08 Desember 2016

Buntutan Demo

#Bimbingan Orang Tua

Demo...
Aku ga pernah mikir negatif atau benci. Hanya secara pribadi saja aku tak pengen ikutan walau berlabel aksi damai sekalipun...

Bisa saja aku dianggap tak peduli "ketidakadilan" menurut versi tertentu pastinya. Namun tetap saja aku kurang suka acara rame-rame semacam itu.

Seperti dulu, ketika teman teman mengajak demo menuntut kenaikan gaji yang menurutku memang layak dinaikkan. 

Sayangnya aku lebih suka berpikir lain. Kalo pimpinan disamperin secara pribadi bilang tidak mau naikin, mending aku cari perusahaan lain yang mau bayar lebih. Karena siapa tahu, gajiku kecil karena memang kinerjaku cuma seuprit dibanding kebutuhan perusahaan. Dan buatku ini lebih fair daripada memaksakan kehendak melalui demo...

Bukan aksi demonya yang aku pikirkan, tetapi efek dominonya...

Kegiatan demo bisa saja berjalan damai, namun yakin tidak ada buntutnya? Ketika ada pengikut yang numpang anget, yakin penggagas demo itu mau tanggung jawab..?

Contohnya aksi di Monas kemarin. Aku salut saat demo tidak terjadi hal-hal yang tak diharapkan. Menjadi tidak salutnya ketika ada yang terinspirasi. Merasa kelompoknya lagi di atas angin, arogansi muncul. Hal serupa mereka lakukan karena merasa benar dan dibenarkan oleh banyak pihak.



Buntut pertama kelihatan di Bandung...
Acara Natal dibubarkan dengan alasan gedung ITB adalah fasilitas umum. Menurutku ini mengada-ada. Gedung mereka bayar sewa dan tidak mengganggu lalu lintas masyarakat. Mengganggu mana dengan acara di Monas yang meluber ke jalan raya yang begitu padat..?

Buntut kedua terjadi di Jogja...
Panitia penerimaan mahasiswa UKDW dilarang pasang spanduk atau bikin brosur dengan model perempuan berhijab. Kalo memang orang muslim harus sekolah di sekolahan muslim, ya banyakin sekolahnya dan perbaiki kualitasnya, jangan jadi sontoloyo...

Arab Saudi saja yang Islamnya mestinya Islam banget banyak kasih beasiswa untuk belajar ke universitas di Eropa atau Amerika. Aku malah belum dengar mereka kasih beasiswa untuk belajar di UIN. Makanya aneh kalo di sini, belajar di sekolahan kafir terus dilarang-larang.

Buntut selanjutnya ditunggu saja...

Mungkin akan berlanjut lebaran nanti
Dilarang shalat Ied di lapangan karena itu fasilitas umum...

*Sengaja pake gambar ga nyambung
 Takut ada orang nista yang merasa ternistakan...


4 comments:

  1. Ojo didungani ada buntut selanjutnya atuh... Semoga cukup sampai disitu... Sedih liatnya :(

    BalasHapus
  2. Buntut saling unfollow2an di sosmed ga dibahas Mas?

    BalasHapus
  3. Bener banget, Bang Rawins. Semenjak demo kemarin, kayaknya orang-orang rasis yg selama ini diam, mendadak semakin berani vokal dan muncul di permukaan. Seperti yang Bang Rawins bilang, mereka merasa lagi ada momen bagus, merasa kaumnya lagi di atas angin. Ditambah lagi, pemerintah pun melakukan pembiaran terhadap beberapa aksi anarkis dan ucapan-ucapan rasis selama demo. Jadinya, terjadilah yg Bang Rawins sebutkan di atas itu.

    Selain itu, masih ada kasus soal dibullynya Metro TV dan juga Sari Roti. Parah banget memang. Saya kan udah sebulan ini ngajar di China, jadi udah ga up to date sama berita-berita konyol soal Indonesia. Eh, tiba-tiba ditanya murid-murid saya yg jurusan Bahasa Indonesia ada yg nanya gini : "Pak, itu orang Indonesia kenapa rame-rame posting foto roti yang lagi diinjek-injek di Internet?"

    Saya pun kaget, dan setelah saya baca...saya ga tau gimana caranya menjelaskan duduk perkaranya sama mereka tanpa membuat Indonesia menjadi kehilangan muka >_<
    Tapi ya saya bersyukur karena masih ada orang-orang yang cinta damai, yang bisa berpikir seperti Bang Rawins. Ayo kita sama-sama sebarkan positif ya, Bang Rawins, supaya negeri kita kembali damai dan persatuan kita tidak rusak =)

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena