar warga bartim saja yang membuat penilaian. toh mau kaya apa pemimpin mereka nanti, mereka juga yang rasakan hasilnya
Kalau kepilih lagi, ntar periode berikutnya nyalon lagi jadi wakil bupati hahahahha
BalasHapusmungkin pake prinsip talak tiga
Hapusga tau tuh kalo dah pernah jadi wakil besoknya bisa jadi bupati lagi apa engga. karena kayaknya undang undang tidak mengatur sampai sejauh itu
namanya juga usaha ... :mrgreen:
BalasHapussemoga sih tentang usaha menyejahterakan rakyat...
HapusLagi musim kampanye yah :)
BalasHapusiyaaah...
Hapusturut prihatin.
BalasHapusAku turut ayah ke pasar ajah.
Hapusnaik delman istimewa gak..?
Hapusikut kampanye juga to.....
BalasHapusengga...
HapusAnw, desain bannernya kok gak oke banget sih yah
BalasHapusihihi no komen ah
Hapusbaru membaca tulisan ini. sungguh terlalu deh!
BalasHapuswajar aja om
Hapusnamanya juga manusia...
Tulisan "Ga Menghakimi" itu letaknya dmna ya Mas???weehehehehehee..kata2nya aja yg bilang "Ga Menghakimi" tp mksudnya adalah "Menghakimi"..Hehehehee..Sama aja Mas..!?Mmmm..Wong org punya Uang buat nyalon lg,suka2 dia..wahhahahaaa..Gitu aja Kok Rheeeepoottt..!!!
BalasHapussetujuuuuu...!!! selama peraturan tidak ada yg melarang ttg pencalonan seseorg dari Bupati menjadi Wakil Bupati, knp harus repot..
HapusOohh iyaaa..mau nanya..
BalasHapusklo seandainya Mas udah 2x berturut2 terpilih jd kepala Daerah..trus ada Revisi UUD yg menyatakan bahwa "Seorang Kepala Daerah disilahkan Maju untuk ke'3 kalinya"___________ Mas ga mau nyalon lg???Hehehehe___"Ambisi"..semua org pasti punya..Suci tuh org klo ga ada AMBISI___Hehehhee___Thanks Blog nya..
Contoh yang berhasil dari Kepala menjadi Wakil: Kota Surabaya.
BalasHapusBener Anonim..tidak ada Peraturan Perundang-undangan yg mengatur atau Melarang Kepala Daerah 2x terpilih menjadi Wakil..Hehehehe
HapusSebelum nya mohon maaf, barito timur tidak punya tokoh pimpinan putra daerah (punya nya tokoh perang, tokoh pahayaman, tokoh adu domba (orang2 bartim takut sekali dan sangat tidak mau sesama bartim maju memimpin,, senangnya dipimpin orang luar) makanya pemenang malah dari negeri tetangga tanjung tabalong..
BalasHapusBeda rumah pasti beda kebutuhan..menurut saya selaku orang bartim..pasti nya kalau tetangga tiba2 jadi penguasa rumah kita pasti dia bingung apa ya yang gak ada ikan apa beras??teliti dulu liat dulu,,prosesnya lama keburu mati bayi2 yg belum bisa ngomong..hehehe..
Sabar ya rumah tangga bartim bapak baru mu masih belajar..jadi kalau kelaparan itu udah biasa..jadilah bayi super yang tahan lapar dan mau langsung makan nasi atau kerak nasi ya,,bubur ama susunya udah abis,, harus bisa mengerti bapak baru mu karena dia tidak mau mengerti kamu..tidak seperti bapak lama mu yang mengerti kamu masih bayi..hehehe
Jangan nangis bartim karena aku paham kamu blo’on n buta dalam memilih tanpa mengenal pribadinya pasti nanti serasa jatuh dari tangan ibu ke mulut buaya..gak gak gak
Yang punya blog kacamata nya umum banged tau gak bartim gimana???
aq bukan pecinta zain dan bukan pecinta ampera..
aq pecinta bartim..http://nansarunai-impian.blogspot.com/
UUD di Indonesia tidak ada melarang mau nyalon 1-2 periode bupati, 3-4 periode wakil, mupun nyalon daerah tetangga, ato nyalon provinsi tetangga, ato pulau tetangga...(cuma negara tetangga yang gak bisa...he ...he) yang penting dalam pelaksanaan pemilihan bersih dari politik uang(sekurangnya ....agak bersih)....karena.....karena.....kalau pake itu...(uang;red)...berarti ada apa.....??? ada PR...ato ada AMBISI ato ada yang DITUTUPI...?? walahualam.....gua sebagai masyarakat terima siapapun yang memimpin
BalasHapus