26 Mei 2015

Berburu

#Bimbingan Orang Tua

Setiap kali bilang berburu ke hutan, suka ada yang komen, "emang engga dilarang..?" atau "lu tegaan yah bunuh binatang..."

Komentar yang wajar dari mereka yang hidup di tengah peradaban. Andai saja mereka mau ikut masuk hutan dan melihat kehidupan masyarakat pedalaman, aku yakin apa yang ada di benaknya bakal berubah.

Ini sama kasusnya dengan ketika aku cerita tentang peladang atau perambah hutan. Tak jarang dikasih komen, "pantesan global warming orang hutan ditebangi terus..."

Memang betul masyarakat pedalaman hidup dari hutan. Namun sulit bagiku untuk menimpakan pemanasan global kepada mereka yang tahu betul harmoni alam. Menebang pohon sebatas kebutuhan untuk bikin rumah misalnya. 

Kalopun ada yang mata pencahariannya jualan kayu, untuk menebang pohon dan membuat jadi papan sehari paling banter cuma satu dua pohon saja. Itu pun jarang karena kebanyakan orang sini hidup dari ladang atau mencari ikan di sungai.

Yang menghabiskan hutan adalah perusahaan loging yang kerjanya menggunakan alat berat. Sehari bisa satu dua hektar dibabat tanpa diikuti program enviro yang benar.



Kesadaran warga aku lihat sudah bagus. Mereka rajin mengingatkan kalo ada yang nyolong-nyolong cari ikan yang tidak ramah lingkungan misalnya pake setrum atau potas. Di beberapa tempat terlihat ada poster tentang pelestarian lingkungan dari Pemerintah Daerah.



Sama halnya ketika melihat aku dan teman-teman bawa senapan. Selalu ada yang nanya mau cari apa. Misalkan aku bilang mau nembak monyet, pertanyaan selanjutnya pasti, "mau dimakan engga..?"

Setidaknya ini membuktikan bahwa mereka peduli dengan lingkungan. Boleh nembak tapi karena butuh perbaikan gizi bukan sekedar mengikuti hobi membunuh.

Tapi ga tau juga sih...
Bisa saja mereka nanya gitu karena heran ada monyet tega makan teman...
#mondol...


Read More

10 Mei 2015

Ikut Ayah

#Bimbingan Orang Tua

Mulai ga kompakan sama ibue Ncip...

Aku harus check up ke Jogja Int'l Hospital sedangkan ibue ada pelatihan hidroponik di @Hom Hotel selama dua hari. Masalahnya tinggal Citra, siapa yang harus urus.

Biar rada demokratis, aku pura-pura nanya dia, "mbak mau ikut ayah ke rumah sakit atau ikut ibu ke hotel..?"

Jawabannya tak sesuai harapan, "ikut ayah aja..."
"Kenapa ga ikut ibu..?"
"Aku lagi males renang, mau perosotan ajah.."

Mumet kan..?
#sama...


Urus si Ncit itu asik-asik sedap...

Anaknya ga mau diem. Dimana tempat tetap aja pecicilan dan manjat-manjat. Lewat kantin semua minta dibeli tapi engga bakalan dimakan. Sialnya aku ga pernah bisa menolak apa yang dia minta. Khususnya diminta ngabisin sisa kue.

Rada repot waktu dia bilang kebelet
Aku suruh pipis sendiri, keukeuh minta ditemenin
Giliran aku anterin malah komplen, "ini toilet cowok, ayah. Aku kan cewek..."
#nah...


Ke toilet mana kuharus melangkah, jal..?

Read More

06 Mei 2015

Tanggal Tua

#Semua Umur

Tanggal 36... 

Cacing perut makin rajin demo gara-gara terus menerus dikasih ransum dari kantin mess. Mau perbaikan gizi di luar, dompet sudah mirip kopeah. Kalo pun ada penghuni, rata-rata pada bawa golok.

Yang rada beriman biasanya lebih cerdas menyikapi keadaan. Merasa diri lagi teraniaya oleh gajian telat, dia banyak-banyak berdoa agar dapat sedikit rejeki buat makan di luar.

Minimal jadi tajam mata, penciuman dan pendengaran. Sehingga bisa tahu kalo ada yang pinjam mobil buat turun ke kota biar bisa nanya, "mau makan ya..? Ajak-ajak dong..."

Kadang serba salah memang. Menolak rejeki katanya dosa. Tapi dapat rejeki tanpa diikuti amal baik ke sesama juga tidak bisa dibenarkan.

Repotnya pasukanku banyak...

Bawa satu dua orang saja bisa dianggap pilih kasih. Makanya aku jadi rajin berhitung. Sekiranya akomodasi ga cukup buat semua, ya sudah pasrah saja makan di mess. 

Ketika dananya pas pun bukan berarti lepas masalah. Misalnya aku kepengen soto. Punya duit cepek, berarti pas pasan lah buat 5 orang. Tapinya stafku itu orang-orangnya kreatif dan punya banyak ide inovatif. Begitu parkir di depan warung soto, tak jarang langsung menyampaikan aspirasi, "kalo jangan soto gimana, pak..?"

Paling banter aku komentar pendek, "mau makan apa aku nurut aja sama yang bayarin..."

Seringnya sih mereka nyengir lalu nurut
Tapi pernah juga ada yang ngeyel, "mau nasi padang, pak..."
"Beneran mau nasi padang..?"
"Iya pak, asiiik..."

Ya sudah aku pindah parkir ke warung padang
Lalu bilang ke tukang warungnya, "nasi lima ga pake lauk. Ga ada duit..."

Nyaho lo...
Toh mintanya nasi padang
Engga minta nasi padang plus rendang



Read More

05 Mei 2015

Motong Rumput

#Semua Umur

Modus Gagal bukan alasan untuk menyerah...

Cari alibi ilegal susah, aku pikir tak ada salahnya coba jalur resmi minta ijin ke ibu direktur. Biasanya ga sulit asalkan mood si ibu lagi baik.

Masalahnya di situ... 
Dalam kondisi perusahaan sedang banyak masalah, cari momen si ibu lagi tersenyum lumayan susah.

Menyerah..?
Engga..!


Masih ada jalan ketika aku inget si ibu pernah komen, tower di komplek mess beliau sudah kaya hutan penuh semak.

Tentang itu sebenarnya sudah ditindak lanjuti. Aku sempat beberapa kali lapor ke manager GA minta tolong potongin rumputnya tapi belum ada realisasi juga.

Saat atasannya cuek, bawahan biasanya bisa jadi alternatif. Aku temuin OB yang biasa urus taman. Ternyata jawabannya senada, "besok ya, pak..."
#tepok jidat


Ganti trik...
Orang sini suka punya sifat rada unik. Kalo disuruh rada susah, kita harus merendah baru mau ngerjain. Makanya aku coba untuk mengalah. "Mesin rumputnya dimana biar aku kerjain..."

Kayaknya sukses...
Beliau sigap berdiri, "eeeh tunggu tunggu, pak. Biar saya saja yang ambil..."
#yesss...

Aku liatin aja si bapak ambil mesin rumput dari gudang, isi bensin dst dst. Setelah pak OB nyalain mesin, mendadak empetku datang menyerang dengar beliau bilang, "ini pak katanya mau potong sendiri. Kalo tidak keberatan, samping mess dipotongin juga yah. Biar sekalian gitu, pak..." 
#ngemut helm...


Kalo mau hepi, pikirkan tujuan jangan prosesnya. Inget tujuannya bikin ibu direktur sedikit respek saat aku ajuin ijin nanti, semua semak dan teman-temannya yang ada di situ aku babad habis-habisan.

Baru mau akan selesai, ibu dapur nyamperin, "aduh pak aduh bisa kena marah ibu saya, pak..."
"Emang kenapa..? Ibu bakalan senang kalo lingkungan mess bersih..."
"Senang gimana, pohon katuknya bapak potongin..?"
"Katuk..?"
"Ibu suka sayur bening makanya suruh kami tanam katuk. Kalo begini kami harus gimana, pak..?"

Aku ga bisa jawab...
Cuma bisa lirih bertanya, "trus ijin aku nanti gimana..?"


Read More

04 Mei 2015

Ngomong Jorok

#Dewasa

Ada temen yang japri gara-gara baca jurnal Cek Tensi kemaren. "Dokter masa ga serius gitu sih..?"

Aslinya engga segitunya kali...

Konsultasi medis tetap berjalan sebagaimana mestinya. Tapi kan ga asik kalo ceritain itunya, makanya cuma dipotong bagian becandaannya doang.

Soal becandaan yang kata temen kurang ajar, buat orang-orang lapangan itu sangat wajar. Apalagi buat manusia-manusia hutan yang terisolir begini. Becanda merupakan hiburan yang paling murah meriah.

Ngomong jorok bukan lagi hal tabu dan tak pernah dimasukin hati. Pokoknya bisa ketawa udah lebih dari cukup. Prinsipnya, yang penting hepi...

Tak cuma berlaku untuk orang lapangan. Teman di HRD yang notabene orang kantoran pun banyak yang ngaco. Contohnya dulu waktu ada Brain Test yang katanya untuk menguji kemampuan otak kanan dan kiri.

Entah hasil tesnya memang begitu atau mungkin temen liat otakku terbaca mesum. Habis pemaparan hasil tes, aku nanya, "otak gua dominan mana kanan atau kiri, neng..?"

"Engga ada..."
"Maksud lu seimbang..?"
"Engga juga. Tapi yang jelas kalah dominan sama tangan kanan..."
#mikir...

Jangan tanya maksudnya
Aku juga ga ngerti
Au ah lap...


Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena