11 Maret 2012

Ke Hutan

#17+

Rombongan sirkus dari kantor pusat akhirnya balik ke Jakarta. Wajah-wajah karyawan site yang selama seminggu masa audit selalu tegang, hari ini kembali cerah. Semalem sudah ada yang kasak-kusuk dengan kepala sarana mau pinjam mobil buat turun ke kota. Sialnya hari ini aku bangun kesiangan, sehingga yang kutemukan di mess hanya kamar-kamar kosong tanpa penghuni.

Daripada bengong aku ajak teman yang ga keluar mess masuk hutan untuk cari buah-buahan. Sudah tidak musim memang, tapi satu dua biji biasanya suka ada yang nyisa. Yang penting hati-hati saat menjarah buah. Salah metik buah milik orang, bisa tunggang langgang diacungin golok sama yang punya.

Biarpun di tengah hutan, ada beberapa bidang tanah yang ada pemiliknya. Status hukumnya memang hutan negara. Tapi secara budaya, ketika seseorang pernah buka ladang di suatu tempat, biarpun bertahun-tahun tidak pernah diurus, secara adat tanah itu menjadi milik anak turunnya. Tidak ada sertifikat ataupun bukti pembayaran pajak bumi dan bangunan, pokoknya tanah itu sudah dianggap ada pemiliknya.

Pernah aku dua kali diacungin mandau karena salah masuk ke hutan orang. Untung saja aku pernah dibilangin oleh karyawan senior, kalo kena kasus semacam itu jangan lari. Tapi ajak duduk dan tawarin rokok. Makanya setiap masuk hutan, mau perokok atau bukan selalu menyiapkan rokok barang dua bungkus untuk persiapan. Masuk hutan tanpa penghuni beda lagi ancamannya. Bukan acungan mandau, melainkan serangga atau babi hutan. Kalo yang ini mah tidak ada trik khusus untuk mengatasinya kecuali jurus langkah seribu.

Selain cari buah, aku juga mau cari madu hutan. Ibue sempat bilang stok madu di rumah tinggal sedikit. Setiap pulang cuti aku memang suka bawa madu hutan buat anak-anak. Bentuknya memang tidak sekental madu yang di jual di supermarket. Rasanya juga agak asam dan sedikit pahit. Tapi kayaknya lebih bagus karena aku yakin itu asli tak seperti yang suka dijual di Jawa.

Cari madu ini bukan ambil sendiri. Tapi nyari orang Dayak yang suka cari madu di hutan. Ngobok-obok sarang lebah hutan sendiri mana aku berani. Mendingan keluar duit 200 ribu untuk bayarin satu jeriken madu ukuran 2 liter. Soalnya aku pernah sekali disengat lebah hutan dan demam sampe seharian. Bengkaknya malah bertahan lebih lama. 

Andai saja disengat lebah hutan ini cuma kasih bengkak tanpa rasa sakit
Mungkin tiap mau pulang cuti aku rajin ke hutan
Biar ga perlu ke ma erot...



Read More

Kesempatan & Pilihan

#21+

Seorang teman lama yang beberapa bulan menghilang, tiba-tiba menyapa di YM. Seperti biasa saling basa basi menanyakan kabar lalu saling ejek lagi seperti dulu. Di tengah obrolan tiba-tiba dia bertanya, kenapa aku tidak juga berubah sementara teman-temannya yang lain menjauhinya sampai dia memutuskan untuk menghilang dari peredaran.

Oh ya, temanku itu seorang perempuan yang baik, cantik, energik dan begitu menarik. Sebelumnya dia bekerja sebagai pramugari dan suatu saat dia cerita ada penumpang seorang pengusaha tambang yang ngotot menawarinya kerja. Waktu itu aku cuma bisa bilang, kalo peluangnya untuk masa depan lebih bagus kenapa tidak..?

Disitulah awal mula cerita dimana dia beralih profesi menjadi sekretaris. Padahal dia mengaku tak bisa komputer dan tahu internet hanya tentang pesbuk saja. Semenjak itu kehidupannya berubah drastis. Hanya dalam hitungan minggu sebuah apartemen di seputaran HI dan Honda Jazz sudah dia miliki. Aku sendiri tak pernah ambil pusing dengan urusan orang lain apalagi sekedar teman ceting. Diapun tak pernah cerita apapun tentang pribadinya selain becanda tawa seperti biasa. Namun dalam ceting terakhirnya, dia sempat mengeluh sahabat-sahabat karibnya satu persatu menjauh.

Kembali ke soal pertanyaan tadi...
Memang apa keperluannya aku harus berubah atau menjauhi orang lain yang tak mengusik kehidupanku. Ketika dia akhirnya terbuka bercerita kalo dia memang jadi cewek simpanan pengusaha, aku cuma pasang icon nyengir doang. Buatku menjalani hidup adalah sebuah pilihan. Apapun pilihannya aku tak berhak memvonisnya dengan semena-mena sejauh tidak menganggu pribadi dan keluargaku.

Dia bertanya, apakah dia begitu hina sehingga teman-temannya menjauh. Aku hanya jawab, jalan hidup yang kita pilih hina atau tidak, jawabannya bukan di mulut orang lain, melainkan di hati kita masing-masing. Saat hati sudah bicara, bisakah orang lain merubahnya..?

Menjadi baik atu buruk bukan soal pendidikan, moral atau agama semata, melainkan soal kesempatan. Begitu banyak orang baik yang tetap baik atau berubah buruk hanya karena soal kesempatan itu. Dalam hal teman-teman yang menjauh, siapa yang berani jamin mereka tak ambil pilihan yang sama bila kesempatan itu ada di depan mata. Atau bisa juga mereka menjauh karena iri, kenapa kesempatan itu tak jatuh ke tangan mereka.

Aku ceritakan padanya tentang teman lain. Seorang aktifis yang dulu rajin berteriak di jalanan sampai bolak-balik berurusan dengan yang berwajib. Begitu kagum aku dengan kegigihannya membela suara rakyat kecil tanpa mau peduli dengan kehidupan pribadinya. Makin lama namanya makin populer sampai akhirnya ditarik oleh salah satu partai dan berhasil duduk di kursi empuk dengan label wakil rakyat. Namun siapa yang sangka bila suaranya yang masih saja nyaring pada akhirnya berubah nada seiring kehidupannya yang semakin mewah. Sampai dia sempat keceplosan tentang acara "jual suara" nya itu dengan berkata, "Setiap bulan separo gaji resmi hilang, anggap saja sebagai umpan mancing. Toh yang hasil ga resminya sehari bisa lebih dari gaji resmi sebulan..."

Itu hanya sekedar contoh bahwa baik buruk hanya di soal kesempatan. Temanku yang dulu begitu baik, peduli sesama, beragama kuat, hampir tiap tahun naik haji, nyatanya berakhir di kantor polisi karena kasus korupsi. Makanya aku berani bilang, orang baik yang tetap menjadi baik saat kesempatan lewat di ujung hidung mungkin tak sampai angka 10%. Sisanya berubah drastis walau mungkin sebagian besar pandai menyimpan kejahatannya sehingga orang lain tak mampu melihatnya.

Aku ceritakan begitu, si cantik kembali bertanya apa yang sebaiknya dia lakukan saat ini. Pertanyaan yang mungkin mubazir karena aku kembalikan lagi ke isi hatinya. Aku cuma ingatkan bahwa orang-orang seperti pengusaha itu kebanyakan hanya cari hiburan semata. Kecil sekali kemungkinannya untuk menikahi atau tetap menyimpannya sampai akhir hayat nanti. Seorang lelaki baik-baik yang setia dengan satu istripun pasti akan merasakan perbedaan atas casing pasangannya saat pacaran dan setelah menikah. Secantik apapun istri, setelah sekian lama hidup bersama pasti akan terasa biasa dan kembali ke falsafah hijaunya rumput tetangga.

Hanya saja untuk laki-laki tipe itu, rasa sayang dan tanggung jawab ke keluarga selalu diatas segalanya termasuk urusan fisik pasangan. Tentu akan berbeda dengan tipe hidung belang yang biasa bergonta-ganti pispot. Rasa sayang hanya berdasarkan atas kebutuhan selangkangannya saja. Mereka tak pernah memikirkan berapa uang yang sudah dihamburkan untuk membelikan rumah atau kendaraan cewek simpanannya. Saat dirasa ingin ganti menu ya sudah ganti saja.

Aku cuma bisa sarankan untuk tidak hanyut dan terus berpikir bahwa kemewahan itu akan selamanya. Selagi masih ada kesempatan, kumpulkan uangnya dan belajar membuka usaha. Sehingga saat ditinggalkan nanti sudah punya pegangan untuk bertahan hidup. Tetap ingin mewah tanpa susah payah dan mengasongkan diri dari satu bos ke bos yang lain juga ada batasnya. Bagaimanapun juga tubuh perempuan lebih cepat menjadi tua dan takkan selamanya laku ditawarkan mahal.

Saat aku tanyakan dia akan bertahan hidup seperti itu atau mulai belajar berubah, dia malah menjawab justru itu masalahnya. Sudah sebulan ini dicampakkan dan mulai kehabisan uang untuk membiayai hidup mewahnya. Ditanya kata hatinya, cuma dijawab dalam dilema. Berubah sederhana dan kembali bekerja katanya terlalu berat untuk saat ini. Sampai disitu aku langsung bilang angkat tangan tak bisa berkata apa-apa. 

Silakan pilih jalanmu sendiri, teman...

gambar dari google


Read More

10 Maret 2012

Nasib Tukang Blokir

#Semua umur

Ngurus jaringan dan koneksi internet keliatannya memang enak. Tugasnya mengawasi dan membatasi akses karyawan agar tidak menyimpang dari aktifitas perusahaan, sementara dia sendiri bisa berbuat apa saja dengan bandwith yang ada. Tapi namanya juga hidup, yang namanya enak pasti harus ada sisi ga enaknya. Rasanya menyebalkan banget saat dimusuhi user akibat banyaknya website yang diblokir terutama jejaring sosial dan yang berhubungan dengan donlot mendonlot. 

Aku ga ngerti kenapa teman-teman begitu ngotot dengan yang namanya pesbuk. Berbagai macam cara sudah dilakukan untuk memblokir, tapi cara baru untuk membukanya selalu ada. Hal ini yang kadang tidak mau dimengerti manajemen. Kalo dengar ada yang bisa buka website ga jelas, IT yang disemprot dibilang ga bisa kerja. Dianalogikan maling yang selalu selangkah lebih maju dibanding hansip tetap saja ga mau tahu.  

Internet tuh terlalu terbuka termasuk untuk hal-hal semacam ini. Asal ada satu orang yang tahu cara melompati barikade, tak perlu waktu lama segera menyebar ke yang lain. Untuk sekedar membypass blokir, tak perlulah terlalu rumit menggunakan proxy anonim, ultrasurf, hotspot shield atau yang sejenisnya. Buka pake google translate saja bisa lolos kok. Apalagi kalo cuma mengandalkan web proxy yang hanya memblokir port 80, cukup merubah http menjadi https juga sudah bisa kebuka.

Memang ampuh memblokir dengan filter keyword content, tapi admin IT pasti berpikir panjang untuk mempergunakannya. Misalkan keyword *pesbuk* yang digunakan, semua website yang mengandung kata pesbuk tidak akan bisa dibuka. Payahnya sekarang hampir semua website termasuk layanan email yang memasang API pesbuk atau sekedar tombol like atau share. Bisa sih diakalin dengan membuat routing-routing yang panjang berliku. Cuma sayangnya kebanyakan rule semacam ini cukup memberatkan router. Akibatnya saat buka website tertentu aksesnya kadang jadi sangat lambat. Padahal kalo sampe lelet, Jakarta kembali ngomel-ngomel menganggapku ga beres mengelola bandwitdh. Tapedeh...

Sudah gitu, kadang user tuh kaya ngeledek. Kalo berhasil ngebobol blokir pesbuk lewat internet kantor, suka pasang status provokatif biar kebaca orang kantor. Hasilnya aku kena semprot lagi. Lebih kacau lagi saat kantor minta aku lebih preventif mengatasi streaming yang sering bikin koneksi super lemot. Baru aku laporkan situasi terkendali, nongol lipsing ala Sinta Jojo yang dilakukan cewek-cewek operator alat berat di yutub.



Sudah suratan takdir jadi kuli kayaknya. Apapun yang dilakukan tetap saja banyak salahnya di mata manajemen. Nikmati sajalah walau kadang cape juga seperti ga dihargai kerja kerasku. Yang jelas aku jadi kepikiran untuk menuntut ditambahkan tunjangan kambing hitam di slip gaji biar ga merasa teraniaya lagi. Diomelin sejam dihargai sejuta kayaknya cukup lah buatku.

Aku pernah bikin laporan ke HRD untuk mengadakan pembinaan tentang penggunaan internet kantor. Tapi kayaknya cuma dianggap angin lalu oleh sebagian karyawan. Tetap saja ada yang berusaha nyolong-nyolong. Mau usul penerbitan SP, rada panjang aku mikirnya. Selain jumlah tersangkanya terlalu banyak, bisa gawat kalo sampai SP berlanjut ke pemecatan. Tau sendirilah sebagian orang sini tuh kayaknya ga mikir panjang banget untuk main bacok kalo sudah urusan perut, tanpa mau mikir kesalahannya tuh ada dimana.

Pernah ada karyawan yang dapat surat peringatan plus skorsing seminggu. Eh, besoknya tetap saja dia berangkat kerja. Trus aku tanya, "Kok kamu masuk sih..?"
"Saya kan harus kerja, pak.."
"Kan kemarin dapat SP.."

Dengan wajah tanpa dosa dia malah nanya, "SP itu apa sih, pak..?"
"Itu surat yang kemarin dikasih HRD emang ga dibaca.."
"Cuma saya tandatangani trus saya simpan di rumah. Emang kalo dapat SP gaji saya tambah berapa, pak..?"
"Kok tambah gaji..?"
"Kalo saya tanda tangan SPL kan sejamnya dapat 5 ribu.."

Yaah...
Dia kira SP tuh temannya SPL alias Surat Perintah Lembur
Pantesan manager HRD disini ganti orang tiap tiga bulan sekali...







Read More

06 Maret 2012

Luruskan...!

#17+

Satu hal yang menyenangkan sekaligus menyakitkan untuk warga hutan saat rombongan bos dari Jakarta datang ke site adalah dayang-dayangnya. Kayaknya mereka memang direkrut cuma berdasarkan casing doang sampai ga bisa mikir bahwa aku dan teman-teman hidup terisolir. bagi yang belum lama pulang cuti sih ga masalah. Kalo kaya aku yang sudah dua bulan lebih belum ganti oli, apa ga tambah cenut-cenut otak..?
#Judulnya nikmat membawa sengsara tuh...

Kalo lagi santai di guesthouse sih rada mendingan, lihat yang bening bisa jadi hiburan. Gak enaknya saat harus presentasi di depan bos, trus ada yang bersilang kaki pake rok mini. Ditanya apa jawabannya kemana. Paling parah bila tegangan meninggi di luar kapasitas. Kalo MCB kelebihan beban langsung turun ke bawah, ini mah MCB nya langsung ngejeglek ke atas. Mendingan kalo kasus itu terjadi saat si amin berada di posisi yang baik dan benar. Kalo lagi salah posisi, waduh sialan bener dah. Lihat yang kinclong saja sudah membuyarkan konsentrasi. Apalagi sambil menahan sakitnya salah posisi. Beneran berasa di jaman G30S/PKI. 
#Pedih jendral...

Pertolongan pertama pada pernyengsolan biasanya aku atasi dengan menghadap ke papan tulis sambil satu tangan beraksi. Kalo posisinya tidak terlalu parah sih sekali sikat sudah langsung njepat dengan tepat. Sayangnya si otong tidak selalu berada di posisi mudah. Sekali dua kali gagal tak sepantasnya diulangi untuk yang ketiga kali. Bisa ketauan apa gak gawat darurat tuh..? Mau ditaruh dimana muka gua..?
#Naruh jimat aja salah, mikirin naruh muka...?

Saat plan A gagal, plan B-nya adalah pura-pura ngejatuhin spidol atau penghapus. Sambil jongkok ngebelakangin peserta rapat, satu tangan bergerak secepat kilat mengembalikan pegangan hidup ke jalan yang lurus. Dan selama ini masalahku bisa teratasi paling jauh sampai ke rencana B ini. Karena rencana C terus terang aku belum punya.
#Ada ide..?

Hidup memang tak semudah membalikan telapak tangan. Buktinya ketika ada yang hidup, modal tangan doang tak cukup tanpa trik yang jitu. Dengan itu juga aku bisa mengerti bahwa kekuatan iman dan amin memang berbanding terbalik sesuai deret ukur. Pepatah hidup harus dijalani dengan disiplin tertib teratur adalah sangat benar adanya. Makanya aku mulai berpikir untuk melatih segalanya secara displin seperti hansip latihan baris berbaris. Sehingga saat ada yang nyengsol seperti tadi, aku cukup berteriak kasih aba-aba, "luruskan...!"
"Lurusss...!!!"

#Pengen pulang...

NB.
Ga pake pict
Biarin dibilang hoax juga...

Read More

Memberdayakan

#13+

"Saya tidak bisa kalo disuruh bicara. Tapi kalo disuruh bunuh orang, saya bisa. Terima kasih.."
Sepotong sambutan dari warga lokal saat meeting bersama asosiasi pengusaha angkutan.

Salah satu program CSR atau comdev perusahaan adalah pemberdayaan masyarakat lokal agar mereka turut serta jadi pelaku ekonomi. Warga yang tanahnya dibebaskan untuk kegiatan tambang tidak dibayar langsung dengan uang, melainkan diberikan dump truck dengan sistem leasing. Dengan menyerahkan tanah seluas 3 hektar yang per hektarnya bernilai 15 juta, warga bisa mendapat satu dump truck yang kemudian digunakan untuk mengangkut batubara perusahaan dari tambang ke pelabuhan. Hasil perbulan setelah dipotong operasional dan bayar cicilan leasing, pemilik truk rata-rata memperoleh sisa 10 juta.

Tapi yang namanya masyarakat pedalaman, perlu perjalanan panjang agar mereka bisa benar-benar mengerti maksud dari kegiatan comdev tersebut. Ada saja yang menjual atau mengoperalih kepemilikan truknya hanya karena kalah judi untuk kemudian datang lagi ke perusahaan maksa menukar tanahnya dengan truk baru tanpa mau tahu tanah itu masuk konsesi atau mengandung batubara apa tidak. 

Orang sini, saat ngobrol saja sudah terdengar kenceng. Apalagi kalo lagi ngotot minta sesuatu. Padahal masih saja ada yang punya kebiasaan membawa-bawa mandau kemana-mana. Wajar kalo banyak karyawan kiriman dari Jawa yang baru beberapa hari langsung ngacir pulang karena ketakutan. Padahal menurutku, bicara keras itu bukan karena mereka sangar atau sadis. Melainkan karena tradisi lokal sebagai warga tepi hutan yang memaksa mereka untuk bawa golok dan bicara keras. Namanya sudah kebiasaan, wajar kalo mereka kadang lupa bahwa mereka lagi di kantor dan bukan di hutan.

Kebiasaan memaksakan kehendak, aku pikir juga bukan milik orang Dayak semata. Dimanapun adanya, bila merasa jadi yang punya kawasan, pasti ada saja yang bertindak arogan terhadap pendatang. Di Jawa saja yang katanya beradab, kalo ada cewek diapelin cowok kampung sebelah suka dipalakin. Sama saja kan..?

Bukti lainnya aku rasakan saat jawara disini diajak ke Jakarta. Sikap sok jagoannya mendadak hilang tanpa bekas. Jangankan disuruh berurusan dengan preman Jakarta, diajak ngeluyur malam ke kawasan Gajah Mada atau Hayam Wuruk saja langsung lemes dengkul lihat pemandangan indah bertebaran di pinggir jalan.

Lebih keren lagi beberapa waktu lalu ketika ada jagoan yang sakit. Menggunakan ambulans perusahaan sang jagoan dibawa ke RSUD. Dan disana mau ga mau aku harus menahan nyengir saat melihat dia ketakutan dan memelas bilang ga mau disuntik. Padahal badannya penuh tato.

Menanamkan mindset pengusaha juga masih lumayan susah. Masih saja mereka menganggap menjadi karyawan adalah sebuah kebanggan tersendiri. Sudah dikasih dump truck dengan penghasilan lumayan, masih saja suka ngotot minta kerjaan walau cuma jadi helper yang gajinya UMR. Ke anak-anaknya pun mereka memaksakan pemikiran yang sama. Bukannya diajarin mengembangkan usaha angkutan batubaranya, tapi maksa ke perusahaan agar menerima anaknya jadi karyawan walau hanya jadi OB.

Aku saja sempat pusing pada waktu sekretaris humas maksa aku menerima anaknya jadi IT dengan alasan anaknya pinter komputer. Memang benar aku lagi butuh staf untuk mengawasi server dan networking traffic. Tapi kan jadi bete ketika dipaksa harus menerima anak lulusan SMA yang cuma tahu word excel ala kadarnya.

Saat aku laporan ke HRD tidak bisa menerima calon yang diajukan, teman di HRD malah balik mengeluh. Katanya beliau juga sempat maksa memasukkan anaknya ke humas dengan alasan dia butuh sekretaris. Bukan soal kemampuan anaknya yang kurang atau bapaknya yang maksa. Tapi suer, baru saat itu aku dengar ada sekretaris yang minta sekretaris.

Ternyata memberdayakan juga bisa bikin tak berdaya...

Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena