MetroTV hari ini.
Kontingen Indonesia dalam ajang Olimpiade Matematika di Singapura tiba di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (24/8). Mereka berhasil meraih 13 emas, 22 perak serta 38 perunggu.
Cukup membanggakan memang. Tapi hilang semua kebanggaanku, ketika berita berlanjut begini, "Dalam ajang tersebut, para peserta dinilai cukup antusias. Ini meski mereka harus mengeluarkan dana pribadi untuk akomodasi selama lomba."
Sebenarnya aku hidup di negara apa ini. Siswa berprestasi sampai ke luar negeri, jangankan didukung, diongkosin dan dicukupi kebutuhannya, diekspos saja jarang. Coba bandingkan dengan peserta kontes ratu ratuan macam miss universe yang begitu heboh sambutan dan dukungannya. Ekspos media pun teramat gencar dilakukan. Kalo disebut kontes kecantikan itu juga mempertimbangkan isi otak, kenapa finalis putri Indonesia beberapa tahun lalu jawaban-jawabannya begitu bego di depan juri.
Bagaimana mungkin kualitas sekolah bisa meningkat, kalo dukungan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa saja cuma ala kadarnya. Sekolah yang bermutu bayarannya mahal dan segala sesuatunya dikomersialkan.
Untuk apa anak-anak Indonesia harus pintar secara akademik. Kalo sekarang rajin bukan lagi pangkal pandai. Pejabat-pejabat di negeri pelacur ini lebih menghargai yang rajin pangkal paha. Asalkan mulus, tinggal ditawar, "dihargai berapa, say..?"
Good or wrong, it's my country.
Tapi tetap saja aku pengen tereak, "Affffu tenaaaan....!!!"
Cukup membanggakan memang. Tapi hilang semua kebanggaanku, ketika berita berlanjut begini, "Dalam ajang tersebut, para peserta dinilai cukup antusias. Ini meski mereka harus mengeluarkan dana pribadi untuk akomodasi selama lomba."
Sebenarnya aku hidup di negara apa ini. Siswa berprestasi sampai ke luar negeri, jangankan didukung, diongkosin dan dicukupi kebutuhannya, diekspos saja jarang. Coba bandingkan dengan peserta kontes ratu ratuan macam miss universe yang begitu heboh sambutan dan dukungannya. Ekspos media pun teramat gencar dilakukan. Kalo disebut kontes kecantikan itu juga mempertimbangkan isi otak, kenapa finalis putri Indonesia beberapa tahun lalu jawaban-jawabannya begitu bego di depan juri.
Bagaimana mungkin kualitas sekolah bisa meningkat, kalo dukungan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa saja cuma ala kadarnya. Sekolah yang bermutu bayarannya mahal dan segala sesuatunya dikomersialkan.
Untuk apa anak-anak Indonesia harus pintar secara akademik. Kalo sekarang rajin bukan lagi pangkal pandai. Pejabat-pejabat di negeri pelacur ini lebih menghargai yang rajin pangkal paha. Asalkan mulus, tinggal ditawar, "dihargai berapa, say..?"
Good or wrong, it's my country.
Tapi tetap saja aku pengen tereak, "Affffu tenaaaan....!!!"
0 comments:
Posting Komentar
Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih