31 Oktober 2015

Pengangguran Belagu

#Semua Umur

Urusan ngeblog berasa bener nyeseknya pasca resign dari tambang. Biasa jadi penguasa bandwidth, 20 MBps dedicated 1:1 bisa diembat sendiri kalo mau, tau-tau harus pake tethering hape yang jaringan datanya orowodol...

Di sini kondisinya kaya skrinsut di sebelah. Labelnya sih H, kadang H+, tapi BBM saja statusnya connecting terus. Udah gitu tarifnya edun. Biasa gratis kuota unlimited, harus bayar 87.500 perak untuk 2 GB rasanya pengen diemut aja tuh tower Telkomsel.

Indosat sih katanya rada mendingan dan lebih murah. Tapi penjatahan kuotanya itu yang nyebelin. Ada paket pagi, sore, siang malam kaya pembagian shift satpam. Cek kuota masih 4 GB, buka google aja ngembat pulsa. Ternyata jatah data siang udah habis. 
#Repot...

Mau ganti operator mikirnya panjang inget nomor udah aku pake sejak tahun 2000-an. Beli hape apa modem, rasanya kok ribet kaya toko berjalan.

Alhasil pilih puasa online. Itung-itung latihan melepaskan diri dari ketergantungan pada gadget walkhususon google yang bikin kelemotan otak meningkat pesat.

Buat hiburan, pelariannya ke novel. Sekalian napak tilas gimana keranjingannya aku sama yang namanya buku. Dari makan, modol sampai tidur pun kalo ga harus merem buku ga pernah lepas.

Kebetulan waktu SD guru yang mengelola perpustakaan rada males dan aku disuruh gantiin dia urus yang mau pinjam tiap jam istirahat. Sejak itu aku mulai akrab dengan novel terjemahan dari sekedar Empat Sekawan-nya Enid Blyton sampai yang rada berat macam Tom Sawyer karangan Mark Twain.




Dengan novel mestinya adem. Tapi nyatanya timbul masalah baru. Gara-gara seminggu dua kali ke Gramedia, ada yang komen, "dompet sudah mengibarkan bendera ijo bergambar golok loh..."
#Mumet...

Kira-kira begitulah nasib pengangguran belagu...

Kalah sama si Ncip
Kalo minta jajan sama ibue dibilangin ga ada uang, damai banget nyambernya, "ke ATM aja, ibu..."

Kepiye jal..?

Wis ah...
Yang penting pecah telor untuk bulan ini...


Read More

08 September 2015

Tugas Luar

#Bimbingan Tuhan

Beneran menyebalkan...
Internet mati total kok ya pas resign. Buntutnya ibu direktur minta bonus kerja bakti barang 2-3 hari untuk bantu atasi gangguan baru boleh pulang.

Bisa saja aku ngeyel, udah pulang tanpa pesangon masa diminta beramal..? 

Namun aku masih mikir tentang hubungan baik dengan mantan tempat kerja. Plus untuk menghindari suara sumbang dari orang banyak karena sudah ada yang komen, "mau pulang pulang aja gausah sabotase matiin internet segala..."
#Mondol...

Aku pikir sehari dua hari kelar, ternyata gangguan kelas berat. Satu selesai, muncul masalah baru. Jaringan internal ok, kabel optik nya putus digigitin tupai. 

Lapor Telkom, adem ayem saja. Beberapa hari kemudian baru dapat jawaban, "perusahaan bapak belum bayar internet dari bulan Juli. Mohon diselesaikan dulu baru kita tangani..."
#Ngemut kabel...




Teriak-teriak ke kantor pusat agar buru beresin pembayaran. Nunggu 3 hari, Jakarta bilang sudah dibayar, aku nelpon lagi ke Telkom dan dapat jawaban, "per Agustus kemarin wilayah Tamianglayang ditangani Telkom Palangkaraya, pak. Tidak ke Banjarmasin lagi..."
#Repot...

Beneran PT TELat KOMunikasi
Mau ini itu kan internal mereka, masa harus korbanin pelanggan..? 

Payahnya...
Sudah ga ada pemberitahuan perubahan wilayah kerja, aku tanya siapa Account Manager Telkom Palangkaraya, tidak ada jawaban. Konsultasi ke IT pusat, hasilnya keluar perintah tugas luar ke Palangkaraya

Baru saat itu aku mudeng
Definisi tugas luar itu tugas untuk karyawan yang sudah keluar kerja...
#Kepiye jal..?



Read More

31 Agustus 2015

Ritual Tepuk Pohon

#Dewasa

Bukan bahas keyakinan...
Cuma pengen cerita pengalaman mengurus infrastruktur internet di pedalaman Kalimantan...

Lima tahun di sini, hal-hal aneh di luar nalar sudah jadi menu sehari-hari. Aku tak pernah mengatakan itu sebagai kerjaan setan, jin dan sejenisnya. Lebih suka aku menganggap mereka sebagai penghuni asli hutan sebelum manusia datang menjamah.

Perkenalan pertama saat bangun tower di lahan bakal PLTU. Aku lihat pekerjaan berlangsung cepat. Para pekerja begitu gesit membuka hutan, pasang tower dan perangkat radio. 

Tapi tiga hari kemudian, vendornya datang nyamperin, "minta bantu cek alat, pak. Setingan sudah benar semua tapi belum nyambung juga..."

Turun tangan periksa peralatan, hasilnya cuma ikut bingung. Sampai senja datang belum juga dapat jawaban, aku pun duduk pasrah di bawah pohon dekat tower. Menjelang pulang, entah kenapa aku menepuk-nepuk pohon sambil bilang, "numpang pasang tower ya, mbah. Maaf kalo merasa terganggu..."

Pagi besoknya...
Baru mau siapin peralatan buat cek ulang
Ada teman yang datang laporan, "internetnya kok udah jalan, pak..."
#Nah...

Berawal dari situ...
Tiap kali masuk hutan pasang jaringan baru, selalu aku sempatin ngomong sama pohon. Begitu juga kalo ada gangguan yang tidak teratasi secara teknis, segera aku bilang permisi dan alhamdulillah manjur walaupun bikin bingung waktu isi form laporan ke Jakarta.

Ga cuma itu
Kalo mau pulang cuti, ritual nepuk pohon aku lakuin juga. Mungkin cuma kebetulan. Tapi beberapa kali aku kelupaan engga pamitan, baru beberapa hari di rumah sudah harus balik lagi ke hutan gara-gara tim laporan tower roboh atau radio habis kena petir di siang bolong.
#Kepiye jal...

Namun itu dulu...
Kini sudah setahun lebih ga pernah ada lagi gangguan non teknis semacam itu
Ritual nepuk pohon pun mulai terlupakan
#Akhirnya...




Sampai minggu lalu...
Saat pengunduran diriku disetujui perusahaan, internet mendadak mati total dan aku dapat permintaan terakhir, "sebelum pulang, beresin dulu gangguannya ya..."

Prosedur standar sudah aku lakuin tak juga ketemu penyakitnya. Radio, jaringan kabel sampai serat optik diacak-acak tetap belum berhasil. Gara-gara itu, teman-teman ingetin ajian pamungkasku, "tepuk pohon, pak..."

Hasilnya luar biasa...
Biasanya kalo malem aku nepuk pohon
Paginya ga diapa-apain juga nyambung sendiri. 
Kali ini engga...

Masih bengong mikirin itu, teman yang staf lokal kasih saran, "harus ditambah dupa, kopi pahit sama rokok siong kali, pak..."

Biarpun biasanya ga pake yang kayak gitu, demi aku bisa pulang, apa salahnya aku coba. Dupa aku dapat dari karyawan yang orang Tionghoa. Tambahannya ini yang ngaco. Udah kasih saran kopi item sama rokok siong, eh bawanya kopi mix sama rokok menthol. Makanya waktu nepuk pohon aku tambahin kata-kata, "kopi sama rokoknya seadanya ya, mbah..."

Ternyata sami mawon...
#Mumet...




Mau ga mau aku nyeletuk ke temen, "elu bawa sajennya salah tuh..."

Engga mau disalahin, temen malah jawab gini, "bukan salah sajen kali, pak. Kan udah lama ga ada kejadian begini..."
"Trus kenapa dong..?"
"Jangan-jangan si mbahnya udah resign, pak..."
#Panci mana panci..?

Trus...
Kapan aku pulang..?


Read More

25 Agustus 2015

Cowok Itu Jorok

#Semua Umur

Tanggal 25 Agustus ini statusku sebagai karyawan tambang sudah tamat. HRD sudah kasih ijasah kelulusan. Tiket pulang pun sudah di tangan.

Sowan ke ibu direktur untuk pamitan. Eh, malah dibilang gini, "main pulang aja. Yang gantiin elu aja belom ada..."

Aku bilang ga perlu cari ganti karena semua sudah aku atur memanfaatkan anggota tim yang ada. Inget kalo ngomong sama bos itu harus dikaitin sama duit, dalihku begini, "perusahaan kan lagi efisiensi, bu. Kalo tim yang ada masih mampu beresin kerjaan, buat apa buang-buang duit bayar orang lagi. Tar aja carinya kalo bisnis batubara sudah kembali cerah..."

Beneran...
Si ibu langsung bilang, "okeeeh..."

Padahal alasanku sebenarnya adalah soal karir

Selama ini staf lokal yang notabene pemilik tanah lebih banyak mentok sebagai staf. Jabatan yang agak tinggi diisi pendatang. Supervisor atau manager mundur, kantor pusat lebih suka kirim pejabat baru.

Aku maunya orang baru taruh di bawah, orang lama yang dianggap mampu dinaikan jabatannya. Toh aku lihat staf lokal juga banyak yang kemampuan teknisnya bagus. Kalo merasa ada jenjang karir, semangat kerja teman-teman kan bisa terpacu. Tidak lagi ada ucapan, "orang lokal ngapain kerja bener, ga bakal naik jabatan juga..."

Salah satu posisi kosong yang aku tinggalkan adalah full timer. Jam kerja resminya sama dengan staf lain dari jam 8 pagi sampai 4 sore. Tapi full timer ini harus tinggal di mess tidak pulang ke rumah usai jam kerja. Fungsinya sebagai petugas P3K kalo-kalo ada gangguan karena IT memang tidak ada shift malam.

Dari sekian banyak staf, ada dua orang yang aku anggap mampu menjadi single fighter urus jaringan, server, manjat tower, nyetir mobil dan yang pasti mau tinggal di mess.

Baru nyodorin nama
Belum juga aku jelasin kelebihan dan kekurangannya, si ibu sudah motong, "yang cewek aja..."

"Kenapa, bu..?"
"Kalo cowok suka jorok. Kamar berantakan kaya kapal pecah bla bla bla..."




Seketika aku terdiam...
Sambil mikir, "aku kan cowok..."


Read More

24 Agustus 2015

Farewell Party

#Semua Umur

Modol ga..?
Setiap kali dengar berita aku mau resign, komentar paling sering aku dapat adalah, "hoaaaax..."

Bahkan email permohonanku ke HRD dan direksi ga pernah ada yang mau balas. Ketika aku samperin untuk minta kejelasan, jawaban teman di HRD ga bakal jauh dari, "kalo becanda jangan lewat email woooy..."

Aku yang salah...
Bolak-balik mengundurkan diri tapi selalu balik lagi dan kali ini permohonanku yang ke empat. Wajar kalo mereka anggap aku cuma main-main.

Padahal selama ini aku serius mengikuti prinsip bahwa kerja itu merupakan kesepakatan dua pihak. Ketika ada ketidaksepakatan, aku pilih instropeksi mengundurkan diri ketimbang demo maksa perusahaan menuruti keinginanku. Tar kaya buruh pabrik. Merasa gaji kurang, bukannya keluar cari yang mau bayar lebih, malah nutup jalan tol...
#Mondol...

Resign pertama dan kedua dulu juga berkaitan dengan gaji. Aku ga terima teman-teman staf lokal cuma dikasih UMK sementara staf kiriman dari Jakarta dengan level sama gajinya 4 kali lipat. Merasa gagal memperjuangkan hak teman-teman, aku pilih pulang kampung. Sebulan kemudian dipanggil lagi dan tuntutanku diturutin.

Mundur ketiga bulan Januari lalu kasusnya beda. Jakarta angkat manager yang sontoloyo. Kerjaannya cuma ngomel, sok idealis, ga mikir kalo yang dia pake mindset Jakarta yang sulit diterapkan di hutan. 

Kasihan teman-teman tiap hari teraniaya, aku maju ke direktur setor aspirasi, "kalo bapak pertahankan dia, saya pulang kampung saja..."

Baru seminggu di rumah, Jakarta nelpon kasih tawaran, "kontrak menejer lu ga gua perpanjang, tapi lu balik ke site ya..."




Itu sebabnya...
Kenapa teman-teman suka bilang aku ekat paner alias omong doang. Ga enak diledek begitu, aku pun ajuin lagi surat pengunduran diri dan kali ini aku yakin beneran karena ga ada alasan khusus.

Karena yakin resign kali ini berbeda dengan sebelumnya, aku juga kasih jawaban berbeda ketika teman-teman nanyain farewell party. Ga peduli pada teriak pelit, aku keukeuh jawab, "kalo pake acara makan-makan, tar gua balik lagi kemari..."

Padahal alesan utamanya dompet lagi bokek...
Selamat menikmati masa pensiun...


Read More

22 Agustus 2015

Indahnya Demokrasi

#Semua Umur

Keseringan bilang lagi kejebak demo waktu teman nelpon, teman pun komen, "kirain di hutan itu bebas demo ga kaya di Jakarta..."

Jangan salah...
Gesekan masyarakat dengan perusahaan tambang atau sawit sudah jadi menu sehari-hari. Dari masalah limbah, konflik lahan atau sekedar minta kerjaan lebih suka diselesaikan dengan jalan pintas ketimbang budaya luhur musyawarah untuk mufakat.

Komunitas pedalaman yang berabad-abad hidup dalam harmoni alam tiba-tiba diusik industrialisasi menjadi penyebabnya. Masyarakat yang terbiasa hidup apa adanya dari hasil hutan menjadi gagap saat investor masuk menawarkan uang gampang. "Daripada nyangkul di ladang, mendingan lahannya lu jual buat gue tambang..."
#Gitu...

Masyarakat lugu dipaksa punya duit banyak tanpa dilatih cara mengelola uang, konsumerisme pun menjadi budaya baru. Rumah boleh sederhana dari kayu, tapi di halamannya parkir Toyota Fortuner.

Masalah muncul ketika mereka sudah terbiasa hidup enak trus duitnya habis. Kembali masuk hutan banyak yang enggan, jadinya cari jalan pintas untuk memaksa perusahaan kasih duit lagi dengan cara demo.

Namun caranya asik...
Demo ke perusahaan, yang ditutup jalan tambang bukan jalan umum. Yang dilarang melintas hanya truk angkutan batu bara sedangkan kendaraan lain bebas lewat. Ga kaya orang kota yang katanya intelek. Katanya memperjuangkan masyarakat tapi caranya menyusahkan orang banyak. Demo kebijakan pemerintah, yang ditutup jalan tol. 
#Goblik...




Sportip juga...
Satu orang yang bermasalah, demonya cukup sendirian taruh kayu atau cuma parkirin sepeda motor melintang di tengah jalan. Beda sama mereka yang katanya beradab. Kalo demo senengnya bawa orang sekampung sampai anak-anak pun diangkut. Ketika rame-rame gayanya kaya macan ngamuk. Namun begitu sendirian..?
#Modol...

Tapi ya gitu deh...
Kadang tuntutannya aneh-aneh. Ada yang maksa jual lahan padahal perusahaan ga butuh. Atau minta diterima jadi karyawan padahal skill tidak memadai. Ditanya mau melamar posisi apa, tak jarang jawabnya, "apa saja lah yang penting dapat gaji..."
#Ah elah...

Yang mengada-ada juga banyak...
Sudah tahu jalan tambang itu engga diaspal, malah bikin rumah di situ. Begitu rumahnya kotor, terus demo nuntut ganti rugi atau istilahnya minta uang debu. Perusahaan menanggapinya dengan menyiapkan mobil tangki penyiram jalan dan semestinya masalah debu selesai.

Tapi ternyata  engga...
Besoknya demo lagi...
Minta uang becek...
#Kapok...

Indahnya demokrasi...


Read More

21 Agustus 2015

Mobil Mahal

#Semua Umur

Pagi-pagi...
Baru mau akan mandi, mamake deputy direktur sms, "villa bos mau dipake, alat-alat lu diberesin ya..."

Selama ini villa di komplek kantor tambang cuma dipake kalo big bos dari Jakarta datang. Lebih sering kosong, makanya enjoy aja aku titip server di sana. Niatnya sementara doang cuma buat numpang AC biar ga kepanasan.

Ada informasi begitu, segera aku bawa pasukan buat mindahin server ke tempat lain. Sampai villa bener aja sudah banyak orang kerja bakti dari beresin kamar sampai bersihin kolam renang.

Saat itu aku dapat informasi kalo villa bos akan dipake transit oleh biduan dangdut ibukota yang akan isi acara pesta rakyat di lapangan kabupaten. 

Mau ga mau rada ngomel juga. Ngapain harus buru-buru pindah nyabutin kabel-kabel kalo cuma dipake sebentar. Toh ga bakalan ganggu orang raknya terkunci di pojokan ga makan tempat.

Iseng aku nanya pejabat terkait, "ngapain ditaruh di hutan, kaya dekat lokasi acara ga ada hotel aja..?"
"Namanya juga artis, pak. Maunya di tempat yang mewah. Antar jemputnya minta pake Pajero Sport..."
#Ouwgh...

Kalo gitu sih bisa dipahami karena di sini memang ga ada hotel berbintang. Tapi soal Pajero aku masih mengerutkan kening. Penasaran, aku nanya lagi, "harus Pajero..?"

Ditanya gitu, teman malah ngakak, "nah kalo soal ini kerenan sampean, pak..."
"Keren gimana..?"
"Artis saja anggap mewah, sama sampean cuma dipake buat mandi ke sungai..."
#Siyal...

"Kalo ukuran mewah itu dari harga, mestinya jangan kasih Pajero lah..."
"Emang kita punya yang lebih mahal..?"
"Ada lah. Lamborghininya Haji Lutung aja lewat..."
"Mobil apaan..?"
"Caterpillar HD..."
"Haaah..???"
#Nyengir...

Mau tahu..?
Begini nih wujudnya...








Read More

20 Agustus 2015

Kehadiran

#Semua Umur

Selama kerja di tambang, mesin kehadiran bisa dibilang teman rese paling setia. Dari awal gabung 5 tahun lalu sampai sekarang mau resign, tetap saja mesin itu yang selalu ngerecokin...

Setiap ada karyawan baru datang ke site, prosedur pertama yang harus dilakukan adalah induksi. Aku baru mau akan lapor kedatangan sudah langsung diseret HRD ke beranda, "pak tolong urus dulu mesin absen. Gara-gara pasang mesin sidik jari ini sebulan lalu, kita didemo karyawan gara-gara gajian kacau..."

Sambil terbengong-bengong aku nurut dan langsung investigasi masalah. Perusahaan yang saat itu baru melejit lagi penerimaan karyawan besar-besaran sehingga sistem absensi manual menjadi sangat merepotkan. 

Untuk mengatasi masalah itu, kantor pusat kirim mesin kehadiran canggih tapi mesinnya doang tanpa pelatihan atau tenaga terlatih. Yang terjadi justru berlawanan dengan harapan. Gajian molor sampai tanggal belasan dengan perhitungan berantakan. 

Ternyata masalahnya sepele...
Sidik jari karyawan diregistrasi tapi no absen sekian atas nama siapa tidak dimasukin. Sehingga saat data diambil yang muncul hanya nomor urut tanpa nama. Kacaunya lagi, saking percayanya pada kecanggihan mesin, absen manual sistem tanda tangan sudah tidak dijalankan. 
#Kepiye jal..?

Urusan registrasi sudah rapi, masalah muncul di lapangan. Banyak karyawan yang gagal absen gara-gara kerjaannya belepotan oli sehingga sidik jarinya tidak terbaca. Padahal di samping ada pengumuman yang tidak absen gaji dipotong. Akibatnya mesin bolak balik pecah ditonjokin karyawan.

Aku sampein masalahnya ke Jakarta, dikasih solusinya indah banget, "siapin ember, sabun dan lap untuk cuci tangan. Cek tiap pagi dan sore sebelum karyawan absen..."

Aku langsung diam, "IT apa dinas irigasi sih..?"
#Mikir...




Ribet tapi lama-lama terbiasa
Semuanya jadi mengalir ga lagi dianggap masalah besar. Sampai akhirnya bisnis batubara lesu dan perusahaan melakukan efisiensi. Soal mesin kehadiran kembali dipermasalahkan untuk dijadikan salah satu alasan memberhentikan karyawan.

Aku yang biasanya cuek jadi sering-sering ke HRD ngecek data timku agar tidak masuk daftar PHK. Sambil buka-buka print out kehadiran, HRD kasih berita menyejukan, "tim IT ada satu dua keterlambatan namun masih bisa ditolelir..."
#Alhamdulillah...

Pas buka lembar kehadiranku malah dapat pujian, "apalagi punya situ tidak ada keterlambatan satu pun. Malah overtime terus, eh tapi..."
"Kenapa, pak..?"
"Ini tanggal berapa, kenapa absen hari besok sudah masuk..?"
#Waduh...

HRD nih kurang kerjaan ngambil data di tengah siklus
Jadi ketauan kalo aku absen borongan sekalian buat seminggu kedepan

Sebuah berita buruk yang segera menjadi berita baik
Buruan aku bilang, "berarti saya masuk daftar PHK dong, pak..?"
"Engga, engga bisa begitu. Jangan ngarep ikut PHK-an ya..."
"Loh, kan saya melakukan kesalahan, bos..?"
#Komat-kamit...

Beliau malah nyengir, "situ kan sudah ngajuin resign..."

Aku pun garuk kepala
Gagal dapat pesangon...
#Haha...

Read More

17 Agustus 2015

Belajar Merdeka

#Dewasa

70 tahun merdeka...
Sebenarnya sudah cukup panjang untuk mendewasakan bangsa ini

Tapi nyatanya engga...
Sebagian saudara kita masih terjajah dalam pola pikir sempit tentang cara mensejahterakan rakyat dan masih bersikukuh dengan kepentingan pribadi dan golongan yang tak jarang dibawa melebar kemana-mana. Jarang yang sadar bahwa kekisruhan mindset ini telah menciptakan generasi gumunan yang bisanya cuma klik share tapi ga ngerti yang di-like itu sejatinya apa.

Semestinya kita sadar...
Semua paham, pemikiran atau ideologi selalu ada sisi terang dan gelap. Para pendiri negara menciptakan ideologi Pancasila sebenarnya kan hasil memilah sisi baik dari banyak ideologi yang ada demi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Namun yang ada, Pancasila justru digunakan untuk menyerang paham yang berbeda dengan miliknya. Asal beda pendapat, dibilang anti Pancasila.

Contohnya ketika media ramai memberitakan adanya simbol komunis di karnaval agustusan. Begitu banyak yang menghujat menganggap itu sebagai upaya propaganda untuk membangkitkan komunisme. PKI pernah menghitamkan lembaran Indonesia Raya memang benar. PKI berideologi komunis juga benar. Namun komunisme itu bukan PKI.

PKI itu cuma organisasi yang sama dengan Karangtaruna, PDIP atau FPI. Komunisme itu ideologi yang sejenis dengan kapitalisme, liberalisme ataupun ideologi keagamaan. PKI berbuat kejam, tak semestinya kita menyalahkan komunisme. Atau ketika ISIS melakukan hal yang sama, tak boleh kita menyalahkan Islam.

Dalam UUD 45 ada pasal comotan dari ajaran komunisme yang menyatakan "Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat." Apa ini salah..?

Ada teman yang menyerang dengan mengatakan Indonesia akan makmur kalo mau mengadopsi sistem kekalifahan. Di beberapa hal aku setuju dengan tatanan syariah, namun tetap harus dipilah. Diterapkan secara total di Indonesia yang secara kultural begitu majemuk, aku rasa bakal banyak terjadi gesekan.

Tak perlu lihat dunia Arab sekarang. Diruntut ke titik awal terbentuknya paham kekalifahan saja banyak kekacauan. Lihat saja Khulafaur Rasyidin. Dari empat sahabat rasul, hanya Abu Bakar Ash-Siddiq saja yang tidak mati terbunuh.

Apa perlunya kita keukeuh dengan fanatisme buta yang cuma membawa mudharat bagi orang banyak. Menggeneralisir bahwa kapitalis harus berlawanan dengan sosialis atau agamis harus bermusuhan dengan komunis. 

Kekisruhan yang terjadi cuma urusan politik yang cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan terlepas dari latar belakang pelakunya. Coba baca sejarah. Muso yang identik dengan PKI bukan seorang atheis. Beliau putra seorang kyai besar dan dibesarkan di lingkungan pesantren. Kartosuwiryo yang lekat dengan DI/TII justru berlatarbelakang sekuler.

Fidel Castro yang komunis ternyata begitu humanis. Soekarno menciptakan ajaran Marhaenis yang lekat dengan sosialis padahal beliau orang Muhammadiyah. Gus Dur yang berbasis Islam tradisional bisa menjadi pluralis. Dan George Bush yang religius dengan mengatasnamakan human rights nyatanya menyengsarakan jutaan manusia di Iraq.

Daripada gontok-gontokkan menyatakan ideologinya paling benar, aku lebih suka semua duduk manis, memilih bagian dari keyakinannya yang baik dan cocok untuk negeri ini, kemudian dipadukan dalam ideologi Pancasila.





Ketimbang berantem meributkan merahnya kaos, rasanya lebih genah merenah tumaninah bila kita ngopi bareng lalu menggeser pandangan sedikit ke atas atau ke bawah. Jadilah bangsa yang sakinah mawadah warohmah dan wanikmah...

Bangsa dan negara ini sudah 70 tahun merdeka
Kita merdekakan pula isi kepala warganya

Dirgahayu Indonesia Raya
Dan tetap Merdeka..!


Bahan Bacaan :

Model : Hasoe Angels - Jogja

Read More

13 Agustus 2015

Kupas Pisang

#Semua Umur

Awal masuk hutan dulu, aku sempat bingung dengan kelakuan teman-teman. 

Tiap kali makan pisang, ada aja yang kurang kerjaan ngecek kulit pisang teman hanya untuk melihat kupasannya ada berapa. Kalo kupasannya tiga lembar, mereka langsung nyengir kuda.

Penasaran aku tanya mereka dan jawabnya, "monyet kalo makan pisang, ngupasnya cuma tiga kali, pak..."
"Kalo ngupasnya 3 berarti kaya monyet, gitu..?
#Ooowgh...

Namun dari hasil interogasi lebih lanjut
Teman-teman penduduk lokal pun tidak begitu meyakini gosip itu. Buktinya tiap kali didesak itu benar apa engga, sampe aku ajak taruhan, rata-rata jawab, "katanya sih begitu..."
#Payah...

Tidak ada status valid atas info itu, aku pun tak pernah mikirin lagi. Tapi tetap saja kalo ngupas pisang selalu hati-hati. Harus bikin empat atau lima kupasan jangan sampe tiga.
#Mondol...


Ada yang berbeda kemarin ketika kasih makan Si Unyuk
Tiba-tiba teman komen, "ternyata bukan isu kan, pak..?"

"Isu apaan..?"
"Monyet kalo makan pisang, kupasnya cuma tiga..."

Spontan aku bilang, "monyong, lu..."
Malah nyengir dia, "kenapa, pak..? Kalah taruhan ya..?"
"Enggaaa..."

"Trus kenapa..? Kan udah terbukti monyet ngupasnya 3..."
"Heeeh, itu tadi gua yang ngupasin, dodol..."

Ada paduan suara, "Ooooo..."
Satu persatu beringsut menjauh...

Tinggal aku sendiri terdiam dalam lamunan
Kenapa waktu ngupas aku ga ngitung..?
Terbawa naluri kah..?
Dasar monyet...


Read More

12 Agustus 2015

Si Unyuk

#Semua Umur

Kembali ke hutan...
Berkumpul lagi dengan tim IT-69 yang kian unyu setelah ketambahan si unyuk...

Awal kisahnya begini...
Pas balik dari pelabuhan, di tengah hutan ada rombongan monyet memotong jalan berjamaah tanpa tengok kanan kiri. 

Atas nama toleransi ke penyeberang jalan, aku banting sopir dan injek rem sekuat tenaga sampe Si Ite ngepot ala Fast Furious.

Dasar orang hutan...
Stafku yang duduk di belakang spontan buka pintu, loncat keluar menyambar anggota rombongan dan membawanya masuk ke dalam mobil. Aku komplen, jawabnya, "kita latih manjat tower biar bisa bantu-bantu perbaikan antena, pak..."
#Sakarepmu...

Sepanjang perjalanan pulang, si unyuk terus menerus histeris meloncat kesana kemari. Bisa jadi karena ngambek dipisahkan dari sanak saudara kandungnya. Bisa juga kaget karena dalam mobil ada yang mirip-mirip dia kadar kegantengannya.

Walau perlu waktu, lama kelamaan si unyuk jinak juga mau diajak salaman.
#Toast...




Biar penuh perjuangan, si unyuk pun sukses saba kota
Namun masalah lebih besar justru muncul keesokan harinya...

Waktu si unyuk belum mau diam, beberapa kali aku harus berhenti di tengah jalan karena seisi mobil sibuk menangkap dia. Dalam satu kesempatan ada kendaraan perusahaan yang berhenti di sebelah mobilku, buka jendela lalu nanya, "mogok kah..?"

Takut si unyuk kabur, ga ada yang berani buka jendela. Aku cuma jawab aman lalu tancap gas. 

Ternyata...
Teman di mobil sebelah ga denger aku ngomong apa. Kebetulan kaca jendela mobilku terlalu gelap dan ga keliatan apa yang terjadi di dalamnya. Tak aneh bila kemudian muncul gosip di kantor, "ada mobil goyang parkir di hutan. Disamperin terus kabur..."

"Mobil goyang..?"
#Whaaatttt...

Panci mana panci..???


Read More

10 Agustus 2015

Wisata Ke Kalibiru

#Semua Umur

Pulang ke Jogja ga pake jalan-jalan katanya bagai sambal tanpa cabe...

Dan cuti kemaren...
Hasil ibue Ncip googling plus nanya tetangga, sasarannya adalah ke Kalibiru. Obyek wisata alam di Kulon Progo yang katanya punya pemandangan aduhai. Kebetulan pernah baca di beberapa blog teman yang memamerkan foto-foto menarik dari pegunungan Menoreh itu.

Secara pribadi aku bilang top tenan sesuai dengan isu yang banyak beredar di internet.

Tapi ya gitu deh...
Kebanyakan orang lebih suka mengulas sisi kerennya tanpa dilengkapi potensi ga asiknya bagi kalangan tertentu. Satu sisi ga enak yang sering dibahas hanya rute menuju ke sana yang tanjakannya lumayan terjal berkelak-kelok. 

Namun ini bukan masalah asalkan kendaraan dan sopirnya dalam kondisi prima. Berita baiknya, pihak pengelola sudah menyiapkan petugas dilengkapi radio komunikasi di titik-titik rawan untuk mengatur lalu lintas terutama saat ada dua mobil berpapasan.




Selain kendaraan, orangnya juga harus sehat secara fisik. Dari tempat parkir pengunjung masih harus jalan kaki lumayan jauh melalui tanjakan yang juga terjal.

Fasilitas pendukung sebenarnya lumayan lengkap, namun masih banyak titik yang kurang bersahabat dengan anak-anak apalagi yang suka pecicilan macam si Ncit dan Ncip. Belum semua tepi jurang dikasih pagar padahal tanahnya berkerikil yang rentan terpeleset bila kurang hati-hati.




Satu lagi yang kayanya sudah jadi masalah umum di banyak obyek wisata adalah perokok. Wisata alam yang sebenarnya identik dengan udara bersih semestinya didukung dengan aturan tentang smoking area. Sayang banget lokasi cantik dan bersih namun di sana sini bertebaran puntung rokok.

Belum lagi soal polusi asapnya. Rasanya geregetan banget lihat pengunjung yang seenaknya nyalain rokok padahal di sebelahnya ada anak-anak. Tapi masalah ini kayanya cuma mimpi di siang bolong orang petugasnya saja ga merasa bersalah melayani pengunjung sambil berbagi asap.

Kayanya itu aja sih keluhanku soal Kalibiru
Buat yang bawa anak-anak not recomended deh
Mendingan ke Waduk Sermo yang tak jauh dari situ...




Kalo buat yang suka bertualang, olahraga ekstrem, penggemar fotografi, sekedar ngadem atau mau bikin anak sih recomended banget...

Yang penasaran ingin ke sana, cari saja informasi di google banyak banget
Atau langsung meluncur ke blognya Mbah Wismur deh...


Read More

09 Agustus 2015

Keranjingan Hidroponik

#Bimbingan Orang Tua

Beberapa bulan terakhir, ibue Ncip lagi keranjingan hidroponik dan sayuran organik...

Bila biasanya PR-ku selama cuti paling banter nyabutin rumput atau nyetrika, kali ini ada tugas tambahan jadi tukang rangkai paralon. Halaman depan sampai dinding garasi menghijau penuh paralon berisi tanaman selada, pakcoi, kangkung dan teman-temannya.

Ada bagusnya juga sih...
Sekeliling rumah jadi adem sedap dipandang. Selain dikonsumsi sendiri, mulai ada yang tertarik datang membeli. Undangan bazar atau kasih pelatihan budidaya sayur sehat bebas pestisida turut mengalir.

Nah ini yang akhirnya bikin mata ikutan hijau. Ibue mulai menyusun proposal, "bikinin greenhouse, yah. Kecil-kecilan aja modal seratus kayaknya cukup deh..."

"Seratus ribu..?"
"Yaelah itu mah buat jajan si Ncip juga kurang. Seratus juta lah..."
"Oooh..."
#hening...

"Bisa kan, yah..?"
"Hmmm tapi kasih kesempatan mikir dulu ya. Mikir gimana caranya jual alun-alun Jogja..."
#sambit panci...


Dampak lain yang terasa adalah perubahan menu makan di rumah. Biasanya pagi-pagi dikasih kopi berteman gorengan, sekarang teh manis pake daun mint plus jus sayur. Cemilan siang diganti semangkok susu UHT penuh potongan buah atau salad. Lauk teman nasi pun serba sayur.



Kalo mau bepergian, biasanya cukup mampir ke warung beli air mineral untuk bekal. Sekarang bawa dari rumah dan tak lupa ada potongan buah atau sayur.




Sehat memang...
Tapi kadang aku mikir gini. Tiap malem harus setor protein, apa ga tekor kalo asupan gizinya cuma sayur doang. Makanya aku sempatin ngebujuk, "Boleh ga sekali-kali makan daging..?"

Sebagai istri yang baik, ibue Ncip nurut
Tapi ya gitu. Dagingnya dikit, brokolinya seabreg...




Ya sudahlah, namanya lagi hobi
Toh membiasakan hidup sehat itu hobi yang positip...

Yang penting jangan sampe antipati sama daging aja
Tar aku yang repot kalo ibue lebih tertarik sama timun atau pare ketimbang daging itu...
#mondol...

Salam hijau...


Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena