31 Juli 2009

Penampakan di Galeri


Aku sendiri ga tau
Kenapa ingon-ingon di Galeri wujudnya kayak begini
No comment lah
Disimak sajah...



















Read More

30 Juli 2009

Masangin di Alkid

Mengikuti instruksi Mbak Arie untuk post tentang traveling bersama keluarga, aku terus terang bingung neh. Sering sih keluyuran keluar kota, tapi kan urusan dinas walau istri ikut. Mau diposting, takut dianggap boong.

Tapi yang pasti, aku dan keluarga kecilku punya lokasi favorit untuk menghabiskan malam minggu. Di alun-alun Jokja, baik alun-alun utara maupun selatan.

Sore hari biasanya aku nongkrong di alun-alun selatan atau yang lebih dikenal dengan istilah "Alkid" (terbaca alun-alun kidul). Aku cukup terhibur dengan ramainya pengunjung yang mencoba peruntungan melalui tradisi masangin. Dengan mata tertutup berusaha melewati sela-sela dua beringin kurung yang berjarak sekitar 15 meteran. Cukup lebar memang, tapi banyak yang tak mampu melakukannya. Tak kurang-kurang yang malah muter-muter ga karuan sampai berbalik arah.

Tradisi Masangin ini erat kaitannya dengan tradisi Topo Bisu. Ritual berjalan mengelilingi benteng kraton pada malam 1 Suro. Dulu para prajurit Keraton Jogjakarta akan berjalan mengelilingi benteng dengan pakaian adat Jawa dan tidak boleh berbicara. Makanya dinamakan ‘topo bisu’.

Selesai mengitari Keraton, ritual selanjutnya adalah berjalan masuk di antara dua pohon beringin di Alun-alun Kidul untuk ‘ngalap berkah’. Mitosnya, kalau bisa masuk diantara kedua pohon beringin itu dengan mata tertutup, bisa terkabul keinginannya.

Menurut kepercayaan di kalangan masyarakat, di antara kedua pohon beringin itu ada tolak bala untuk musuh kerajaan yang berusaha menyerbu Keraton Jogja. Apabila bala tentara musuh masuk di antara pohon beringin itu, kekuatannya akan hilang. Jadi fungsinya seperti benteng yang tidak kelihatan.

Orang yang bisa masuk diantara kedua pohon beringin berarti bisa menolak rajah itu. Mata harus ditutup sebagai simbol bahwa hanya orang hatinya bersih yang sanggup melewati Beringin Masangin. Penutup mata bebas pakai apa saja. Atau dengan membayar 3000 perak, kita bisa menyewa penutup mata dari pedagang disitu.

Di era modern sekarang, pemaknaan terhadap nilai-nilai tradisi mulai berubah. Begitu juga dengan kepercayaan Beringin Masangin yang lambat laun mulai bergeser. Ritual budaya yang awalnya sakral kemudian menjadi satu permainan untung-untungan namun cukup menambah suasana Alun-alun Kidul menjadi semakin ramai. Besarnya antusias pengunjung terhadap permainan yang satu ini, sempat menarik sebuah perusahaan rokok terkemuka mengadakan acara Sampoerna Hijau Masangin Bareng Peppy.

Termasuk aku. Walau bolak balik kejeduk tembok atau nubruk pengunjung lain, tetap saja tidak kapok untuk mencoba dan mencoba lagi. Sapa tahu bisa nubruk yang cakep tanpa harus dimarahin pengawalku. Hahahaha...

Kalo udah lelah dan perut mulai sakit menertawakan peserta masangin, biasanya aku pindah ke alun-alun utara. Menikmati wedang ronde dan jagung bakar ditemani pengamen yang pentas layaknya band indie. Cukup sepuluh ribu bisa request banyak lagu.

Aura kraton Jokja cukup membius membuatku merasa damai dan lupa akan segala kepenatan hidup. Apalagi lesehan disana tidak pernah ada expired time nya. Jajan sepuluh ribu perak, kita bisa ngobrol dan tiduran sampai pagi. Murah meriah tur njeprah...

Asiiik...

Read More

29 Juli 2009

Bikin SIM Online cuma 75 ribu..???

Dalam rangka ulang tahun Polri tanggal 1 Juli kemarin, penegak hukum kita katanya memberikan hadiah kepada masyarakat berupa pembayaran SIM, STNK dan BPKB secara online melalui ATM BRI. Dikatakan disitu bahwa untuk membuat SIM, kita hanya perlu bayar 75 ribu perak saja tanpa ada pungutan apapun.

Sepintas kelihatan manis berita tersebut. Tapi aku tetap saja pesimis terhadap instansi yang satu ini. Bisa saja benar tidak ada pungutan lain-lain, tapi pada waktu kita bayar di ATM. Ketika kita menukarkan struk ATM ke petugas yang mengurusi SIM atau STNK, benarkan tidak ada pungutan lagi..???


