17 Agustus 2015

Belajar Merdeka

#Dewasa

70 tahun merdeka...
Sebenarnya sudah cukup panjang untuk mendewasakan bangsa ini

Tapi nyatanya engga...
Sebagian saudara kita masih terjajah dalam pola pikir sempit tentang cara mensejahterakan rakyat dan masih bersikukuh dengan kepentingan pribadi dan golongan yang tak jarang dibawa melebar kemana-mana. Jarang yang sadar bahwa kekisruhan mindset ini telah menciptakan generasi gumunan yang bisanya cuma klik share tapi ga ngerti yang di-like itu sejatinya apa.

Semestinya kita sadar...
Semua paham, pemikiran atau ideologi selalu ada sisi terang dan gelap. Para pendiri negara menciptakan ideologi Pancasila sebenarnya kan hasil memilah sisi baik dari banyak ideologi yang ada demi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Namun yang ada, Pancasila justru digunakan untuk menyerang paham yang berbeda dengan miliknya. Asal beda pendapat, dibilang anti Pancasila.

Contohnya ketika media ramai memberitakan adanya simbol komunis di karnaval agustusan. Begitu banyak yang menghujat menganggap itu sebagai upaya propaganda untuk membangkitkan komunisme. PKI pernah menghitamkan lembaran Indonesia Raya memang benar. PKI berideologi komunis juga benar. Namun komunisme itu bukan PKI.

PKI itu cuma organisasi yang sama dengan Karangtaruna, PDIP atau FPI. Komunisme itu ideologi yang sejenis dengan kapitalisme, liberalisme ataupun ideologi keagamaan. PKI berbuat kejam, tak semestinya kita menyalahkan komunisme. Atau ketika ISIS melakukan hal yang sama, tak boleh kita menyalahkan Islam.

Dalam UUD 45 ada pasal comotan dari ajaran komunisme yang menyatakan "Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat." Apa ini salah..?

Ada teman yang menyerang dengan mengatakan Indonesia akan makmur kalo mau mengadopsi sistem kekalifahan. Di beberapa hal aku setuju dengan tatanan syariah, namun tetap harus dipilah. Diterapkan secara total di Indonesia yang secara kultural begitu majemuk, aku rasa bakal banyak terjadi gesekan.

Tak perlu lihat dunia Arab sekarang. Diruntut ke titik awal terbentuknya paham kekalifahan saja banyak kekacauan. Lihat saja Khulafaur Rasyidin. Dari empat sahabat rasul, hanya Abu Bakar Ash-Siddiq saja yang tidak mati terbunuh.

Apa perlunya kita keukeuh dengan fanatisme buta yang cuma membawa mudharat bagi orang banyak. Menggeneralisir bahwa kapitalis harus berlawanan dengan sosialis atau agamis harus bermusuhan dengan komunis. 

Kekisruhan yang terjadi cuma urusan politik yang cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan terlepas dari latar belakang pelakunya. Coba baca sejarah. Muso yang identik dengan PKI bukan seorang atheis. Beliau putra seorang kyai besar dan dibesarkan di lingkungan pesantren. Kartosuwiryo yang lekat dengan DI/TII justru berlatarbelakang sekuler.

Fidel Castro yang komunis ternyata begitu humanis. Soekarno menciptakan ajaran Marhaenis yang lekat dengan sosialis padahal beliau orang Muhammadiyah. Gus Dur yang berbasis Islam tradisional bisa menjadi pluralis. Dan George Bush yang religius dengan mengatasnamakan human rights nyatanya menyengsarakan jutaan manusia di Iraq.

Daripada gontok-gontokkan menyatakan ideologinya paling benar, aku lebih suka semua duduk manis, memilih bagian dari keyakinannya yang baik dan cocok untuk negeri ini, kemudian dipadukan dalam ideologi Pancasila.





Ketimbang berantem meributkan merahnya kaos, rasanya lebih genah merenah tumaninah bila kita ngopi bareng lalu menggeser pandangan sedikit ke atas atau ke bawah. Jadilah bangsa yang sakinah mawadah warohmah dan wanikmah...

Bangsa dan negara ini sudah 70 tahun merdeka
Kita merdekakan pula isi kepala warganya

Dirgahayu Indonesia Raya
Dan tetap Merdeka..!


Bahan Bacaan :

Model : Hasoe Angels - Jogja

91 comments:

  1. menyimpuLkan dari tuLisan di atas, yang tumben dituLis agak serius. mungkin karena penuLisnya Lagi insyaf :D
    akhirnya saya simpuLkan, ternyata agama dan ideoLogi itu tidak penting. karena yang dibutuhkan adaLah asumsi, postuLasi, premis dan sebuah jejaring konkLusi penaLaran seseorang yang dapat berdampak baik baginya juga Lingkungan sosiaLnya. bahkan secara universaL.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekali kali, om. Sebagai partisipasi peringatan kemerdekaan. Kan aneh kalo bahas kemerdekaan trus cerita ngaco. Tar dikira merdekanya juga kaco... :D

      Hapus
    2. Siapa Mang yang buat merdeka jadi kaco ? he,,,he,, he,,,

      Hapus
    3. ijin nyingkapin kaos merahnya dikit...boleh kan?

      Hapus
    4. Nah yang komen di atas aku ini yang bikin kaco, pak indra..

      Hapus
    5. untung disingkapin dikit, jadi tau kalo ternyata pake yang setipis silet mang...mamang bisaan ih milih modelnya, suka sama yang tipis-tipis...juga ya

      Hapus
    6. Mau tebal mau tipis yang penting kan rasanya, mang... :D

      Hapus
  2. Ideologi tidak ada yang salah, hanya saja kita yg selalu salah kaprah dalam menjalankannya. Terlalu memaksakan kehendak kepada org lain. Seperti foto di atas, memaksa kita untuk melihat bagian bawahnya saja....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lah lah...
      Itu cuma analogi, om. Intinya bukan yang itu...
      *padahal aku sukanya juga bahas foto yang bawah, haha

      Hapus
    2. Bukan mas, itu lagi ngantuk aja kelihatannya jadi hot. he,, he,, he,,,

      Hapus
    3. Yang lemes langsung tegang kah..?

      Hapus
    4. setegang-tegangnya dodol...tetep ajah lembek

      Hapus
  3. tumben lempang tulisannya mang hahahha...*nyabak tarang

    BalasHapus
  4. Wah mas baju merahnya ngeri bahaya lho pakai baju simbol gituan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itulah kalo belum bisa berpikir terbuka
      Bawaannya ngeri terus, haha...

      Hapus
    2. Kecuali orang batak, pak
      Ga suka yang lebaran, pilih yang sempitan katanya... :D

      Hapus
  5. Iyo Kang, suka sama tulisan-tulisan sampean yang begini ini, Keren. Ngajakin orang mikir. Setuju sih kalo PKI kejam bukan berarti komunis sebagai pahamnya harus disalahkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayanya cuma om Dani yang setuju
      Biasanya kalo nulis yang begini, di pesbuk pada japri bilang mending nulis ngaco kaya biasanya saja, hehe

      Hapus
  6. aku idiologinya dangdut campursari wae, seng jelas ngrejekeni. hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus lah itu namanya menguri-uri budaya
      Asal jangan kepleset campursaru yo, mbah...

      Hapus
    2. Tutup muka aja kang kalau saru, beres kan ?

      Hapus
    3. wkwkwkw, lah nak kuwi adek e sari mas, kakange sarju, haha

      Hapus
    4. Susah kalo lawan omong wong tuwo, hehe

      Hapus
  7. Nah, betul juga nih... Bedakan PKI dengan komunisme...

    BalasHapus
  8. Andaikan partai politik sekarang berbuat pembantaian manusia seperti pki nasibnya akan sama. Padahal "pembantaian" dalam hal lain teramat dahsyatnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang bantainya pelan-pelan
      Anggota parpol ga ambil nyawa rakyat, tapi duit rakyat...

      Hapus
    2. lah ini yg namanya "memberantas kemiskinan" yg miskin jadi bnyk yg mati karena banyak haknya yg gak terpenuhi diambil oleh anggota parpol....

      Hapus
    3. Yang suka teriak teriak belain wong cilik, kebanyakan wong licik, bray...

      Hapus
  9. ini bahasannya gak sensitif dan diharapkan dapat ditrima dgn hati terbuka dan open minded..

    kl dulu saya mendukung FPI sekarang saya mulai agak meragukannya pak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama lah kaya dulu aku suka PK
      Setelah jadi PKS kenapa mulai mikir beda ya..?

      Hapus
  10. itu foto dibawah tuh bikin salah fokus mas eko... hehe
    aku posting sepotong-sepotong soalnya nggak tau mau ngomong apalagi, sementara pengin ngeshare. yah daripada takterdokumentasi kalau sekadar di share di path

    BalasHapus
  11. Sekali Merdeka tetap Merdeka .... !!!!
    Saya setuju dengan paragraf di bawah Foto yg berdua itu Kang,,
    Ketimbang berantem meributkan merahnya kaos, rasanya lebih genah merenah tumaninah bila kita ngopi bareng lalu menggeser pandangan sedikit ke atas atau ke bawah...

    tapi kenapa foto yg atas nya malah lagi makan yah, gak keliatan Gelas Kopinya juga... wah jadi gak asik ah endingnya ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maklum habis kerja keras kang, jadinya nongkrong sambil makan, tugas sudah terlaksanakan tapi panggilan perut lagi dilaksanakan.

      Hapus
    2. Hahaha...
      Itu waktu habis ditangkep tentara, pak
      Gara-gara pake kaos itu ketika jadi relawan merapi dulu

      Hapus
  12. ramaku marhaenis inyong komunis, mangan tuku dewek ora njaluk sapa sapa.

    BalasHapus
  13. Ta aku mah nurut sing kepenak la ngenake wae. Sing penting bisa mangan ping lima sedinane. Urusan politik dan paham tak kesampingke.

    BalasHapus
  14. Ideologi ki panganan opo to....? Silhkan dg keyakinan mu biarkan aku ngurusi anak bojo ku urip ora susah iso berkah ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak penting untuk pribadi namun menjadi penting ketika sudah bicara orang banyak

      Hapus
  15. ah mending ngopiweh riet poli tik mah. hehehe

    BalasHapus
  16. Pokoke sing merdeka wae lah :D

    BalasHapus
  17. Hmmmm..... emg susah membedakan klo sudah di doktrin PKI = Komunis... jadinya komunis itu sudah melekat kuat pada otak sama dengan PKI... seharusnya kita sudah terbebas dari kotak2 sejarah yg dibuat pada jaman orba... percuma reformasi klo otaknya mati, percuma merdeka klo pikirannya terpenjara... salut utk pembuat doktrin jaman orba, efeknya smp skrg masih terasa....
    semoga bangsa ini benar2 "merdeka".........

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukannya manusia hidup selalu buat sejarah dengan sejarah yang baru ? kalu semsuanya diam tidak ada lagi kerja untuk membuat sejrah dalm hidup ini... he,,, he,,, he,,,

      Hapus
    2. Kita belajar sejarah adalah agar kita mengerti liku liku kehidupan dan berhenti untuk saling membunuh...

      Hapus
    3. xixixixi...bener tuh kang... ini malah makin banyak maen bunuh2an... contohnya seperti dota.. #loh kok lari ke game sih?? wkwkwkwkwk....

      Hapus
    4. Belom mup on lu dari mainan jadul..?

      Hapus
  18. Ya gitu deh Mas. Yang dipertengkarkan di negara kita gak hanya soal keyakinan, calon presiden juga..Mungkin karena milih presiden juga berdasarkan keyakinan kali ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keyakinan itu ranah pribadi. Bakal repot kalo dibawa-bawa ke area yang lebih luas...

      Hapus
  19. Belajar merdeka mending jadi bloggr aja deh, bisa ngomong dan bersuara apa saja, apalgi kalu pakai baju yang merah dan membara di sampingnya juga adem.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayang masih banyak yang menganggap merdeka hanya untuk berbicara tanpa diikuti kemerdekaan untuk mendengar, pak. Eh, membaca...

      Hapus
  20. Merdeka jika "Soekarno_Hatta" berjejer rapi di dompet, kalo masih Pattimura dan Imam Bonjol, berarti masih perjuangan.... Ya gak bro...?

    BalasHapus
  21. Jangan sampai PKI berkembang lagi ya gan

    BalasHapus
  22. tumben postingannya gini, gak ngerti aku, baru baca setengah udah ngantuk...zzzzzz....

    BalasHapus
  23. Maksud kunjungan:

    1. Cuma mau basa-basi aja.
    2. Mengabaikan orang yang lagi makan.
    3. Pulang lagi.

    Catatan kunjungan:

    Yang pasti '70' bukan angka favorit mamas.

    BalasHapus
  24. kaos nya pemberani merah meriah euy :D merdekaaaaa

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena