31 Agustus 2009

Hari-Hari Sensi...

Mentang-mentang akhir bulan apa yak..? Kok orang-orang di sekitarku bawaannya jadi sensitip. Ga cuma di kantor Jokja, kantor Jakarta termasuk si Bos ikutan sensi. Datang ke kantor si Lenong lagi mewek-mewek di depan komputer. Berantem di pesbuk kali...

Suntuk dirundung sensi, ngeluyur keluar pake pick up. Eh, ada juga wereng coklat yang sensitif liat mangsa. Tau aja buku kir mobil lagi dikir di Jakarta. Langsung semprit dan mengucap salam, "sarapan pagi, pak.."

Eh, kok bukan selamat pagi yah..? Lagian mulai kapan polisi ikutan ngurus buku kir? Merampok jatahnya DLLAJR neh...

Nyampe rumah, ealah... Lagi sensitif juga.

Pantesan, aku juga jadi ikut sensitif akhir-akhir ini.
Asal kesenggol sedikit, langsung butuh pelampiasan.
Huuuuh....
Read More

25 Agustus 2009

Negeri Pelacur


MetroTV hari ini.

Kontingen Indonesia dalam ajang Olimpiade Matematika di Singapura tiba di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (24/8). Mereka berhasil meraih 13 emas, 22 perak serta 38 perunggu.

Cukup membanggakan memang. Tapi hilang semua kebanggaanku, ketika berita berlanjut begini, "Dalam ajang tersebut, para peserta dinilai cukup antusias. Ini meski mereka harus mengeluarkan dana pribadi untuk akomodasi selama lomba."

Sebenarnya aku hidup di negara apa ini. Siswa berprestasi sampai ke luar negeri, jangankan didukung, diongkosin dan dicukupi kebutuhannya, diekspos saja jarang. Coba bandingkan dengan peserta kontes ratu ratuan macam miss universe yang begitu heboh sambutan dan dukungannya. Ekspos media pun teramat gencar dilakukan. Kalo disebut kontes kecantikan itu juga mempertimbangkan isi otak, kenapa finalis putri Indonesia beberapa tahun lalu jawaban-jawabannya begitu bego di depan juri.

Bagaimana mungkin kualitas sekolah bisa meningkat, kalo dukungan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa saja cuma ala kadarnya. Sekolah yang bermutu bayarannya mahal dan segala sesuatunya dikomersialkan.

Untuk apa anak-anak Indonesia harus pintar secara akademik. Kalo sekarang rajin bukan lagi pangkal pandai. Pejabat-pejabat di negeri pelacur ini lebih menghargai yang rajin pangkal paha. Asalkan mulus, tinggal ditawar, "dihargai berapa, say..?"

Good or wrong, it's my country.
Tapi tetap saja aku pengen tereak, "Affffu tenaaaan....!!!"

Read More

22 Agustus 2009

Dah Puasa Lagi...

Tak terasa sudah mulai puasa lagi neh. Bulan yang selalu ditunggu-tunggu oleh banyak orang, terutama yang statusnya karyawan seperti aku.

Ramadhan bulan penuh silaturahmi. Aku bisa pulang kampung dan libur agak lama di akhir bulan. Bulan ini juga dibilang bulan penuh ampunan. Aku bisa bobo siang tanpa harus kena marah juragan. Kalo pun mau ngambek, cukup dibilang, "puasa ga boleh marah lho..."
Beres...

Trus di bulan yang juga penuh barokah, aku mungkin. Sekali lagi mungkin, akan dapat THR. Ga ngarep sih, cuman nungguin doang...

Dan sepertinya tidak ada yang aneh dengan puasa kali ini. Pokoknya masih saja seperti yang dulu. Bangun dini hari, sahur, subuh trus bobo lagi. Bangun siang, brangkat kerja cuma buat nungguin buka. Habis buka brangkat tarawehan. Udah gitu doang.

Di masjid masih seperti yang dulu. Rame...
Dan nanti makin lama jamaahnya akan semakin maju. Isi pengajiannya juga belum berubah. Masih gembar gembor untuk banyak beribadah dalam keikhlasan, tapi tetep diiming-iming pahala yang banyak.

Pintu surga dibuka selebar langit, tapi jembatan menuju pintu masih serambut dibelah tujuh. Jadi tetap aja macet di jembatan penyebrangannya.

Ok. Selamat menjalankan ibadah puasa. Urusan pahala terserah yang ngurusin deh, yang penting aku jalanin apa yang jadi ketentuannya. Semoga tidak dianggap riya...
Read More

18 Agustus 2009

Ternyata Sama

Satu hal yang paling menyebalkan ketika kita merencanakan sebuah event yang dibuka oleh pejabat adalah pembatalan mendadak. Tak jarang pejabat publik negara yang sejak jauh-jauh hari mengatakan siap membuka acara, tiba-tiba asistennya mengirimkan SMS "cancel" hanya satu jam menjelang kegiatan.

Hal ini sudah aku pikirkan sejak acara Tujuh Bintang Art Award direncanakan. Sampai akhirnya aku dan panitia memutuskan untuk memohon kesediaan Gusti Kanjeng Ratu Hemas untuk membuka pameran yang bertajuk The Dream itu. Beliau sebagai pemangku budaya Yogyakarta aku yakin lebih bisa memiliki kepedulian yang tinggi terhadap seni.

Hari sabtu lalu, sekitar pukul 14:00 aku datang ke kraton untuk konfirmasi dan memperoleh jawaban, "Sampai saat ini beliau masih positif akan membuka pameran."

Lega rasanya. Dan untuk menghormati kesediaan beliau, aku harus mempersiapkan segala detil event secara lebih. Termasuk pemasangan tenda VIP dan ruang transit serta prasmanan yang berbeda dengan tamu lainnya.

Baru saja beres mempersiapkan sambutan untuk Kanjeng Ratu, sekitar pukul 16:00 salah seorang panitia tergopoh-gopoh melaporkan kalau GKR Hemas batal hadir. Sedikit kecewa sih, tapi waktu sudah mepet. Aku harus bisa tetap semangat. Akhirnya tenda VIP aku suruh tukang untuk bongkar, agar acara bisa lebih bebas dan full party.

Belum juga kelar membongkar tenda VIP, sekitar pukul 18:30 KPH Wironegoro menelpon kalo Kanjeng Ratu akan hadir nanti malam. Tenda yang dibongkar harus dipasang kembali. Aku sampai berteriak-teriak agar tenda kelar dalam waktu setengah jam.

Terbayang bagaimana setresnya panitia. Ketika tamu sudah mulai berdatangan, lampu-lampu tenda belum kelar terpasang. Tapi aku berbesar hati, karena ketika Kanjeng Ratu tiba di lokasi semua sudah siap. Walau beliau menyatakan hanya bisa mengikuti acara sampai pukul 19:45 saja karena ada kepentingan keluarga.

Petugas stage aku kumpulkan untuk merubah susunan acara, karena Kanjeng Ratu sedianya akan membuka pameran pukul 20:00. Kelar merubah rundown, aku hubungi beliau di ruang transit. Ternyata beliau malah sudah naik ke mobil dan mengatakan akan keluar dulu dan akan kembali pukul 20:30. Waduh...

Aku sampaikan lagi ke komandan stage untuk merubah acara. Dan ternyata, sampai acara selesai pukul 00:00, beliau tak juga kunjung hadir.

Ya sudah lah...
Yang penting acaranya meriah dan aku bisa jungkir jempalik melupakan tekanan letih lelah encok pegel linu selama beberapa minggu lembur persiapan event ulang tahun galeri ini.

Congratulations for 1st Anniversary of Tujuh Bintang Art Space
Read More

13 Agustus 2009

Siapa Yang Lemot..?

Tiga hari lalu...
"Mau laporan mbak, speedy saya kok lelet banget"

"Baik, pak. Nanti segera kami periksa jaringannya."


Dua hari lalu...
"Internet saya masih ndat-ndut, mbak"

"Di Telkom tidak ada masalah kok, pak. Nanti teknisinya akan memeriksa ke tempat bapak."


Kemarin...
"selamat siang, pak. Bagaimana internetnya sudah bagus..?"
"Masih lambat, mbak."
"Coba modemnya matikan dulu, sepuluh menit kemudian dinyalakan lagi."
"Sudah bolak-balik saya matikan dari kemarin."
"Coba komputernya direstart, pak."
"Wah, sudah saya tendang segala, mbak. Tapi masih lemot."
"Baik, pak. Akan kami periksa ulang jaringannya."

Hari ini...
Teknisi datang lagi utak atik segala macem. Setelah agak lama, aku tunjukan sebuah berita di websetnya detik. Kabel Laut putus lagi di Taiwan, internet bakal lelet.

"Oooo... Itu penyebabnya, pak. Berarti kesalahan bukan pada Telkom..."
"Mbuhlah..."


Ilustrasi "Jika Bisa Bermain"

Karya Yudi Irawan
Tujuh Bintang Art Award 2009
Read More

09 Agustus 2009

Prestasi atau Sensasi..?

Ketika sampai di kantor kemarin, teman-teman lagi ribut cerita tentang pengepungan Udin Ngetop selama 18 jam. Aku langsung cari info di website berita yang kali aja ada video live nya. Aku pikir selama 18 jam itu ada pertempuran besar dan bom boman ala pilem rambo.

Tak perlu waktu lama aku langsung merasa mangkel pada diri sendiri. Kenapa aku lahir di negara yang punya aparat seperti itu. Satu orang di dalam rumah dikepung pasukan sebatalion kok harus sehari semalam. Pakai acara buang-buang peluru segala macam yang pasti rakyatlah yang harus membayar setiap peluru yang ditembakkan.

Kalo memang takut rumah itu isinya bom, kenapa tidak minta bantuan artileri saja. Apalagi kalo dengar di berita tipi, penghuni rumah sudah demikian ramah ketika ditanya siapa didalam dengan menyebutkan namanya. Kenapa tidak dilanjut silaturahmi saja sambil ngopi-ngopi. Jadinya tidak terkesan polisi terlalu membuat sensasi.

Cobalah kita berpikir, orang-orang itu begitu militan dan rela menyabung nyawa demi isme nya. Sangat jauh dibanding aparat kita yang sangat sigap niup sempritan kalo melihat motor melewati marka, tapi ketika dilapori motor hilang jawabannya, "ada dana operasionalnya ga?"

Bukan aku membela teroris itu. Aku cuma berandai-andai negara ini bisa membina aparatnya sehebat mereka. Padahal apa yang tidak dimiliki negara untuk bisa seperti itu.

Dar der dor selama 18 jam tanpa serangan balasan yang berarti. Apa iya penghuni rumah yang dikepung itu benar-benar berniat bertempur. Siapa tahu si teroris itu malah santai-santai makan dan ngopi sampai harus bolak balik ke toilet sampai akhirnya mati kekenyangan disana.

Nambah-nambahin kerjaan wartawan saja.
Huuh...
Read More

08 Agustus 2009

Budaya Gumunan dan Konspirasi

Sepertinya tepat sekali bila kita berusaha memahami lagi falsafah lama yang mengatakan :

Aja Dumeh
Aja Goroh
Aja Gumunan

Tak bisa dipungkiri, bahwa masyarakat kita sekarang merupakan masyarakat yang "gumunan", gaptek, bingung dan kagetan walaupun sedikit budeg. Tak usah terlalu jauh, lihat seperti apa ketika blogspot dulu muncul. Kita ramai-ramai membuat blog walau tidak pernah di update. Ketika friendster rame, kita berbondong-bondong kesana walau hanya sekedar pamer narjis. Nasib selanjutnya bisa kita lihat di Multiply lalu facebook sekarang ini.

Ketika Mbah Surip meninggal, bisa dilihat tulisan atau sekedar nyampah status isinya Mbah Surip. Tak perlu terlalu lama, ketika Udin Ngetop tewas, Mbah Surip segera terlupakan.

Tidak sadarkah kita bila budaya "lalenan" ini seringkali dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang tidak bertanggungjawab untuk menghapus apa yang jadi sorotan masyarakat agar cepat menghilang. Ingatkah kita ketika dulu sedang rame-ramenya media menyorot kasus Bulog, aparat tampak gesit dan tiada henti berusaha mengungkapnya. Tapi ketika muncul berita pembunuhan pejabat, berita tentang korupsi itu segera menghilang dari media dan ingatan masyarakat kita. Dan sampai saat ini, kelanjutan kasus itu di tangan aparat tak pernah kita dengar lagi.

Apakah salah bila kita menganggap segala kejadian besar yang menyita perhatian masyarakat kita hanyalah sebuah konspirasi untuk menutup kasus yang lain..???

Ilustrasi "Pembenaran itu Berbahaya"
Karya AT. Sitompul
Hyperlinks, Tujuh Bintang Art Space
Read More

07 Agustus 2009

Benar atau Betul..?

Ada sebuah perdebatan panjang di Yahoo Answer tentang arti kata benar dan betul. Kalo kita buka Kamus Besar Bahasa Indonesia:

Benar : sesuai sebagaimana adanya (seharusnya); tidak salah; tidak berat sebelah; adil; tidak bohong; sah

Betul : sesungguhnya; tidak bohong; tidak salah; tidak keliru; sejati; bukan tiruan; bukan campuran; tulen; tepat; persis.

Keduanya menjadi rancu ketika mendapat imbuhan. Dan kebanyakan yang diforum itu lebih memenangkan kata benar sebagai sesuatu yang positif daripada kata betul.

Kebenaran. Hal yang melambangkan titik tertinggi dari ketidaksalahan. Kebenaran berlaku general dan global, dalam artian siapapun orangnya akan mendeskripsikan dan mengilustrasikan kebenaran dengan tingkat kesepakatan kata yang cenderung sama.

Kebetulan. Kata yang didalamnya terselip sebuah kejadian ketidaksengajaan dan lebih bersifat insidental.

Sepintas dapat disimpukan bila benar lebih berkonotasi positif daripada betul. Pahlawan kebetulan akan dianggap lebih negatif daripada pahlawan kebenaran.

Tapi menurutku tidaklah demikian. Coba kita lihat di lain kasus.

Memperbaiki sebuah kesalahan lebih positif bila menggunakan kata pembetulan, bukannya pembenaran. Pada kata pembetulan, kesan ketidaksengajaan sama sekali tak tampak. Malah kita akan menangkap kesan pemaksaan pada kata pembenaran.

Lukisan yang terpasang miring dibetulkan, terkesan positif yaitu diperbaiki agar menjadi lurus. Bila mengunakan kata kata dibenarkan, kesannya lukisan miring itu tidak dianggap salah.

Kembali ke imbuhan ke - an. Imbuhan ini dianggap sebagai pembuat sesuatu yang tidak disengaja. Kerasukan, tidak sengaja dirasuki sesuatu. Kecelakaan, tidak sengaja celaka. Kematian, tidak sengaja mati. Tapi apakah kebenaran juga artinya tidak sengaja benar..?

Jadi aku pikir, pemakaian kedua kata itu lebih mengacu pada ketepatan atau kecocokan dengan situasi yang dihadapi. Benar tidak selalu positif dan sebaliknya...

Sedikit melenceng dari bahasan. Sebagai pembanding tak coba petikan dari sebuah puisi asal comot dari internet.

Jika kamu merasa benar
Tunjukkan secara jantan kebenaranmu...
Jika kamu merasa salah
Tunjukkan secara jantan kesalahanmu..
Jika kamu merasa malu
Tunjukkan...

Mbuhlah...
Terserah ahli bahasa saja...

Ilustrasi "Who's Wrong..?"
Karya Iqro Ahmad Ibrahim
Tujuh Bintang Art Space
Read More

03 Agustus 2009

Rindu Masa Lalu

Dalam beberapa minggu terakhir ini, badanku sudah turun jadi 58 dari 68 kilo awal tahun ini. Beban pekerjaan yang sedikit babak belur dihantam krisis akhir tahun lalu belum juga menampakan tanda-tanda perubahan. Walau di kompas cetak kemarin, sudah mulai ada berita bagus tapi tetap saja belum mampu meringankan beban berat dalam otak.

Ingin rasanya aku lari ke alam bebas mengunjungi masa lalu untuk menumpahkan segalanya. Hutan, gunung dan kesunyian adalah pengobat segalanya di masa-masa itu. Disana aku selalu bisa menepis segala gundah ketika rasa lelah mulai mengganggu.

Pekerjaan kantor yang sebenarnya hanya melelahkan otak, nyatanya lebih besar efeknya terhadap fisik daripada lelah karena berjalan kaki semalaman menembus kabut malam menuju puncak gunung di ambang fajar.

Haduuuuuh....
Aku ingin kembali ke pangkuan alam raya...

Read More

02 Agustus 2009

Akhirnya... Fisbuk

Mondol banget ga sih..?
Kalo pada hari ini akhirnya aku jadi pesbukiyah..??

Beberapa kali ada ajakan mampir ke email, ga pernah aku gubris. Baru kali ini aku luluh, cuma gara-gara diajak join ke Rawins Club.


Tak disangka, adik-adiku di STM Negeri Purwokerto masih terus menggelorakan semangat Rawins yang identik dengan pramukaan, mendaki gunung, mbolosan dan sederet titel yang ga enak.

aku yakin mereka jarang yang tahu kalo titel Rawins itu berawal dari kegeraman guru jurusan mesin sehingga memaki dengan nama orang gila tetanganya di daerah Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas sana.

Huuuuuh....
Read More

Pit Stop

Pagi-pagi, direkturku kasih tugas, "Ko, kamu cari gambar pit stop F1 dan cari tahu maknanya."

Sepintas perintah itu terasa biasa. Namun aku tahu kebiasaan bosku dan aku yakin tidak sebatas mencari gambar di google.

Sampai siang ini aku masih berusaha mencari tahu tentang pit stop dan aku berusaha menghubungkan dengan kejadian-kejadian beberapa hari lalu.


Pikiranku tertuju ketika malam pembukaan pameran kemarin. Biasanya aku mondar-mandir memeriksa segala detil event yang berlangsung. Malam itu aku memang merasa "ga mood" dan lebih banyak diam di kantor mengerjakan persiapan event Agustus. Sampai bosku masuk ke kantor dan kasih komentar, "Pameran kalo dah dibuka, berarti udahan yo, ko..?"


Dari situ aku mulai bisa menelusur sangkut paut antara semangatku yang lagi "mbleret" dengan pencapaian produksi galeri. Kenapa arena balapan Formula 1 dan kenapa harus pit stop. Hmmmm...?

Dari sisi harfiahnya, formula 1 mungkin bisa diartikan sebagai racikan jitu untuk mencapai nomor satu. Semua orang beradu skil, teknologi, fisik, mental dan dana yang luar biasa besar hanya untuk menjadi pemenang mencapai garis finish.

Dan untuk mencapai segala tujuan akhir itu, kita tak bisa terus menerus memacu mobil tanpa henti. Harus ada pit stop. Harus berhenti sejenak, mengganti ban, mengisi bahan bakar, memeriksa kondisi mesin sebelum kembali ke arena balapan.


Tapi walau ada fasilitas pit stop sebagai tempat pemberhentian, tetap saja kita tak bisa bersantai santai. Harus dicari strategi agar bisa masuk pit stop sesedikit mungkin dan tidak terlalu lama berada disitu.


Aku melihat sebuah kerjasama yang luar biasa antar kru pit stop sehingga semua pekerjaan yang menuntut ketelitian tinggi itu bisa seleai dalam hitungan detik. Satu kesalahan kecil bisa membuat mobil meledak seperti dalam beberapa kejadian.


Dengan analogi itu agaknya akupun harus berhenti sejenak. Mengevaluasi apa yang sudah aku kerjakan dan membentuk satu tim tangguh yang mampu bergerak cepat dan meminimalisir tingkat “kecelakaan” sebelum aku harus kembali melesat menuju tujuan akhir dengan target menjadi pemenang.


Kira-kira begitu yang terpikirkan olehku.

Ada masukan lain..?


Ilustrasi "TheNinja"
Karya Pramono IR
Tujuh Bintang Art Space

Read More

01 Agustus 2009

Siapa yang marah ya..?

Siang bolong yang dingin. Seorang teman lama yang lama banget tiada kabar berita tiba-tiba nelpon. Ceritanya ngajak jalan-jalan. Tapi kutolak karena lagi sibuk banget beresin laporan bulanan dan keuangan event kemaren. Trus ngobrolnya jadi begini...

"Mas, kamu kok ga mau berteman sama aku sih..?"
"Lho, ini udah ngobrol. Kenapa bilang ga mau berteman..?"
"Dari dulu kalo diajak jalan selalu menolak."
"Ya, waktunya aja yang ga tepat. Minggu depan aja kamu ke Jogja tar kita keliling-keliling bareng istriku."
"Lho, kamu dah punya istri tho, mas..? Ga jadi, ah"
"Gapapa kok. Istriku baik hati. Suka jalan-jalan dan banyak teman."
"Ga ah. Nanti istrimu marah..."
"Jalan-jalan sama teman kok marah. Suer engga."
"Pokoknya engga..!!!"

Klek, telpon ditutup setelah jawaban terakhir yang ketus.

Hahahaha kacaw...
Kalo begitu, siapa yang marah ya..?

Ilustrasi "Don't Disturb Me"
Karya Wayan Sudarna Putra
Tujuh Bintang Art Space
Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena