Hujan deras sepanjang sore...
Selokan mataram meluas airnya meluap sampai ke jalan di komplek UGM. Dua jam lebih tertahan di emperan dihibur musik keroncong dalam perut yang kembang kempis terusik aroma dari warung gudeg Bu Hj Amad di sebelah. Menatap langit mendapatkan wangsit yang menyatakan hujan ga bakalan berhenti ga pake lama, aku putuskan untuk pulang.
Seperti biasa...
Terjadi CLBK alias cerita lama berulang kembali. Ditunggu sampe lama ndak ada order, giliran diniati pulang, sudah hampir sampe rumah order masuk.
Posisi hujan lebat dan jalanan banjir, bikin males ngecek ini itu. Sebagai aktifis UGM alias Urusan Google Map, langsung saja pencet tombol tujuan dan diarahkan kembali ke kota. Sedikit santai karena yang masuk order pesen makanan yang jarang diuncalke jauh misal ke Gamping atau Godean seperti kalo antar barang atau penumpang.
Sampai depan Gembiraloka baru merasakan ada yang kurang beres. Baca tujuannya tertera warung ayam goreng waralaba, tapi petunjuk arah di peta mengarahkan aku ke gang sempit yang cuma bisa dilewati satu sepeda motor saja. Sementara ujung atap semua mengarah ke gang yang artinya kucuran talang air tepat di atas kepala. Kepiye rasamu, lek..?
Ndilalah nemu tanda-tanda kehidupan...
Ada kios tukang jahit yang jendelanya terbuka. Butuh waktu agak panjang buat ketok pintu ditambah teriak sampai simbah penjahitnya nyamperin. Lumayan susah berkomunikasi dalam kondisi hujan deras dan mungkin mbahnya juga rodo sudo pamirengan.
Bolak-balik aku nanya dimana ada warung ayam goreng, beliaunya balik nanya mau jahit apa. Setelah agak nyambung, entah merasa kerjaannya terganggu atau lagi PMS, simbah malah mbengok, "wong edan, tuku ayam neng tukang jait..."
#Yaoloh...
Segera ngacir sebelum dilempar jahitan berikut mesinnya. Sampai jalan raya ketak-ketik di google map cari alamat warung terdekat dan ketemu di daerah Glagahsari.
Sambil nunggu pesenan siap, aku cek alamat pengantarannya. Bujubuneng, Sambilegi...
Padahal warung ayam dengan merk itu di daerah Babarsari juga ada. Ini mah sama saja dari Jakarta sudah sampai Cilacap, balik lagi buat beli ayam ke Bandung, lalu diantar ke Jogja. Padahal di Gombong ada yang jualan ayam kaya gitu...
Sukurin saja lah...
Dan barokahnya orang disukurin, hujan pun reda walau masih menyisakan gerimis.
Tapi kebayang ga sih..?
Gerimis, maghrib, malem jumat, pointer maps berakhir di tengah kuburan.
Ambil hape, nge-chat pemesan, "maaf mbak, titik antarnya sesuai map ndak..?"
Contreng 2
"Iya pak sesuai..."
"Titiknya di makam Ringinsari ini, mbak..."
Contreng 1...
Dan lama...
Pencet tombol Call
"Nomor yang anda tuju, tut tut tut..."
#Doooh...
Cek nama pemesan. Tila...
Kira-kira nama lengkapnya Attila the hunt atau Kun Tila Nak ya..?
Ah peduli setan...
Keburu dingin baju basah sampai pedalaman dan beberapa bagian sudah terasa mulai mengkerut, segera saja aku melangkah menuju titik peta di ujung kuburan. Ga ada siapa-siapa di sana selain kumpulan nisan dalam keremangan. Entah pemberani entah bego, aku malah manggil-manggil di situ, "mbak Tilaa. Mbak, ini ayamnya mbaaak..."
Tak ada jawaban kecuali gemericik air di atas nisan...
Setengah menyerah aku balik ke perkampungan. Masuk warung nanya alamat Puri Maguwo Indah, tidak dapat jawaban memuaskan. Keluar warung liat rombongan orang pulang dari masjid, malah dapat pertanyaan balik, "dimana ya..?"
#Dyaaar...
Ya sudahlah...
Aku bawa pulang saja ayam gorengnya...
Sambil menarik nafas panjang aku ambil hape untuk menyelesaikan order yang tidak selesai ini. Baru mau akan cari tombol "Delivered", chat yang sebelumnya centang 1 mendadak berubah jadi centang 2.
Kemudian muncul pesan, "lurus saja pak nanti rumah pertama sebelah tembok makam..."
Alhamdulillah ya Allah...
Jadi deh dapat 5 ribu perak...
#OdjekBedjo
#BukanOrderPiktip