30 November 2012

Antara Jogja Tamianglayang


#Bimbingan Orang Tua

Kisah paling menggalawkan hati di masa menjelang cuti adalah saat ibue nelpon. Ibue ga pernah mengeluh memang. Tapi ada saja bahan cerita yang suka membuat hatiku tersreset-sreset pengen kembali berkumpul di Jogja seperti dulu. 

Paling terasa menohok adalah saat nyeritain tentang kelakuan Ncit dan Ncip. Ngobrolnya memang sambil ngakak-ngakak, namun rasa kangen rumah jadi semakin kuat. Jujur untuk urusan ngulur-ulur hati ibue Ncip paling jago.

Kadang ibue suka ngebanding-bandingin situasi kerjaanku sekarang dengan waktu di Jogja. Dulu badanku gemukan, bersih dan wangi sedangkan sekarang kurus, dekil bin kucel.

Memang iya sih...
Kalo membandingkan kerjaan dulu dan sekarang, banyak orang yang bilang enakan dulu. Sayangnya aku dibesarkan di lapangan sehingga ketika maksa kerja kantoran cuma kuat dua tahun saja lalu mencelat kembali ke habitat semula.

Waktu di Jogja, kegiatanku hanya ngurus pameran dan jualan lukisan. Modalnya cuma pinter ngomong dan rajin ngerayu bos-bos besar. Sekarang kudu pecicilan disuruh-suruh bos besar. Dulu kalo bete, paling-paling pegang kuas dan cat buat ngacak-acak dinding kantor. Sekarang kalo mumet, berarti lagi banyak gangguan yang artinya aku harus manjat tower betulin koneksi internet.




Berandai-andai masih di Jogja, aku bakal banyak waktu untuk bermain bersama anak-anak di tempat kerja. Tidak mungkin dilarang karena fungsi galeri memang jadi tujuan wisata.




Sekarang mana mungkin ke kerjaan bawa anak-anak. Yang ada malah bermain bersama kerbau atau babi hutan yang nyelonong masuk area kerja.



Selesai even yang bikin mumet tak tertahankan, aku tinggal panggil teman-teman seniman untuk ngumpul bermusik ria modal keyboard atau gitar. Anggaran buat nraktir mereka juga ga pusing, karena seniman yang lukisannya laku biasanya kasih komisi secara pribadi.



Di hutan gini kalo kepala puyeng habis nggarap proyek berat, paling banter masuk ke warung untuk rikues lagu dangdut dari DVD bajakan yang salonnya kadang sember bikin budeg. Itu pun ga bakalan bisa sering-sering karena dana buat traktir pasukan kudu ngerogoh kocek pribadi.




Dari sisi anggota pasukan juga jauh banget kaya langit dan bumi. Yang di Jogja dulu lumayan lah, walau ga boleh dipegang minimal bisa dipandang.




Ga bisa dibandingkan dengan di sini yang melihat wujudnya saja begitu mengingih walaupun kompak dan setia kawan.



Tapi itu cuma sekedar cerita
Kalo pun aku menganggap dulu lebih asik, pasti ga bakalan pindah kemari. Yang paling bikin aku ga tahan kalo ibue lagi bikin perbandingan adalah, "sekarang ayah payah, tiap malam nelpon mengeluh mulu..."

"Emang dulu tiap malam ngapain..?"
"Kalo dulu kan melenguh terus.."

#Hasemmm, emang sapi..?




Read More

Potograper Katrok


#Semua Umur

Banyak jurnal yang memajang foto-foto narsis di kerjaan, beberapa teman pernah nanya, "emang boleh foto-fotoan di tambang..?" atau "sempat-sempatnya bawa kamera ke tempat ekstrem kayak gitu..?"

Biarpun termasuk area terbatas, tidak ada larangan membawa kamera ke tambang. Malah tiap tim atau unit kerja dikasih kamera satu satu untuk keperluan dokumentasi dan laporan.

Itu teorinya...
Mengingat sekarang jaman jejaring sosial dan di timku ada anak kecil yang baru lulus SMA kemarin, acara foto-fotoan itu suka beda dalam prakteknya. Begitu masuk kandang dan aku pindahin isi kamera ke laptop, mereka langsung ngacungin plesdis minta foto-foto narsisnya buat diaplut.

Kalo dihitung, foto yang bisa kepake buat laporan kerja malah dikit banget. Kebanyakan isinya malah foto gak jelas. Namanya juga anak-anak, kadang ga mikirin aturan foto jurnalistik. Pokoknya asal jepret sampai baterai habis atau memori penuh.

Ga pernah aku komentarin atau aku larang. Walau ga kepake buat laporan, tapi banyak yang asik buat dijadikan ilustrasi jurnal terutama foto-foto yang diambil secara spontan. Gambarnya ga senonoh tapi bisa bercerita banyak tanpa aku harus pegel ngetik.

Contoh hasil karya mereka antara lain sebagai berikut :



Ini rada mendingan bisa dipake buat foto profil atau ilustrasi jurnal.Walau ga mikirin aspek fotografi, hasilnya lumayan. Minimal aku bisa ngelamun jadi Thor...

Tapi kalo yang satu ini coba apa yang bos pikirkan kalo dijadiin foto laporan. Bisa-bisa aku dimutasikan jadi opisboy dianggap demen cari mangsa di tempat sampah.




Pikirkan juga tentang imajinasi yang bercerita saat melihat gambar dibawah ini. 




Dan yang jadi korban bukan cuma aku. Kayaknya semua orang yang ada di kerjaan pernah jadi korban paparazi katrok di tim kecilku. Contohnya gambar yang bercerita tentang tenaga harian yang kerepotan bawa peralatan sementara celananya mlotrok seperti dibawah ini...




Enak ga enak kalo sudah sampai barak jadi indah
Karena membahas foto-foto semacam itu termasuk salah satu hiburan buat manusia-manusia hutan seperti aku dan teman-teman...

#Dontraiethum...




Read More

28 November 2012

Kenyataan Ideal


#Dewasa

Entah berapa kali aku dapat komplen atau pertanyaan tentang potongan jurnalku baik melalui komentar maupun chat. Salah satu pertanyaan terbaru ada di jurnal OOT. Dimana aku menceritakan tentang percintaanku dengan blogger yang pernah diselingi perselingkuhan dengan multiply

Kalimat yang dipertanyakan oleh temanku Nufadilah adalah bagaimana kalo sampai ibue Ncip baca kalimat, "kayaknya sudah jadi kepastian hidup bahwa selingkuhan itu lebih menarik ketimbang istri..."

Ibue sebagai blogger pasif pasca penggusuran multiply masih suka keluyuran ke berbagai blog walau cuma silent reader. Beliau tak pernah mempermasalahkan segala tulisanku karena sudah memahami segala pola pikirku yang sebenarnya.

Seperti aku tulis dalam disclaimer blog ini, segala yang tertulis adalah ungkapan spontan yang lewat saat aku buka editor. Tanpa konsep apalagi riset ilmiah sebelumnya. Ini blog untuk buang unek-unek, bukannya blog tutorial atau kolektor motivasi. Jadi apa yang tertulis lebih banyak bicara tentang kenyataan yang aku temukan dalam keseharian.

Dalam menyikapi hidup, mungkin akan lebih baik kalo kita bisa bisa memisahkan antara konsep ideal dan kenyataan. Secara ideal, mengatakan selingkuhan lebih indah dari yang di rumah adalah sebuah kesalahan besar. Tapi dalam kenyataan, benarkah kita bisa berpikir seideal itu secara total.

Tak perlulah sampai ke soal pasangan. Yang sederhana saja misalnya gadget. Walau secara fungsional hp kita masih powerfull, yakinkah kita tak tertarik ketika dengar keluar hp baru yang lebih canggih. 

Menurutku analogi rumput tetangga kelihatan lebih hijau itu manusiawi banget. Tidak bisa disalahkan saat berpikir begitu. Toh kita selalu punya pertimbangan lain sebelum memutuskan untuk mengeksekusi apa yang terpikir menjadi satu tindakan. Walau ngiler lihat gadget baru, apakah kita selalu maksa untuk membelinya..?

Itu salah satu alasan kenapa aku damai hidup dengan ibue Ncip. Tak ada yang perlu aku sembunyikan dari beliau termasuk pikiran-pikiran nakalku. Seperti kalo lagi jalan-jalan di mol, tak perlu aku sembunyi-sembunyi curi pandang lihat yang manis-manis. Seringnya malah diduluin sama ibue, "ada SPG cakep tuh..." 

Suer...
Mungkin karena falsafah nyolong lebih asik masih relevan, jadinya kalo digituin minatnya malah rada menurun. Komplen ga sepenuh hati dari ibue cuma satu. Pernah begitu sampe rumah dan anak-anak sudah tidur ibue bilang, "Huuu tegangnya dimana, tetap ibu yang kena getahnya kudu ngelemesin..."

Satu prinsip lagi yang aku suka dari ibue. Mataku boleh keluyuran kemanapun, yang penting botol berikut isinya hanya punya dia. Pernah sih aku nanya ke ibue, emang ga panas ati kalo aku banyak ngobrol sama SPG pura-pura nanyain produk. 

Eh, jawabnya, "Gapapa kalo suka liatin cewek cakep mah. Asal jangan hobi liatin cowok aja..."

Emangnya ane cowok apaan..?
#Hoeks...

Ailapyupul, bu...


Read More

Belahan Jiwa


#Dewasa

Ada yang berbeda tengah malam ini...
Biasanya setiap mengawali perpindahan hari di tanggal ini, aku selalu merenungkan apa yang telah aku capai selama setahun berjalan. Melihat sisi-sisi pahit manis, kelam terang dan semuanya untuk kemudian aku niatkan dalam hati apa yang harus aku capai setahun kedepan.

Kali ini...
Hujan deras mengguyur barak kayu mungil di tengah belantara Kalimantan tak memberiku kesempatan untuk sekedar duduk menyepi menatap langit. Aku cuma bisa diam diantara dengkuran teman seperjuangan yang telah menggapai mimpi. Beberapa kali kucoba untuk memulai ritual tahunan ini, tetap tak kudapatkan feel nya.

Mencoba memutar lagu dari yutub malah nyangsang di albumnya Kla Project dan yang terasa nendang justru ingatanku ke ibue Ncit dan Ncip di Jogja sana. Memang lirik lagunya sudah tertinggal oleh jaman. Tapi entahlah. Rasanya ada sesuatu yang menghentak tanpa kutahu asal muasalnya.

Membaca lagi surat-suratmu, hatiku jatuh rindu 
Tak sadar pada langit kamarku, kulukis kau di situ 
Waktu yang berlalu, dan jarak masih saja terbentang 
Penamu bicara, menembus ruang menyapa sukmaku 

Mendesah lembut angin membawa butiran hati lara 
Ternyata meraih kesempatan, tak semudah kusangka 
Kau setia menunggu lelaki kecil menantang hidup 
Kau sertakan do'a, seolah mantra menjelma nafasku

Kesetiaan itu...
Rasanya teramat besar aku rasakan. Padahal hanya diawali pertemuan pendek tanpa pendekatan untuk sekedar menyelaraskan harmoni ketika tahu-tahu aku sudah punya belahan jiwa. Indahnya cinta yang seharusnya berkembang di awal perjumpaan tak bisa sepenuhnya aku nikmati. Kuharus pergi jauh menyeberangi lautan demi masa depan anak-anak.




Memendam tanya segera terucap 
Belahan jiwa apa kabarmu 
Kuharap selalu tetap kau jaga 
Tumbuhan cinta yang di ladang kita 

Aku ... jauh di sini menggapai cita 
Hingga ... satu saat pasti ku kan kembali 

Suatu saat pasti kembali...
Hanya itu yang selalu aku impikan selama ini. Mungkinkah ini yang harus jadi targetku setahun kedepan..?

Harus kuakui...
Teramat berat meninggalkan ladang cinta yang semestinya aku cangkuli setiap waktu. Apalagi setelah anak-anak semakin pinter berceloteh dan tak pernah lupa akan dua buah kata setiap kali nelpon mereka. "Ayah puyaaang..."

Ya sudahlah aku jalani saja...
Mungkin ritual tahunanku kali ini memang musti begini. Toh masih belum bergeser terlalu jauh dari pakemku untuk tidak merayakan sebagaimana umumnya. Tak cuma untukku. Untuk anak-anak juga. Tak pernah ada yang namanya tiup lilin dan sejenisnya. Biarlah mereka belajar mengikuti caraku yang selalu melewatinya dengan menyepi. Menjujurkan hati mengevaluasi diri dengan segala pencapaian baik dan buruk yang telah terlewati.




Tak kurang-kurang aku bersyukur ibue bisa mengerti ritualku bahkan untuk hari jadinya sendiri. Tak ada perayaan dengan mengundang teman. Cukup dilalui bersama anak-anak sambil menanti mereka terlelap. Hanya itu kado yang bisa aku berikan buat istriku tercinta. Mengikuti apa yang tersurat dan tersirat dalam lagunya Wali

Kau mau aku apa, pasti kan ku beri
Kau minta apa, akan ku turuti
Walau harus aku terlelap dan letih
Ini demi kamu sayang...

Sederhana...
Walau pake lelah dan letih
Yang penting spesial
Dan pake telor...

Cukup sekian dan terima kasih
#Sebelum ancur alur jurnal tahunan ini...


Read More

27 November 2012

Potong Ayam


#Bimbingan Orang Tua

Beberapa hari lalu, pekerjaan pengeboran untuk grounding harus dihentikan karena pipanya macet di kedalaman 20 meter. Mesin bor tak mampu berputar lagi terjebak pasir. Dicabut juga tidak bisa. Dari sekedar pakai dongkrak sampai dibantu alat berat tetap tak bergeming pipa bornya.

Ketika ketemu dengan kakaknya big bos yang jadi Juragan Dapur, aku sempat ditanya kenapa bajuku kotor banget. Dasar otak iseng stadium 6, damai saja aku cerita tentang bor macet dan ditambahin bumbu, "kalo ada kejadian kayak gitu, adat disini biasanya harus dipotongin ayam, bu."

Aku pikir si nenek tahu kalo aku becanda doang. Soalnya kasus shio monyet yang aku ceritakan di jurnal Juragan Dapur masih melekat erat dalam ingatanku. Eh, besoknya juragan General Affairs nelpon katanya ayam sudah siap. Malah pake nanya ada syarat lain yang harus disiapkan apa enggak.

Langsung aku panggil pasukan untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Bukan buat ritual adat, tapi ritual perbaikan gizi yang selama di barak begitu amburadul.




Ayam dipotong, dibakar kasih sambel kecap dan makan rame-rame. Sebodo amat kalo nanti ditanya ritual adat kasih makan hantunya sudah apa belum, aku jawab saja sudah. Toh teman-teman di barak yang makan ayam itu tampangnya sudah kaya hantu semua tiap hari belepotan debu batu bara.

Kirain kasusnya sudah cukup sampai disini
Eh, tahu-tahu bos dari Jakarta nelpon.
"Ga salah lu potong ayam..? Biasanya upacara adat Dayang yang dipotong kerbau..?"

Bingung ane jawabnya, gan...
Semoga ga panjang lebar seperti kasus Nyolong Ayam...
Bisa dapat gelar baru tar...




Read More

Betah Di Lapangan


#Semua Umur

Kebanyakan narsis di pesbuk dengan foto di kerjaan, ada teman yang kasih pertanyaan sepele tapi terasa menohok. "Ngapain lu ikut-ikutan kerja kasar padahal punya banyak anak buah..?"

Aku cuma bisa nyengir doang
Mungkin apa yang aku perbuat memang rada kurang pas di mata sebagian teman. Tapi mau gimana lagi wong aku begitu menyukai kegiatan di lapangan dan males dengan kerjaan kantoran. Itu juga yang jadi alasan beberapa kali perusahaan menarikku ke Jakarta tapi selalu saja aku cari alasan agar bisa tetap di site.

Sepanjang perjalanan karir pekerjaku, entah berapa kali aku pilih mundur saat dimutasikan dari lapangan ke kantor walau dengan iming-iming jabatan dan kenaikan tunjangan tentunya.

Yang jelas...
Aku memang dibesarkan di lapangan. Segala skill yang aku kuasai juga aku dapat dari sana. Makanya banyak hal yang aku tahu prakteknya tapi nol besar untuk teorinya. Malas rasanya harus bergabung dengan mereka yang suka berdebat teori di atas meja. Apalagi kalo ingat mereka punya titel minimal sarjana sementara aku STM saja tidak lulus.
#Hiks...




Ada satu kebahagiaan yang sulit diungkap dengan kata-kata saat bergabung dengan pasukan di lapangan. Bisa aku rasakan solidaritas dan kebersamaan yang tinggi dalam diri mereka. Sesuatu yang relatif sulit aku temukan saat aku duduk manis di kantor. Kejadian yang lebih banyak terjadi justru saling sikut dengan sesamanya. Apalagi kalo dengar ada yang dapat promosi, kayaknya ada saja yang usil cari-cari masalah.

Di lapangan aku tak pernah mempedulikan jabatan. Itu hanya ada di struktur. Begitu keluar ruangan aku merasa sejajar dengan teman-teman. Sama-sama lagi usaha cari rejeki, itu saja...

Pekerjaan yang berat selalu aku usahakan ikut serta. Bukan karena aku tidak mengajari pasukan. Tapi aku pertimbangkan faktor efisiensi kerja dan resiko terutama yang menyangkut keselamatan. Semua yang aku bisa selalu aku bagikan ke mereka. Pekerjaan yang relatif ringan kebanyakan aku serahkan sepenuhnya. Namun ketika menyangkut pekerjaan yang beresiko tinggi, aku harus ada di barisan depan.




Di lain sisi...
Aku juga kurang suka main suruh ke anak buah. Soalnya aku sendiri kalo disuruh-suruh juga suka ogah-ogahan. Rasanya lebih asik mengajak pasukan dengan contoh tindakan ketimbang omong doang. Hasilnya lumayan efektif. Misalnya saat melihat aku ambil alat kerja, mereka tanpa disuruh ikut nyari alat juga. Tak jarang saat aku lagi nyari body harnes, mereka menawarkan diri, "aku saja yang manjat, pak..."

Tapi ya namanya manusia memang tidak ada yang sempurna
Walau tak banyak, yang semblothongan tetap saja ada. Misalnya waktu liat aku pegang cangkul untuk bersihin lumpur, bukannya ikut ambil cangkul malah nyamperin minta kamera. 

"Sini pak aku potoin, lumayan buat diaplut di pesbuk. Keren lho gaya nyangkulnya.."
#Keren mbahmu...

Tetap bukan masalah
Aku bahagia ada di tengah-tengah mereka


Note
Maap belum bisa BW dan berbalas OOT
Masih kejar setoran buat tanggal 6...



Read More

24 November 2012

OOT


#Semua Umur

Pertama kali kenal blog ya di blogger ini. Pernah selingkuh di multiply, niat awalnya cuma untuk nge-backup jurnal kalo-kalo dimusnahkan orang lagi. Tapi kayaknya sudah jadi kepastian hidup bahwa selingkuhan itu lebih menarik ketimbang istri tua, aku malah jadi keasyikan disana dan disini hanya numpang posting doang.

Salah satu daya tarik multiply adalah pengelolaan komentar dan notifikasinya di inbox. Pas banget dengan niatku ngeblog yang cuma cari hiburan. Ber-OOT ria itulah sumber keasyikannya. Rata-rata komentar serius hanya ada di 10 besar, walau ada yang serius total. Komen berikutnya sudah ngalor ngidul gak jelas dan lebih pantas disebut chatting.

Keakraban antar teman lebih terasa dibanding platform lainnya. Sayang MPers yang berstatus blogger dikasih tenggat waktu sampai 1 Desember mendatang untuk merubah status jadi online seller atau hengkang. Sehingga aku putuskan untuk bercerai dengan multiply per tanggal 19 Agustus kemarin melalui maklumat Jurnal Terakhir.

Kembali ke istri tua nan setia, aku sudah pasrah tidak bisa lagi berbalas pantun seperti di multiply. Format komentar blogger yang tanpa notifikasi yang jadi penyebabnya. Sempat sih kepikiran ngungsi ke wordpress yang punya notifikasi walau tidak secanggih multiply. Namun setelah dipikir ulang, aku urung ngungsi dan merelakan hilangnya tabiat buruk sebagai blogger.

Tapi ternyata...
Nasib baik masih berpihak kepadaku. Virus OOT-ku entah gimana awal mulanya bisa menular dan menginfeksi beberapa teman sehingga bisa kembali ngaco seperti dulu. Memang tak banyak warganya, tapi buatku itu sudah lebih dari cukup.

Memang ada satu kontradiksi di platform ini. Ironisme blogger yang seringkali tidak disadari oleh para penggiatnya. Kayaknya tak hanya sekali dua kali aku temukan teman yang begitu keras melarang OOT, komen ga nyambung dan kudu serius. Tapi anehnya kalo aku bikin jurnal serius, malah dikomentarin "tulisannya berat, sob..."
#Koplak...

Atau ada yang nulis keren banget dan asik buat didiskusikan. Aku komentarin panjang lebar tentang kajian teknisnya sesuai apa yang aku temukan di lapangan. Eh, boro-boro ditanggapin sesuai segala teori dia malah dijawab, "terima kasih masukannya..."
#Koplok...

Aku memang menyadari bahwa minat dan kemampuan orang berbeda-beda. Kenyataan ini seharusnya jadi dasar pemikiran dalam berbloggingria bahwa belum tentu orang berminat dengan pola pikirnya. Menulis opini subyektif itu kan sama saja kita membuat kotak-kotak pemikiran. Trus ngapain pake nyuruh-nyuruh orang mampir ke blog dia padahal belum tentu aku dan dia berada dalam satu kotak.

Tanpa disuruh-suruh pun kalo memang merasa satu ide pasti akan nyamperin kok. Makanya aku lebih suka dengan kaum per-OOT-an, karena disana pengkotakannya sudah dikaburkan. Tak peduli nyambung apa engga yang penting akrab dengan teman. Bukannya persahabatan itu lebih bermanfaat ketimbang kejaiman dan sebutan blogger pinter..?

Jujur aku tidak suka disuruh-suruh atau ditag dalam satu post. Untuk sesuatu yang menarik minat saja, kadang aku jadi malas nyamperin. Apalagi yang aku ga mudeng dengan apa yang dibicarakan. 

Ga masalah aku tidak punya banyak teman
Buatku, sedikit tapi akrab itu lebih berarti ketimbang ratusan follower tapi hasil pemaksaan. Apalah artinya banyak komentator kalo cuma basa basi yang tak pernah nancep sampai ke hati. 
Mendingan aku jualan panci seorang diri...

Kira-kira begitu...
Dah habis ga perlu pake ending...







Read More

Rapuh


#Semua Umur

Menikmati kesendirian di tepian hutan. Hanya berteman laptop dan deru alat berat dari sebrang sana. Niatnya sih mau nyicil laporan yang mulai numpuk. Eh, pikiran malah melayang ke Jogja terbawa alunan lagunya Padi dari yutub.

Tak pernah terpikirkan olehku 
Untuk tinggalkan engkau seperti ini...

Saat sepi begini, kadang pemikiran yang senada suka melintas dalam benak. Sesuatu yang dalam kondisi normal jarang terpikirkan terbawa suasana duniawi dan kebutuhan hidup. Tapi jujur hati kecil tak mampu berdusta walau kadang tersisihkan.

Tak terbayangkan jikaku beranjak pergi 
Betapa hancur dan harunya hidupmu...

Ini yang berbeda. Karena kulihat ibue begitu tegar menghadapi kenyataan harus membesarkan Citra dan Cipta tanpa bantuanku. Yang ada justru aku yang sering tenggelam dalam kegalawan akut seperti terlantun dalam bait selanjutnya.

Sebenarnya ku tak ingin berada disini 
Di tempat jauh yang sepi memisahkan kita...

Tapi sudahlah...
Tenggelam dalam perasaan semacam itu tidaklah berguna. Cukup diresapi sekilas untuk meyakinkan bahwa aku begitu mencintai mereka. Toh keterpisahan ini juga demi masa depan mereka juga.




Aku jadi ingat obrolan dengan seorang teman di GTalk tentang kemelowan dalam jurnal. Buatku semua itu teramat manusiawi. Perjalanan hidup manusia tak mungkin selamanya indah. Kepahitan hidup sudah jadi realita yang tak bisa dipungkiri namun musti ditepis agar tidak berdampak negatif.

Blog merupakan salah satu sarana penyaluran galaw yang lumayan efektif buatku. Tapi jujur aku kurang suka ketika ada yang mengumbar kegalauan secara berlebihan seolah ingin semua orang hanyut dalam rasa yang sama. Yang ada bukan lagi penyaluran galau agar cepat terbuang. Tapi malah berlarut-larut karena setiap kata cenderung didramatisir.

Aku tanya temanku itu...
Bisakah merubah sedikit gaya bahasanya sehingga bisa jadi win win solution buat yang nulis dan yang baca. Unek-unek tersalurkan sekaligus bisa menghibur orang lain. Bukankan menyenangkan hati orang lain juga termasuk amal ibadah..?

Setiap orang pasti punya gaya dan cara yang berbeda-beda. Namun aku lebih suka menuliskan kegalauanku dengan gaya yang mengarahkan orang untuk berpikir bahwa itu bukanlah kesedihan melainkan kesialan. 

Sudah jadi kepastian bahwa kita begitu mudah menertawakan kesialan orang lain. Terkesan slapstick memang. Tapi bila dengan cara itu orang lain bisa terhibur, kenapa tidak...? 

Ketika teman-teman komentar sambil ngakak-ngakak, paling tidak aku jadi terbawa bahagia juga. Apakah yang seperti ini bisa didapat ketika kita menuliskan kegundahan hati dengan gaya melow melow on the way..?

Aku tidak nyuruh temanku seperti itu
Aku hanya berbagi rasa bahwa dengan cara itu ternyata aku bisa menghibur diri. 

Tapi emang susah ngomong sama orang susah...
Persis seperti umumnya blogger. Dibikinin cerita panjang lebar yang nyangkut cuma ujungnya saja. Dengar kata menghibur diri malah bilang kalo aku ini emang cowo penghibur.

Yoweslah...
Mendingan cukup sampai disini ceritanya
Kalo dilanjutkan pembahasannya pasti bakalan mubazir
Karena ga akan jauh-jauh dari kisah tentang panci dan banci lagi...
#Semprul...

Telangbaru, 24112012:01-10



Read More

23 November 2012

Jadwal Kacau


#Bimbingan Orang Tua

Semakin sering turun hujan, tingkat kegalawan juga semakin meningkat. Targetku akhir bulan ini proyek penangkal petir bisa kelar. Jadinya aku punya waktu seminggu untuk susun laporan final dan cutiku per tanggal 6 Desember tidak perlu tertunda.

Masih mikirin cara menyiasati hujan, muncul masalah baru. Pekerjaan pengeboran yang baru dapat 2 titik dari rencana 30 titik harus terhenti karena mesin bor macet. Pipanya nyangkut di kedalaman 20 meter tak bisa lanjut dan tak bisa dicabut. Dicabut paksa menggunakan alat berat juga tidak berhasil. Yang ada malah excavatornya nungging roda rantainya keangkat.

Setiap menjelang cuti, biasanya aku makin rajin nelpon ke rumah. Tapi dengan kondisi kepulangan yang tak menentu, nelpon ibue atau ngobrol dengan anak-anak malah membuat hati semakin ga karuan. Jangankan ibue, anak-anak juga kayaknya tahu kalo aku sudah masanya pulang. Diajak bicara yang lain, tetap saja belok ke kalimat, "ayah puyang..."




Payahnya lagi, kalo aku nelpon lebih banyak bikin masalah di rumah. Anak-anak suka rebutan hape sampe berantem dengan hasil akhir nangis berjamaah. Cari kesempatan nelpon malam juga tak semudah bayangan. Maksudnya menghibur hati, eh ibue cekikikan mulu dan anak-anak malah bangun.

Beruntung ibue penuh pengertian. Walau cuma bisa ngobrol pendek, tak habis-habisnya memompakan semangat agar aku tetap optimis. Makanya tiap kali kadar galaw terasa meninggi, aku suka putar musik di mobil keras-keras lalu goyang dombret untuk melupakan efek negatif yang bisa mengganggu konsentrasi kerja. Lumayan efektif sih. Walau sama temen-temen suka dikomentarin lagi salah obat.




Ada satu pesan ibue yang selalu aku ingat biar tidak loyo mengejar deadline. 
"Pokoknya harus pulang tanggal 6 ya..."
"Emang kenapa musti tanggal 6..?"
"Kan hari kamis..."
"Emang ada apa dengan hari kamis..?"
"Kan malemnya malem jumat..."
"Oooo..."
#Hening...

Ok, semangat..!!!


Read More

22 November 2012

Hujan Telah Tiba


#Bimbingan Orang Tua

Jadi manusia memang serba salah. Beberapa hari kepanasan di lapangan suka mengeluh pengen hujan biar adem. Begitu hujan turun, acara ngomelnya tidak hilang hanya berganti tema.

Jalanan memang tak lagi berdebu. Namun berubah jadi kubangan lumpur yang susah untuk dilalui. Progres pekerjaan semakin lambat karena tidak mungkin membawa peralatan elektronik dibawah hujan. Apalagi kerjaan yang berhubungan dengan listrik arus kuat semacam ngelas dan sejenisnya.

Paling menyedihkan di kala hujan adalah soal pakaian. Biasanya begitu balik ke barak langsung mandi sekalian nyuci. Pulang dengan badan basah kuyup sama artinya harus ganti tiap hari. Sebelumnya kan bisa 2 atau 3 hari sekali tergantung tingkat kekotorannya.

Makanya kejadian teman pulang misuh-misuh lihat jemurannya kehujanan mulai jadi langganan. Seharusnya sih iba. Tapi karena hidup di hutan yang terisolir dari peradaban, mentertawakan kesialan teman adalah hiburan yang paling mengasyikan.




Seperti sore kemarin, sampe sakit perut aku ngetawain temen yang ngomelin jemuran. Namun yang namanya karma memang tak pernah salah orang. Belum sembuh mules perutku, mendadak keingetan kalo yang aku pakai sekarang kancut terakhir sementara yang lain masih melambai-lambai di jemuran belakang.

Pake metode side A side B mana bisa kalo klebus begini..?
Masa ke lapangan ga pake kancut..?

Dah ah
Ga usah dibayangin...





Read More

21 November 2012

Ga Enaknya APD


#Bimbingan Orang Tua

APD atau Alat Pengaman Diri termasuk syarat mutlak bagi pekerja memasuki area terbatas semacam di tambang. Tapi maap waktuku mepet hanya cukup untuk bikin jurnal pendek. Penjelasan lebih panjang tentang itu bisa dibaca di jurnal APD.


Karena sifatnya wajib ain, makanya APD jadi bagian yang melekat dalam keseharian. Saking melekatnya sampai kadang lupa masuk kamar mandi masih pake kacamata hitam. Hasilnya suka kaget melihat sesuatu yang tiba-tiba lebih hitam dari biasanya.

Kasus lain, waktu kebelet beol masih pake APD lengkap. Begitu cebok baru nyadar kalo kaos tangan belum dilepas, padahal habis ngelas dan ngikir besi. Ga usah dibayangin kaya apa sensasi pantat mulusku disentuh serpihan besi sisa gerinda yang nempel di kaos tangan.

Kesialan terakhir dengan APD waktu pasang penangkal petir di conveyor. Karena pakai celana jeans dan kaos tangan tebal, manjat tiang besi di tengah hari bolong tak terasa panasnya. Begitu duduk di palang besi selama sekian puluh detik, baru sadar ada sesuatu yang ga beres. Buruan buka kaos tangan dan pegang besi yang didudukin.

Buset panasnya minta ampun...
Buruan meloncat turun sambil ngebayangin apa yang terjadi kalo sampai telat loncat
#Bisa mateng kali bijinya...

Eh, udah dulu ya
Sisi ga enak APD dilanjut nanti deh...

Mohon maap belum bisa balas komen secara realtime
Masih kejar setoran kerjaan
Tugas... 
#Turu gasik...



Read More

20 November 2012

Gara-gara Modol Neng



#Bimbingan Orang Tua


Selama ini begitu damai ngejurnal tentang keseharian, termasuk ngomongin kelakuan pasukanku yang koclak. Kirain dunia celoteh ga jelas-ku aman dari jangkauan mereka. Eh malah jadi silent reader setia. Pantesan kalo malem suka ngakak-ngakak di kamar sambil ngelonin laptop. Jebulnya lagi pada ngetawain temen seperjuangan yang jadi lakon.

Aku mulai curiga ketika mereka mulai ngoceh tentang Megalawman dan tiba-tiba keranjingan ngomong Modol Neng.

Ya sudah lah...
Siapa tahu mereka jadi tertarik untuk belajar mengeluarkan unek-unek lewat blog. Anggap saja lagi pembibitan blogger baru yang kuharap akan baik-baik saja karena yang ngeres-ngeresnya sudah aku borong semua. 

Tapi jujur aku rada ragu. Soalnya sejak mereka masuk IT katanya jadi banyak berubah sampai aku ditegur HRD sebagaimana aku ceritakan di jurnal Dasar Bocah. Contohnya, waktu aku minta membuat evaluasi kegiatan saja hasilnya malah kayak gini.


Silakan disimak presentasinya


Kena karmanya kemarin
Masih dalam proyek pemasangan grounding untuk tower wifi. Untuk menanam arde harus dilakukan pengeboran sampai beberapa puluh meter agar mendapat nilai tahanan tanah kecil. 

Satu dua pekerjaan berjalan lancar. Pas ngebor di dekat timbangan, mau ga mau aku jadi mumet antara gondok dan pengen ngakak. Masa septic tank dibor. Ya muncrat dong...

Ditanya kenapa bisa begitu, malah jawab, "gara-gara modol neng, pak..."

Jadi merasa dosa...
Hiks...



Read More

19 November 2012

Cinta Putih


#Bimbingan Orang Tua

Progres pekerjaan berjalan teramat lambat terhambat cuaca. Memang deadline dari pusat sampai akhir Desember. Tapi berusaha aku kebut siang malam agar bisa selesai awal Desember mengingat tanggal 6 aku sudah masuk masa cuti. Proyek belum beres sama saja dengan mengundur tanggal pulang sementara wabah galaw mulai menjangkiti hati.

Siang malam alih profesi jadi pekerja konstruksi lumayan ampuh buat mengurangi serangan rindu rumah. Badan lelah membuatku bisa langsung lelap tertidur tanpa sempat mikirin yang jorok-jorok. 

Eh, ada saja gangguan yang mengusik. Ada temen yang nelpon nanya tentang cara menjaga hati dalam status long distance. Temanku itu kena mutasi keluar kota dan harus pisah dengan anak istrinya yang belum memungkinkan untuk dibawa serta.

Hidup memang sawang sinawang...
Mungkin dikiranya aku tidak pakai galaw kali, cuma bisa ketemu keluarga tiap 3 bulan sekali. Mau bilang mumet rasanya ga tega. Takut mebuat semangatnya merosot di tengah karirnya yang menanjak. Mau kasih solusi juga bingung. Wong aku juga tidak punya tips trik khusus selain menjalani hidup dengan cara membiarkannya mengalir apa adanya.

Untung dapat wangsit ketika dari laptop temen di barak mengalun lagu Cinta Putih-nya Katon. Ada sebuah pertanyaan di lagu itu, "jika kau bertanya sejauh mana cinta membuat bahagia..."

Pertanyaan yang langsung terjawab di syair selanjutnya
"Sepenuhnya trimalah apa adanya dua beda menyatu
Saling mengisi tanpa pernah mengekang diri
Jadikan percaya yang utama..."

Ada nada ragu-ragu ketika temanku nanya lagi, "susah gak sih..?"

Dengan modal skill ngibul tingkat pesantren aku jawab dengan mantap, "aku saja bisa menjalaninya bertahun-tahun, kenapa kamu enggak..?"

Habis itu say good bye and special thanks
Gantian aku yang mikir panjang. Gampang amat ya menjalani hidup cuma modal mengutip lagu cinta. Padahal kenyataan di lapangan selalu berbeda dengan gambaran ideal tentang kehidupan. Selalu butuh tahapan need assesment dan berbagai adjustment biar bisa selaras serasi dan seimbang. 

Secara pribadi pun aku enggan mengutip lagu itu untuk diri sendiri
Takut dilanjutin ke bait selanjutnya sama ibue

"Cukup bagiku hadirmu...
Membawa kijang... inovaaa..."
#Mumet

Turu sik ah...


Read More

Menari di Awan

#Semua Umur

Sejak kemarin sampai beberapa hari ke depan bakalan melelahkan sangat. Dari pagi sampai tengah malam menjelang musti berkutat di lapangan. Menari-nari di atas awan sampai mumet sendiri memikirkan aku tuh sebenarnya IT apa pekerja konstruksi.

Mohon ijin undur diri sejenak dari dunia per-OOTan. Mungkin hanya bisa numpang posting pendek dan komentar sekenanya karena setibanya di barak, bantal kelihatan lebih menarik ketimbang laptop.

Sekilas beritanya, biarlah gambar yang berbicara...


Pagi datang bersama panggilan tugas
Diawali membaca mantra memanggil Guru Anoman

Ritual wajib dalam setiap aktifitas
Narjis isdebes...

Pemanasan fisik di treadmill raksasa

Sang guru mulai merasuk

Menjalani lakon Anoman Obong memanggang diri

Laikdisss...

Malam datang saatnya bergegas pulang

Lelakon hari ini telah tamat
Tapi kenapa laku lampah Sang Anoman tetap saja melekat


Kira-kira begitu...
#Dontraiethum...



Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena