BB 21++
Bukan survai. Hanya pertanyaan iseng kepada teman secara acak yang berbunyi, "apa yang terpikirkan ketika tanpa sengaja melihat ada kondom di dompet seorang teman..?"
Sebagian besar jawaban ternyata mengarah ke hal negatif dengan poin tertinggi pada kata ngejablay dan selingkuh. Ada yang bilang belum cukup umur tapi jawabnya sambil cengar-cengir mupeng. Hanya sebagian kecil yang bernada positif sebagai alat kontrasepsi pengatur kelahiran. Yang positif tapi buntutnya miring-miring ada juga. Katanya demi kesehatan dan sayang istri. Tapi setelah dipertanyakan maksudnya lebih jauh, ternyata definisi sayang itu adalah, "emang gua udah gila apa jajan ga pake sarung. Kalo sampe kena penyakit, kasihan istri yang ga tau apa-apa..."
Atau bayangkan saat kita nongkrong malem-malem di warung, trus dari balik ruangan terdengar suara cowok nanya, "berapa..?"
Lalu dijawab dengan suara lembut cewek, "300 ribu aja deh, mas. Dijamin ga mengecewakan. Mau pake kondom ga..? Gratis deh buat bonus..."
Apa yang pertama lewat dalam benak mendengar kata kondom bila kita tak memeriksa ke ruangan sebelah yang ternyata konter hape..?
Pemikiran negatif itu bukan cuma milik mereka yang memang gemar bertualang saja. Yang aku yakin orang baik-baik pun mikirnya senada bahwa kondom itu untuk mencegah penyakit menular seksual. Pantes saja kalo aku pulang cuti dan mampir ke mini market, mbak-mbak kasirnya suka mesam-mesem. Bisa jadi si mbak menganggap hidungku belang gara-gara melihat belanjaanku. Egepe dah. Asal jangan trus nawarin kamar pas buat nyobain sebelum dibayar. Emang beli baju..?
Buatku, kondom hanyalah alat kontrasepsi biar kasus Citra kesundul Cipta ga terulang lagi. Fungsi kesehatannya tak pernah aku pikirkan karena aku yakin aku dan ibue Citra ga ada masalah disitu. Lebih jauh lagi, kondom merupakan salah satu cara bagi suami untuk ikut bertanggungjawab terhadap keluarga. Dimana umumnya di Indonesia Raya, masalah KB sering dianggap sebagai urusan ibu-ibu.
Aku rasa ada unsur ketidakadilan disini. Dimana bapak-bapak hanya maunya numpak dan enaknya saja. Tuhan menciptakan seks untuk manusia agar ada dua unsur berlainan jenis bisa bersatu dalam kebersamaan. Tidak bisa disebut kebersamaan bila kejadiannya "enak di lu ga enak di gue." Yang ada salah satu pihak merasa terjajah dan payahnya yang paling sering dijadikan korban adalah istri. Banyak suami-suami yang merasa bahwa tugasnya hanya kerja cari duit semampunya. Urus rumah, anak, cari penghasilan tambahan dan lain-lain termasuk urusan KB jadi beban istri. Padahal kenyataan di sekitar kita, cukup banyak acara naik-naik ke puncak gunung yang istri hanya tau lagunya doang tanpa pernah sampai kesana.
Minimnya metode KB untuk laki-laki bukan alasan untuk lepas tanggung jawab tak mau berbagi tugas. Disini aku lihat banyak contoh ketidakkonsistenan laki-laki sebagau suami. Seks dalam rumah tangga yang secara teori disebut nafkah batin, kenyataannya lebih cenderung dipraktekan sebagai pelayanan istri semata.
Penolakan banyak suami terhadap kondom sebagai alat kontrasepsi umumnya pake alasan ribet. Mood yang sudah tegangan tinggi tinggal tarik pedal gas, harus ditahan sejenak untuk pake helm. Kalo KB untuk istri ga bakalan seperti itu. Pil KB yang harus tiap hari ga perlu diminum sesaat sebelum tinggal landas. Suntik bisa 3 bulan sekali. Atau yang bisa tahunan seperti implan atau IUD. Sepintas memang praktis. Tapi suami juga perlu ingat keluhan sebagian besar pengguna kontrasepsi hormonal yang punya efek samping kegemukan dan haid tidak teratur atau sampai lama baru mampet. Nanti melihat body istrinya membengkak atau palang merahnya kelamaan, trus dijadikan alasan untuk tengok kanan kiri. Ga adil kan..?
Alasan lainnya katanya tidak nyaman. Walau super tipis, kondom memang mengurangi sensitifitas syaraf terhadap rangsangan. Alasan ini tidak bisa diterima begitu saja bila melihat kenyataan banyak laki-laki yang menggunakan obat semprot atau oles agar tahan lama dan disebut lelaki perkasa. Obat semacam ini cara kerjanya sama dengan obat bius yang membuat syaraf kulit menjadi mati rasa secara temporer. Separah-parahnya kondom tidak sampai ke level mati rasa. Secara teknis, menggunakan kondom lebih bisa menikmati aktifitasnya dibanding menggunakan obat. Dikaitkan dengan kepekaan syaraf dan efeknya pada daya tahan, walau tak sehebat obat-obatan, kondom juga bisa memperpanjang masa aktif ibadah indah itu.
Ada lagi yang takut istri tidak nyaman. Aku yakin engga deh. Yang aku dengar, keluhan istri umumnya bukan dalam hal dibungkus atau tidak. Tapi pada suami yang keburu layu sebelum istri berkembang. Bila pake kondom bisa menambah durasi tayang, apa alasannya istri menolak. Apalagi sekarang ada kondom tipe dotted yang permukaannya dikasih benjolan-benjolan kecil. Yang oleh ibue Citra cuma dikasih komentar satu kata saja. "Mancaaap..."
Tak perlulah berpikir rumit sampai sebegitunya. Intinya kalo memang ingin disebut suami idaman yang sayang istri, apa salahnya ikut bertanggungjawab untuk tidak membebankan soal sederhana itu ke istri. Ga perlu termakan omongan orang yang ga jelas. Nyobain aja belum sudah teriak ga enak. Kalo awalnya rada kagok itu wajar, namanya juga belum biasa. Toh tak selamanya harus disarungin. Tinggal tanya ke bidan cara ngitung masa subur, bisa kok sekali kali free style full body contact tanpa pengaman.
Sepele...
Namun akan berarti banyak dalam keharmonisan rumah tangga. Jangan terbawa bodoh seperti anehdot jadul yang tenar di kaskus tentang 3 suami yang lagi menceritakan kebodohan istrinya masing-masing.
Suami pertama cerita, "Istriku bodoh banget. Suka masak aja engga, kemarin ribut minta dibeliin kompor gas 2 pintu..."
Suami kedua, "Sama. Istriku pernah minta dibeliin tabung gas 50 kilo. Padahal di rumah pakenya kompor minyak..."
Suami ketiga, "Bodohan istriku. Setiap dinas ke luar kota selalu bawa kondom selusin. Emang mau dipasang dimana..? Dia kan cewek..."
Siapa yang bodoh..?
Jurnal ini perlu dilanjut part 2 gak ya..?
Bukan survai. Hanya pertanyaan iseng kepada teman secara acak yang berbunyi, "apa yang terpikirkan ketika tanpa sengaja melihat ada kondom di dompet seorang teman..?"
Sebagian besar jawaban ternyata mengarah ke hal negatif dengan poin tertinggi pada kata ngejablay dan selingkuh. Ada yang bilang belum cukup umur tapi jawabnya sambil cengar-cengir mupeng. Hanya sebagian kecil yang bernada positif sebagai alat kontrasepsi pengatur kelahiran. Yang positif tapi buntutnya miring-miring ada juga. Katanya demi kesehatan dan sayang istri. Tapi setelah dipertanyakan maksudnya lebih jauh, ternyata definisi sayang itu adalah, "emang gua udah gila apa jajan ga pake sarung. Kalo sampe kena penyakit, kasihan istri yang ga tau apa-apa..."
Atau bayangkan saat kita nongkrong malem-malem di warung, trus dari balik ruangan terdengar suara cowok nanya, "berapa..?"
Lalu dijawab dengan suara lembut cewek, "300 ribu aja deh, mas. Dijamin ga mengecewakan. Mau pake kondom ga..? Gratis deh buat bonus..."
Apa yang pertama lewat dalam benak mendengar kata kondom bila kita tak memeriksa ke ruangan sebelah yang ternyata konter hape..?
Pemikiran negatif itu bukan cuma milik mereka yang memang gemar bertualang saja. Yang aku yakin orang baik-baik pun mikirnya senada bahwa kondom itu untuk mencegah penyakit menular seksual. Pantes saja kalo aku pulang cuti dan mampir ke mini market, mbak-mbak kasirnya suka mesam-mesem. Bisa jadi si mbak menganggap hidungku belang gara-gara melihat belanjaanku. Egepe dah. Asal jangan trus nawarin kamar pas buat nyobain sebelum dibayar. Emang beli baju..?
Buatku, kondom hanyalah alat kontrasepsi biar kasus Citra kesundul Cipta ga terulang lagi. Fungsi kesehatannya tak pernah aku pikirkan karena aku yakin aku dan ibue Citra ga ada masalah disitu. Lebih jauh lagi, kondom merupakan salah satu cara bagi suami untuk ikut bertanggungjawab terhadap keluarga. Dimana umumnya di Indonesia Raya, masalah KB sering dianggap sebagai urusan ibu-ibu.
Aku rasa ada unsur ketidakadilan disini. Dimana bapak-bapak hanya maunya numpak dan enaknya saja. Tuhan menciptakan seks untuk manusia agar ada dua unsur berlainan jenis bisa bersatu dalam kebersamaan. Tidak bisa disebut kebersamaan bila kejadiannya "enak di lu ga enak di gue." Yang ada salah satu pihak merasa terjajah dan payahnya yang paling sering dijadikan korban adalah istri. Banyak suami-suami yang merasa bahwa tugasnya hanya kerja cari duit semampunya. Urus rumah, anak, cari penghasilan tambahan dan lain-lain termasuk urusan KB jadi beban istri. Padahal kenyataan di sekitar kita, cukup banyak acara naik-naik ke puncak gunung yang istri hanya tau lagunya doang tanpa pernah sampai kesana.
Minimnya metode KB untuk laki-laki bukan alasan untuk lepas tanggung jawab tak mau berbagi tugas. Disini aku lihat banyak contoh ketidakkonsistenan laki-laki sebagau suami. Seks dalam rumah tangga yang secara teori disebut nafkah batin, kenyataannya lebih cenderung dipraktekan sebagai pelayanan istri semata.
Penolakan banyak suami terhadap kondom sebagai alat kontrasepsi umumnya pake alasan ribet. Mood yang sudah tegangan tinggi tinggal tarik pedal gas, harus ditahan sejenak untuk pake helm. Kalo KB untuk istri ga bakalan seperti itu. Pil KB yang harus tiap hari ga perlu diminum sesaat sebelum tinggal landas. Suntik bisa 3 bulan sekali. Atau yang bisa tahunan seperti implan atau IUD. Sepintas memang praktis. Tapi suami juga perlu ingat keluhan sebagian besar pengguna kontrasepsi hormonal yang punya efek samping kegemukan dan haid tidak teratur atau sampai lama baru mampet. Nanti melihat body istrinya membengkak atau palang merahnya kelamaan, trus dijadikan alasan untuk tengok kanan kiri. Ga adil kan..?
Alasan lainnya katanya tidak nyaman. Walau super tipis, kondom memang mengurangi sensitifitas syaraf terhadap rangsangan. Alasan ini tidak bisa diterima begitu saja bila melihat kenyataan banyak laki-laki yang menggunakan obat semprot atau oles agar tahan lama dan disebut lelaki perkasa. Obat semacam ini cara kerjanya sama dengan obat bius yang membuat syaraf kulit menjadi mati rasa secara temporer. Separah-parahnya kondom tidak sampai ke level mati rasa. Secara teknis, menggunakan kondom lebih bisa menikmati aktifitasnya dibanding menggunakan obat. Dikaitkan dengan kepekaan syaraf dan efeknya pada daya tahan, walau tak sehebat obat-obatan, kondom juga bisa memperpanjang masa aktif ibadah indah itu.
Ada lagi yang takut istri tidak nyaman. Aku yakin engga deh. Yang aku dengar, keluhan istri umumnya bukan dalam hal dibungkus atau tidak. Tapi pada suami yang keburu layu sebelum istri berkembang. Bila pake kondom bisa menambah durasi tayang, apa alasannya istri menolak. Apalagi sekarang ada kondom tipe dotted yang permukaannya dikasih benjolan-benjolan kecil. Yang oleh ibue Citra cuma dikasih komentar satu kata saja. "Mancaaap..."
Tak perlulah berpikir rumit sampai sebegitunya. Intinya kalo memang ingin disebut suami idaman yang sayang istri, apa salahnya ikut bertanggungjawab untuk tidak membebankan soal sederhana itu ke istri. Ga perlu termakan omongan orang yang ga jelas. Nyobain aja belum sudah teriak ga enak. Kalo awalnya rada kagok itu wajar, namanya juga belum biasa. Toh tak selamanya harus disarungin. Tinggal tanya ke bidan cara ngitung masa subur, bisa kok sekali kali free style full body contact tanpa pengaman.
Sepele...
Namun akan berarti banyak dalam keharmonisan rumah tangga. Jangan terbawa bodoh seperti anehdot jadul yang tenar di kaskus tentang 3 suami yang lagi menceritakan kebodohan istrinya masing-masing.
Suami pertama cerita, "Istriku bodoh banget. Suka masak aja engga, kemarin ribut minta dibeliin kompor gas 2 pintu..."
Suami kedua, "Sama. Istriku pernah minta dibeliin tabung gas 50 kilo. Padahal di rumah pakenya kompor minyak..."
Suami ketiga, "Bodohan istriku. Setiap dinas ke luar kota selalu bawa kondom selusin. Emang mau dipasang dimana..? Dia kan cewek..."
Siapa yang bodoh..?
Jurnal ini perlu dilanjut part 2 gak ya..?
Temenmu gak ada om yang punya kondom cuma buat diplembungin aja...? :D
BalasHapusaku yo kenal kondom cuma tiap 3 bulan un
BalasHapusnengkene nggowo kondom dinggo opo..?
pernah tuh ada temen bawa kondom didompetnya, yang ada di pikiran gue tuh tentang temen pasti doyan jajan.. Lah wong dia belum nikah, dah gitu nggak punya pasangan tetap :D
BalasHapusterhadap yang punya pasangan pun, sebagian pandangan umum negatif tuh
Hapusperlu ada pencerahan lagi kayaknya
Arep OOT wae, sing penting komen wekekekeke
BalasHapusmendingan oot naz daripada minder..
Hapusnang kene enek quick note ora? Arep melu2 nggaweeee
BalasHapus#komen maneh, sing penting nyampah :D
Digaplok kang Rawins
gawe opo..? sesuk tak gaweke..
HapusWaktu itu gua bawa2 kondom ke kampus, segepok pula, untuk dijadikan objek pelajaran desain packaging...hahaha...nah lho
BalasHapusbelinya sambil cengar cengir ya..?
Hapusbelom pernah pake kondom dan belom pernah pegang kondom... bekas maksudnya. hahahha... lah bekase sopo, dienggo opo jal?
BalasHapusyo dipake di jempol opo irung phe...
HapusWah, aku suka banget ni posting :D
BalasHapusAku sih kemaren pasang IUD, tapi waktu masih menyusui sih, suami pakai kondom. Nggak ada masalah, sih :)
Seandainya ada banyak suami bertanggung jawab seperti Rawins.. *ngayal..*
Kesian soalnya liat ada ibu yang tiap tahun beranak, emangnya enak ngurusin rumah penuh anak-anak nangis? :p
hehehe iya ga tega juga liat ibue ngurus si ncit sama ncip yang jaraknya terlalu dekat...
Hapusmampir bentar untuk memberitahu ada kegiatan hibah buku ala blogger
BalasHapusfeat anaz ya..?
Hapuswokey meluncur deh..
wah aku blom ngerti nih yang gini2an, tapi di baca dulu aja deh sapa tau berguna hehee
BalasHapusnamanya baca mah ga perlu mikir ngerti apa engga
Hapuseh bukannya baca tuh kalo ga ngerti..?
blognya gak ada tombol LIKEnya ya? hehehe
BalasHapuspake taktik dong mas kalau beli itu, misalnya sambil beli diapers untuk anak atau susu misalnya oops ini pengalaman pribadi (jadi gak dicurigain macam-macam kan)
hehehe ga tau cuman templet asal comot doang
Hapusudah beres kok soal itu mah. setiap cuti ibue sudah nyiapin jadi ga perlu dimesemin mbak kasir lagi...
kalo semua laki-laki (suami) berpikir kaya gitu tentram kayaknya hidup para istri,dampak dari KB bikin badan melar dan haid tidak teratur itu bener.
BalasHapusberusaha mengerti dan membantu saja. toh itu untuk kepentingan bersama
Hapuskan kalau main supaya ga hamil, bisa "buang" diluar (ga musti buang di "dalam")
BalasHapustoh sama2 musti mandi besar nantinya
ga efektif rio
Hapussebelum ejakulasi kan tetep aja ada yang keluar
lagian nahan desakan itu sunguh ujian yang teramat berat
waaa belum cukup umur saia.,
BalasHapustapi pake mupeng gak..?
Hapushehe
ini bahaya sebenernya,untung kondom kagak pernah didalam dompet soalnya bisa di cekek sama pacar kalau ketahuan begitu
BalasHapuslagi pula aku mah kagak macam2 mas,soalnya takut kena penyakit kelamin + penyakit ketagihan ini yg paling bahaya,heheh
yah bilang aja buat persiapan kalo ngapel
Hapushahaha dicekek beneran tuh...
Jelas kalo melihat kondom di dompet orang akan berpikiran negatif.
BalasHapusYa..walaupun seperti yang mas bilang, belum tentu kondom tersebut digunakan untuk hal yang tidak baik.
Tapi selama ini penggunaan kondom kan kerap kali disalahgunakan :D
Saya termasuk orang yang gak setuju kondom diperjual belikan dengan mudahnya.
Kenapa? Tuh, prostitusi semakin menjadi2.
"Gak masalah lah buat nyoblos, toh gak bakalan hamil, toh gak bakalan kena AIDS, dll"
Kalo buat suami-istri sih sah2 aja ya :D
persiapan kalo anak ngamuk minta balon...
Hapushehe
WOW...postingan ini untuk 21 keatas ya?...
BalasHapusmenyimak saja. Punya satu kotak dikasih pas ada konseling tentang HIV. Trus mau di pake apa ini kondom, di tiup di jadikan balon aja. Hehehehe...
lumayan tuh dijadiin balon, bisa dijual..
HapusPostingan kali ini utk yg sudah dewasa ya..? Emang bener sih, selama ini yg 'dituntut' utk ber-KB emang para istri aja. Biasanya para suami ogah repot... :p
BalasHapusSyukur deh Kang Rawins punya kesadaran utk melindungi istri.. Salam buat nCit dan nCip ya Kang?
BTW, templatenya keren banget sekarang. Kolom komennya juga.. Sip
bu sasa belum dewasa ya..?
Hapusheheh..
Nggoleki yang pake kondom ahh.....
BalasHapusAjarin cara makenya dong Omm... :P
ambil kondomnya...
Hapusdiputer...
dijilat...
terus dicelupin..
Pikiran negatif pastinya, lagian kenapa harus ditaruh di dompet, mending dikantongin aja.. :)
BalasHapusbukankah dompet lebih aman daripada kantong..?
Hapuswekekek ... mau komen apa yah :lol: ... saya baca yang kedua dulu deh
BalasHapushaha gausah komen juga gapapa
Hapusngetik doang dah cukup...
emang rasanya pake kondom gmn sih...??
BalasHapus:P
hahahhaa....