Di Syamsudin Noor

#Dewasa

Akhirnya sampai lagi di Syamsudin Noor...

Terlepas dari soal kangen keluarga atau urusan pekerjaan, selalu ada perbedaan rasa setiap kali tiba di bandara Banjarmasin ini efek dari perjalanannya.

Saat akan pulang kampung, senyum semringah yang ada inget satu jam ke depan aku sudah bisa sampai di Jogja. Setengah jam naik Trans Jogja sudah bisa bertemu anak istri.

Sebaliknya waktu kembali ke Kalimantan, saat turun dari pesawat saja rasanya sudah cape duluan membayangkan 6 jam perjalanan darat sampai ke Tamianglayang. Itu pun belum pasti karena sarana transportasi di sini memang payah. 

Kalo nasib baik, begitu keluar bandara travel sudah menunggu. Sialnya kalo tidak kebagian travel atau adanya travel kosong yang artinya harus nunggu tambahan penumpang. Bisa bengong di bandara sampai tengah malam dan begitu sampai tujuan ga bisa istirahat dulu langsung masuk kerja.

Tapi sudahlah...

Anggap saja itu dinamika hidup yang musti disyukuri walau kadang jadi bilang sukurin...

Dan kepulanganku kali ini pun bakalan berbeda dengan biasanya. Pesawatku mendarat di Adi Sutjipto bersamaan dengan jam si Ncit masuk sekolah. Itu artinya ibue ga bisa jemput dan aku harus naik kendaraan umum. 

Namun yang ini pun harus disyukuri pula. Dengan sekolahnya si Ncit, aku bisa berharapan besar agar si Ncip berkenan bobo siang rada awal biar bengkel resmi bisa buka pagi-pagi. Ganti oli, coy...

Intinya

Aku pulang dulu, teman...

Sampai dua minggu kedepan mungkin cuma bisa ngeposting jurnal dikit-dikit dan jarang bertandang. Tiga bulan operasional di hutan sepertinya harus banyak-banyak masuk bengkel biar segera kembali fresh saat berangkat nanti. Ganti oli, coy...