#Bimbingan Orang Tua
Setelah purna tugas, biarpun masih bertahan di site gara-gara belum dapat tiket pulang, semestinya statusku cuma wisatawan yang ga ikut campur lagi urusan kerjaan.
Tapi kayaknya orang-orang masih gagal move on...
Masih banyak karyawan yang nyamperin atau nelpon urusan IT. Teman-teman di IT pun sama saja. Pertanyaan, keluhan dan berbagai masalah tetap singgah ke hapeku, bukan ke staf dari Jakarta yang gantiin aku.
Kisruh politik kantor pusat dibawa masuk ke bidang teknik di lapangan tak cuma bikin nasibku saja yang ga jelas. Imbasnya ke teman-teman juga lumayan besar sampai merambah ke sisi psikis.
Tak nyaman rasanya melihat kondisi seperti ini
Bertahun-tahun aku membangun tim dari posisi single fighter sampai sebesar ini agar tetap solid, baru ditinggal beberapa hari sudah berantakan. Padahal aku belum benar-benar meninggalkan mereka.
Siapa tahan melihat semangat kerja mereka menurun drastis padahal aku tahu mereka pekerja-pekerja handal. Aneh aja bisa mendadak berubah jadi robot yang harus selalu dikasih instruksi baru mau jalan.
Tau tiba-tiba pikun atau cuma pura-pura dalam rangka protes aku ga tahu. Yang jelas teledornya jadi setinggi tower. Boro-boro pekerjaan yang rumit. Masalah sederhana saja banyak yang kelewat.
Jadi sedih ketika aku nengokin mereka masih harus komentar, "kalo mau pulang, lampu, dispenser, ac pokoknya semuanya jangan lupa matiin ya..."
Lebih sedih lagi ketika sampe mess ada karyawan yang nyamperin, "internet gangguan ya, pak..?"
Merasa ga punya wewenang, aku nelpon teman-teman dong. "Internet katanya mati. Ada masalah apa..?"
Dan jawabnya, "kan bapak bilang kalo mau pulang semuanya dimatiin..."
#hening...
Entah kenapa kepala mendadak bau menyan...
*tembok mana tembok..?