16 Februari 2016

Sangkulirang Trip - Tekor

#Semua Umur

Dari awal pekerjaan ini aku jadwalkan seminggu saja. Asumsinya, dua hari perjalanan pp, dua hari instalasi radio, satu hari uji fungsi ditambah dua hari untuk cadangan pekerjaan tambahan tak terduga.

Empat hari habis buat perjalanan menuju lokasi, aku masih tenang. Pikirku, "paling molor sehari, belum bikin tekor anggaran..."

Menjelang maghrib sampai di lokasi langsung istirahat buat ngumpulin semangat. Pagi-pagi menghadap ke kantor perusahaan dan dapat instruksi, "tunggu IT yang dari Jakarta datang ya, pak..."

"Kapan beliau ke site..?"
"Besok sore mendarat di Berau, tapi singgah dulu di perkebunan karet. Mungkin lusa baru sampai sini..."

Mendadak lemes dengkul...
Lebih lemes lagi setelah menunggu sampai lusa
Ternyata sore baru nyampe sehingga judulnya menunggu hari esok lagi.
#Ah elah...


Besoknya menjadi pagi yang penuh semangat. Ketemu orang IT dari Jakarta, diskusi sebentar, siapin peta, pinjam motor trail dan langsung cek ke lapangan.

Menjelang berangkat, sebenarnya aku sudah mulai ragu setelah lihat peta kontur titik lokasinya. Sampai di koordinat yang ditentukan, beneran bikin garuk kepala.

Aku pun komplen, "yang nentuin koordinatnya siapa, pak..?"
"Orang GIS dari kantor pusat..."
"Kenapa ngasih titiknya di tebing begini..?"
"Saya juga bingung, pak..."

Biar ga bolak-balik, aku cari lokasi yang agak aman terdekat dari titik sebelumnya. Aku usulin ke beliau, jawabnya, "saya harus konsultasi dulu ke Jakarta, pak..."

Dan ternyata...
Minta persetujuan lokasi baru itu membutuhkan waktu satu hari...
#Mumet...




Sudah dapat keputusan lokasi, aku diskusi dengan tim. Tanah di lokasi rada miring-miring masih bisa diakalin. Tinggal mikir gimana caranya angkut air banyak-banyak dari mess. Lokasinya dipuncak bukit yang kering kerontang. Ga dibantu siram air bakal repot menggali tanah buat pasang pancang.

Rupanya Gusti Allah terlalu baik...
Tahu aku kesulitan harus bolak balik angkut air, setelah sekian lama harinya panas membara, begitu pekerjaan dimulai tiap hari aku dikasih air banyak-banyak dari langit. 
#Thanks Gus...


Biarpun harus molor sampai lima hari terhambat hujan, akhirnya kelar juga tuh tower. Begitu pasang radio, baru aku kepikiran sesuatu.

"Pak, nanti listriknya dari mana ya..?"
"Nah itu yang lagi saya pikirkan. Narik kabel dari mess jaraknya satu kilo lebih..."
"Bagaimana kalo pake solar cell, pak..."
"Oh iya yah. Tar coba saya konsultasi ke Jakarta..."




Ga sabar pengen buru-buru beres kerjaan, malemnya aku samperin ke mess beliau nanya kepastian listrik. Dan jawabnya, "lagi dipertimbangkan oleh pusat mau narik kabel atau pasang tenaga surya. Semoga minggu depan sudah ada keputusan, pak..?
#Whaaaat...???

Minggu depan baru diputuskan
Proses pengadaan dan pengiriman bisa dua minggu
Itu pun kalo ada duit karena katanya bisnis sawit lagi gonjang ganjing

Terus aku kepiye..?

Sudah tekor banyak kepastian belum ada
Mending pulang dulu lah. Santai-santai di rumah, biar bisa ngeblog, bales komen dan blogwalking...

Rejeki dah ada yang atur...


Read More

14 Februari 2016

Sangkulirang Trip - Kaya Setrikaan

#Semua Umur

Di Jawa kemana-mana mudah. Akses jalan kaya jaring laba-laba dan banyak jalan pintas alternatif, di pedalaman Kalimantan yang banyak hambatan geografis ketentuan itu tidak berlaku.

Terbawa kebiasaan, dalam menyusun rute aku selalu menuju wilayah administratif terbesar dulu. Misal waktu ditanya alamat, jarang aku langsung bilang di Somenggalan

Seringnya bilang Jogja. Ditanya Jogjanya mana, akan jawab Banguntapan. Kalo ditanya lagi Banguntapan sebelah mana, baru bilang Somenggalan.

Itu yang bikin aku nyasar saat ke Kaltim kemarin. Dikasih alamat PT AAP, Desa Pelawan, Kec. Sangkulirang, ke agen travelnya aku bilang mau ke Sangkulirang. Wajar kalo dari Berau aku diputer balik ke arah Samarinda dulu, padahal sebelum ke Berau aku transit di Balikpapan.

Begitu sampai Sangkulirang, baru dikasih tahu kalo ke Pelawan tak perlu sampai Sangkulirang. Judulnya aku harus puter balik lagi ke pertigaan Kaliorang lalu nyebrang di GM.




Setelah sampai Pelawan mendadak bengong lagi, karena jalan menuju PT AAP itu setelah nyebrang belok kiri sementara ke Pelawan belok kanan. 

Mending kalo jalannya bagus. Sebagian aspalnya rusak, sebagian lagi jalan tanah dalam hutan yang susah nyari tempat bertanya. Apalagi setelah masuk perkebunan sawit, persis kaya masuk labirin tanpa ujung yang kanan kiri tampak seragam susah masuk jalan balik.

Butuh waktu setengah hari untuk perjalanan yang semestinya cuma satu jam dari penyebrangan. Dan yang paling ditakutkan bukannya binatang buas atau begal hutan, melainkan kehabisan solar di tengah hutan. Mau minta tolong gimana, orang lewat sangat jarang dan hape tidak ada sinyal.

Berasa nyesek setelah sampai lokasi, orang perusahaan bilang gini, "dari Berau jangan bilang ke Sangkulirang atau Pelawan, pak. Bilang aja mau ke PT EBL, paling 6 jam sudah sampai..."

Dari Berau cuma 6 jam, sementara aku muter-muter ga karuan selama 3 hari sampe dibelain tidur di pinggir sungai...




Jadi kesimpulannya...
Di sini nama perusahaan lebih dikenal orang ketimbang nama daerah. 

Dan itu terjadi lagi bulan lalu
Ada pekerjaan di daerah Lalap, Barito Timur. Aku nanya Lalap, orang loadingnya lama banget. Begitu aku sebut PT GEA atau BNJM, langsung dijawab, "oooh dari sini lurus aja nanti di simpang Bentot belok kiri dst dst..."

Semoga bermanfaat bagi yang mau explore daerah pedalaman
Selamat nyasar...



Read More

09 Februari 2016

Sangkulirang Trip - Kalah Banyak

#Semua Umur

Bengalon adalah kota kecamatan di Kabupaten Kutai Timur. Kotanya tidak terlalu besar namun bisa dibilang lumayan ramai untuk ukuran kota kecamatan di Kalimantan.

Terdampar di Bengalon jam 2 pagi gara-gara Dibohongi Sopir Travel, aku pilih penginapan kecil sebelum pasar. Pertimbangannya ada ATM di depan hotel dan Indomaret di sebelahnya biar butuh apa-apa tidak perlu cari jauh-jauh dan yang pasti harganya standar. 

Kalo fasilitas hotelnya tidak terlalu banyak berharap. Ada AC dan dikasih handuk sudah bagus. Pengen ngopi musti nongkrong di warung. Tapi itu bukan masalah, bisa istirahat sudah lebih dari cukup.


Paginya sehabis cari sarapan di pasar, aku nelpon sopir travel untuk nanyain aku dijemput jam berapa. Bolak-balik nelpon sampai jam makan siang, tetap saja tidak bisa dihubungi padahal ongkos sudah dibayar di muka.

Oh iya...
Kerjaan ini sebenarnya ada 2 tim. Timku mengerjakan instalasi radio, sedangkan pemasangan tower dikerjakan tim lain dari Samarinda. Kacaunya - karena proyek multilevel marketing sebagaimana aku ceritakan di jurnal Kelaparan di Berau - aku baru dapat nomor kontak tim tower tepat setelah sarapan di Bengalon. Kebayang kan repotnya kerja tanpa koordinasi sejak dini..?

Lagi empet tidak ada kontak dari sopir travel, kegalauanku meningkat gara-gara tim tower bilang sudah nunggu di penyebrangan dan bolak balik nanyain kapan aku sampai lokasi. 

Lebih galau lagi waktu aku sampein masalahku, dia ngomong gini, "padahal subuh saya lewat Bengalon, kenapa ga sekalian ikut..?"




Ga enak bikin orang lain nunggu, habis makan siang aku lupain janji manis sopir travel lalu cari mobil carteran lain dan alhamdulillah dapat. Sayangnya pas sopirnya jemput, waktu sudah menunjukan jam 1 siang alias sudah overstay alias harus bayar 2 hari. 

Meluncurlah aku menyusul tim dari Samarinda. Baru saat itu aku tahu kalo tujuanku bukan Sangkulirang melainkan pelabuhan penyebrangan GM (kenapa namanya GM aku ga tau). 

Sangkulirang cuma kecamatannya, rutenya beda jauh. Mungkin hampir sama dengan sebagian teman kita bilang Borobudur Prambanan itu satu lokasi di Jogja. Padahal rutenya berlawanan arah...

Sebelum melanjutkan perjalanan ke tujuan akhirku desa Pelawan, di pelabuhan GM harus nyebrang sungai menggunakan perahu dengan tarif aduhai. Satu orang tarifnya 20 ribu. Mobil sekelas avansa 200 ribu. Karena waktu itu numpang truk, bayarnya 700 ribu. Penyebrangan lumayan ramai hampir tiap 10 menit sekali. Kebayang bagaimana hidupnya ekonomi di sini...




Sampai Penyebrangan GM menjelang sore, aku ketemu tim dari Samarinda, cipika cipiki bentar baru ngobrol soal kerjaan. Dan aku rada nyesek ketika teman bilang, "kita ga bisa nyebrang sekarang, pak..."

"Loh katanya penyebrangan buka 24 jam..."
"Iya. Cuma air lagi surut jadi ga berani nyebrangin truk. Kalo mobil kecil sih bisa saja..."
"Waduh... Dekat sini ada penginepan engga..?"
"Penginepan terdekat ya yang bapak nginep semalem.."
"Trus rencananya gimana..?"
"Ya kita tidur di sini..."

Langsung garuk-garuk kepala...
Masuk hotel ga sampai 12 jam harus bayar 2 hari, eh malah tidur di emper warung di pinggir sungai yang nyamuknya tidak bersahabat...

Nikmati saja lah...

Read More

07 Februari 2016

Sangkulirang Trip - Dibohongin Sopir Travel

#Semua Umur

Melanjutkan perjalanan ke Pelawan - Sangkulirang - Kaltim yang sampai Kelaparan di Berau kemarin...

Cari informasi travel daerah Berau di google lumayan sulit. Beberapa blog agen travel kelihatan tidak pernah update. Nomor telpon tercantum pun tidak bisa dihubungi.

Akhirnya nemu agen travel Samarinda yang melayani perjalanan ke Berau. Dari beliau aku dapat informasi kalo ke Sangkulirang lewat Berau itu muter-muter. Secara garis lurus di peta, Sangkulirang ke Berau memang lebih dekat ketimbang ke Samarinda. 

"Harus muter jauh beratus kilometer karena ada sungai besar", begitu katanya.

Gambarannya kalo dianalogikan jalan jalan di Jawa, aku dari Jakarta mau ke Solo

Naik pesawat transit di Semarang lanjut ke Jogja karena secara logika Solo lebih dekat dari Jogja ketimbang Semarang. Tapi karena antara Solo sama Jogja ada sungai besar, aku harus muter ke arah Semarang lewat Magelang Ambarawa baru balik arah ke Solo...
#mumet...

Ongkos travelnya deal 600 ribu untuk dua orang. Di tengah perjalanan, supirnya berubah pikiran minta carter 1,5 juta alasannya penumpang cuma dua orang. Demi alasan kemanusiaan dan hari juga sudah gelap aku iyain aja yang penting sampai tujuan.

Sampai di daerah Bengalon yang merupakan pertigaan antara Samarinda Berau dan Sangkulirang, sopirnya dodol ganti acara lagi. Kali ini bilang repot dari Sangkulirang balik ke Samarinda ngosong. Aku dicarikan penginapan di Bengalon dan dia bilang paginya akan ada travel Samarinda Sangkulirang yang jemput.

Mulai kesel sebenarnya
Tapi masih aku iyain ketika sopirnya minta ongkos 800 ribu dengan janji ga perlu bayar lagi ke travel yang jemput besok. Aku mikirnya sudah jam 2 pagi di tempat asing mending istirahat dulu nunggu hari kembali terang.

Nah paginya...
Aku telpon sopirnya tidak aktif. Siang sampe agak sore tetap saja tidak bisa dihubungi. Kepiye jal..?

Daripada kerjaan berantakan nunggu yang ga pasti aku jalan-jalan ke pasar Bengalon cari kendaraan. Angkutan umum ga ada, akhirnya ada yang nawarin avansa carteran minta 1,5 juta. Aku komplen, "dari Samarinda saja 300 ribu per orang masa dari Bengalon segitu..? Sejuta aja ya..."

Sopirnya ngasih pencerahan, "sampeyan dibohongi, pak. Bengalon Sangkulirang itu jauh banget dan jalannya rusak. Kemaren kasih harga segitu biar dia dapat penumpang aja. Buktinya minta tambah dan diturunin di jalan..."
#Oowh...

Cross check ke google maps ga bisa buka karena sinyal modol, imanku pun goyah dan bilang oke. 

Dua jam kemudian...
Baru aku sadar bahwa orang ikhlas dan orang bodoh itu batasnya tipis banget. Yang sopir carteran bilang jauh banget, ternyata dua jam sudah sampai.

Jadi mikir untuk melakukan amandemen pepatah...
Malu bertanya sesat di jalan, nanya dijalan hati-hati dibohongin...
#Haha...



Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena