Slentha

#Bimbingan Orang Tua

Kalo hobi keluyuranku nurun ke Citra, ke Cipta lain lagi.

Kebiasaanku selalu mencoba melihat suatu permasalahan dari sisi lain dari yang jadi pemahaman umum yang bikin aku sering dicap anti mainstream, itu yang kayaknya nurun ke si Ncip dengan cara yang berbeda.

Seperti ketika si Ncit dan teman-temannya kemakan iklan diputer dicelupin, Ncip ikutan juga. Tapi mana mau dia nyelupin biskuit ke susu. Paling sering gorengan diceburin ke teh manis.

Repotnya...

Dia ga mau tau itu minuman siapa. Asal ada di dekatnya ya itu yang jadi korban. Makanya tak sekali dua kali bukan choco granulo yang jadi penghias kopiku, melainkan genangan minyak atau potongan kerupuk.

Dibelikan sandal bagus sama ibue pun, lebih suka kedodoran pake sandalku. Kalopun mau pake sandal sendiri, itu juga cuma sebelah. Yang sebelah lagi tetap sandal bapaknya.

Cara ngomong ikutan ngaco, bikin aku suka salah sangka kalo dia bikin istilah baru. Bukannya ga ngerti, tapi emang dasar suka nyleneh aja dia.

Misalnya kalo merasa gatel, dia bilangnya sakit. Ibue masak wortel dibilang terong. Dibilangin itu wortel tetap aja ngeyel, "engga ah, terong ajah..."

Pernah sekali mempertanyakan itu ke ibue, malah dikomplen balik, "takut ga diakui sebagai anak ayah..."

"Kok ayah sih..? Kan ibu yang tiap hari bareng anak-anak..?"
"Bapaknya aja slentha, masa anaknya lempeng..?"
"Apaan slentha..?"
"Selen tur ora petha..."
"Whooaatttts...???"

Sakarepmu deh, nak...