Sudah menjadi rahasia umum, untuk membayar pajak kendaraan yang merupakan kewajiban warga terhadap negara saja kita harus nyogok biar cepat diproses. Apalagi kalo kita menuntut hak kita terhadap pelayan masyarakat.


Lebih parah lagi, bila kita mendengar keluh kesah teman teman polisi kelas kroco di lapangan. Sudah gaji pas pasan, setiap bulan harus setor sekian rupiah kepada atasannya. Masih ditambah harus tanda tangan laporan pertanggungjawaban keuangan yang uangnya saja tidak sampai. Tak kurang-kurang temanku itu mengeluh harus membina pelaku perjudian atau pedagang miras untuk menutup setoran. Bagaimana mungkin bibit kejahatan itu bisa dihapus, kalo mereka harus dipertahankan ada agar bisa dibina dan diperas duitnya.


Dasar hukum pidana kayaknya cuma ada di eselon atas. Sesampainya di lapangan, yang ada hanya hukum kebiasaan. Biasanya pritt... gopek, ya harus seperti itu agar mampu bertahan hidup.

Yang lebih kacaw lagi ada semacam paham kecemburuan sosial terhadap mitra kerjanya, hakim dan jaksa. Polisi bekerja keras mengungkap kasus, sampai di tangan jaksa atau hakim dibebaskan dengan imbalan uang. Mereka jadi merasa perlu dapat bagian juga atau diduitkan dulu sebelum sampai ke kejaksaan.


Ancurlah Indonesia Raya...

Ga usah ditanya kenapa..???
Read More

28 Juli 2009

Jalan Jalan Lagi

Tidak banyak yang menarik dari perjalanan kali ini. Yang pasti perjalanan mendadak ini membuat janjianku dengan mbak Silvy yang jauh jauh dari Belanda di Notoprajan gagal. Nyuwun pangapunten, mbakyu. Lain kali kita ketemu lagi.

Lagi sedikit kecewa, di jalan diisengin polisi terus. Sore yang kelaparan, nyari juragan gembus di Sidareja untuk nebeng mie ayam, ga ketemu. Akhirnya ngacir ke Cilacap dan bisa kencan dengan Eka yang baru balik dari Jerman. Niatnya sih mau diajak kencan. Namun sayang, "anakku wis turu, lik.."

Pacul mendadak nyusul lagi.
Waduhhhh...


Kembali ke Jokjakarta adalah keinginan terbesar untuk segera melepas lelah. Walau itu sama artinya dengan kembali ke rutinitas pekerjaan yang kadang menyebalkan.

Tapi setibanya di Jokja minimal aku mendapat sambutan hangat dari beberapa teman yang merasa ketiban ndaru bisa mudik ke Indonesia dan mau mampir ke tempatku bulan depan. Komplain dari teman yang belum bisa mudik karena harus jadi bebisiter yang tidak bisa ke diskotik.

Trus terakhir, aku dapat pesenan gudek untuk bisa dipaketkan via pos untuk istrinya yang mendadak hamil. Engga tau karena kecelakaan atau kerosan maculin sawahnya tidak ada penjelasan detilnya.


Siapa saja teman-teman tersebut..?

Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang...
Off the record lah...
Read More

23 Juli 2009

Selamat Hari Anak Nasional


Peringatan Hari Anak nasional 2009 yang bertema "Saya Anak Indonesia Cinta dan Bangga Produk Kreatif Indonesia" dipusatkan di Ancol yang konon kabarnya tidak akan dihadiri oleh Presiden sebagaimana biasanya sekaligus akan mencanangkan 2009 sebagai Tahun Kreatif Indonesia.

Tapi sama saja dengan tahun-tahun sebelumnya. Semuanya seolah hanya slogan semata. Kehidupan anak-anak kita masih saja tidak terurus. KPAI yang katanya Lembaga independen. Yang tidak boleh dipengaruhi oleh siapa dan darimana serta kepentingan apapun, kecuali satu yaitu “ Demi Kepentingan Terbaik bagi Anak ” seperti diamanatkan oleh CRC (KHA) 1989. Tetap saja bagai macan ompong yang tidak berdaya melihat kehidupan nyata anak-anak Indonesia. Jalanan kita masih saja penuh anak-anak. Yang ada hanya razia sekali sekali untuk kemudian mereka kembali ke jalan.

Terlalu muluk bila dikatakan anak adalah harapan masa depan bangsa. Bila untuk kepentingan meraih kekuasaan, mereka yang diatas begitu mudah menghambur-hamburkan dana yang luar biasa besar. Mereka mau keluyuran ke pasar-pasar kumuh. Tapi mengapa untuk anak-anak kita mereka tutup mata tutup telinga. Bangsat...

Lihatlah ke sekeliling kita. Lalu tengok di website KPAI. Adakah kesingkronan data tentang mereka yang telantar. Tentang mereka yang teraniaya. Tentang mereka yang kehilangan masa depan.

Jangankan masa depan, masa ceria anak-anak pun mereka sudah tak mampu untuk menikmatinya. Mengherankan sekali bila Depsos sampai berbangga hati dengan adanya kelebihan anggaran tahunan sampai 40%. Lebih apanya, sampai ke sasaran pun tidak. Atau jangan-jangan yang 60% itu hanya dipakai untuk menciptakan proyek-proyek kemakmuran pribadi para pejabatnya saja.

Aktifis-aktifis pun lebih menyebalkan lagi. Selalu berteriak tentang KDRT. Tapi hanya diisi oleh berita suami menyakiti istrinya. Tentang anak yang teraniaya walau mungkin hanya psikisnya dalam rumah tangga hanya satu dua yang diekspos.

Untuk apa acara meriah digelar kalo hanya sekedar peringatan. Dengan upacara sederhana dan pengibaran bendera setengah tiang menurutku sudah cukup.

Bersabarlah anak Indonesia.
Semoga Tuhan tidak ikut buta dan tuli...

Read More

13 Juli 2009

Hari Minggu, Kantore Preiiii...

Ada kesulitan tersendiri ketika nomor telepon pribadi telah tersebar ke client atau rekanan kerja. Ketika masih di lingkungan kerja, mungkin ini memudahkan akses ketika kita tidak di tempat. Tapi sebagai makhluk yang punya kepentingan pribadi, masalah ini terasa sekali ketika kita sudah berada di luar jam kerja. Privasi kadang jadi terabaikan.
Di saat hidup masih dalam kesendirian, aku enjoy aja dengan fungsi komunikasi kantor yang buka 24 jam sehari 7 hari seminggu. Namun ketika ada orang lain di sekitar kita yang juga butuh perhatian, gangguan dari telepon ini cukup menganggu juga.

Untuk itu, hari minggu kemarin, seharian HP tidak aku sentuh walau tidak aku matikan. Dan ketika aku buka, tercatat ada missed call 48 dan 26 sms. Ditambah di senin pagi aku menerima banyak komplen dengan teleponku yang tidak diangkat sehari kemarin.

Ada yang bisa menerima ketika dijawab kemarin hari minguu, kantore preiiii.... (walah Sarmidi mode : on). Tapi ada juga yang ngomel dan tidak mau tahu bahwa aku butuh waktu untuk keluargaku.


Memang tidak ada yang enak dalam semua pilihan hidup. Tapi tetap saja aku harus bisa melakukan itu. Jadi mulai saat ini, nomor Simpatiku hanya berlaku untuk jam kerja saja deh. Di luar itu, kalo memang butuh silakan hubungi nomor flexi atau telepon rumah. Yang penting bukan untuk urusan dinas. Dan aku tidak mau menerima alasan ga mau nelpon ke nomor itu karena tidak satu operator. Titik...
Read More

11 Juli 2009

Plok Ame Ame ...

Sekian lama absen dari dunia maya, terasa sekali ada sesuatu yang hilang dari bagian kehidupanku.

Begitu juga dengan berubahnya status hidup berteman sepi menjadi berteman istri. Ada banyak hal yang harus kupelajari terutama dengan kebiasaan sehari-hari yang mulai harus aku sesuaikan. Apalagi bila mengingat perjalanan dari dunia maya ke dunia rumah tangga hanya diawali dengan adaptasi langsung secara singkat. Malah kalo boleh kusampaikan, sampai detik ini aku belum sempat berkenalan sebagaimana layaknya manusia yang baru kenal. Bertemu sekali langsung sibuk mempersiapkan pernikahan di sela-sela kesibukan pekerjaan.

Bahkan ketika pernikahan itu bisa terjadi, pekerjaanku tetap tidak mau mengalah. Memang tiga hari sejak menikah, aku terus pontang panting bolak balik keluar kota. Tapi untuk meeting atau presentasi dengan vendor atau client. Jadi anggap saja itu bulan madu dibayarin kantor dan tidak berubah menjadi bulan padu.

Kembali ke soal kebiasaan. Kalo biasanya aku bangun tidur bisa siang-siang, mandi trus ngiprit ke kantor. Atau malah ke kantor dulu baru mandi dan sarapan disana, sekarang tidak bisa lagi. Bangun harus pagi, ikut bantu-bantu istri beres-beres rumah dan harus siap menunggu sarapan siap.

Kebiasaan lembur juga belum bisa aku tinggalkan, walau aku harus menyisakan energi untuk lembur yang lain sesampainya di rumah. Sebah resiko yang tidak bisa diabaikan.

Yang paling menyolok saat ini adalah aku harus menjadi anak TK lagi. Setiap berangkat ke kantor pasti ada botol minuman dan kotak makanan di tasku. Benar-benar bisa plok ame ame neh. Siang makan nasi kalo malam minum susu. Hahahaha...

Selamat bertemu lagi teman-teman.
Miss yu tenan aku...

Foto-foto perjalanan selama ngabur kemaren, silakan dilihat disini

Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena