Melanjutkan tentang Perjalanan Mengurus Bantuan Sapi...
Sampai Purwokerto sekitar jam 4 sore dengan kepastian jam pulang belum ada gambaran. Namanya rombongan santri ketemu kyai, acara lain-lain bisa lebih banyak daripada tujuan sebenarnya. Apalagi ketika sampai maghrib pak kyai belum juga pulang sementara tamu lain yang mau sowan cukup banyak. Ditambah ketua rombongan bilang, "nanti kasih kesempatan tamu lain dulu. Kita maleman aja lah biar santai ngobrolnya..."
#NahLoh...
Sampai saat bakda isya, pak kyai bilang, "pada makan dulu ya, saya harus pergi isi pengajian..."
Baru mau teriak "yess..!" komandan pasukan keburu menjawab, "terima kasih sekali, bah. Bukan menolak rejeki, tapi kita baru saja makan..."
#BelumRejeki
Yoweslah...
Singkat cerita kita pamitan dan segera loading penumpang untuk persiapan pulang. Sesaat menjelang berangkat, sesuai SOP, sopir wajib mengingatkan penumpang untuk berdoa, memeriksa apakah ada yang ketinggalan dan sebagainya. Sudah check and recheck langsung konfirmasi akhir, "kita pulang sekarang ya..?"
Eh jawabnya, "cari makan dulu lah. Laper, bro..."
#Yaoloh...
Jam 22:30 tiba di kediaman pak ketua. Tuan rumah yang baik selalu menawari kopi terhadap tamunya dan tamu yang baik tidak boleh menolak tawaran mengisi perut. "Sebentar saja lah, sekalian ngobrolin rencana selanjutnya...
Sebentarnya orang Ciglagah...
Yang katanya cuma bahas bakal lokasi kandang sapi, obrolan simpang siur ke urusan proyek, korupsi kepala desa, pilpres, sidang MK dan banyak lagi. Ketika jam dinding menunjukkan angka 2, pembicaraan beralih, "mancing gurame di kolam, yuk..."
Jebul bukan basa basi...
Segera saja teman-teman pindah lokasi nongkrong ke tepi kolam ditemani bulan separuh dan mungkin juga demit pinggir sungai yang mulai terkantuk-kantuk, untuk membuktikan diri bila mereka pejuang mancing yang pantang menyerah. Diawali mengurai senar yang kusut dimainin kucing, gonta-ganti umpan dari pelet, keong, cacing, bekicot dan entah apa lagi.
Satu jam berlalu belum juga ada yang menyambar umpan, salah seorang nanya ke pemilik kolam, "kolamnya dalam gak..?"
"Paling sedengkul..."
Kata sedengkul direspon cepat dengan buka celana. Bermodal kancut dan seser di tangan, teman melompat ke kolam lalu teriak, "dengkulmu ambles..."
Ternyata dalamnya memang sedengkul tapi nyeburnya pake egrang. Kebayang kaya apa rasanya menjelang subuh begini merendam perut di cuaca orang keluar rumah saja harus pake jaket. Dan yang lebih tak terbayangkan lagi adalah, begitu nyebur ikan berlompatan ke darat. Alhasil, kesunyian malam terpecahkan oleh yang mungutin ikan sambil misuh-misuh, "ngapain nyebur bawa seser coba? Tau begini, tadi lemparin blarak ke kolam selesai urusan..."
#Kapok...
Dan eh...
Ternyata urusannya belum kelar sampai di situ. Sambil menyiangi ikan, teman yang punya kolam diinterogasi, "kolam dikasih apa sih..?"
"Pakan ikan, daun keladi."
"Semprul ga ngomong dari tadi..!"
"Emang kenapa..?"
Ga jawab...
Mungkin sibuk berdoa agar guramenya tambah nikmat karena dibakar sambil garuk-garuk selangkangan yang gatal dijamas rendaman daun keladi...
#Amiiin...