#Semua Umur
Ada yang sedikit mengganjal dengan pola pikir karyawan lokal disini. Memang tidak semua. Tapi bisa dibilang kebanyakan dari mereka begitu alergi dengan istilah pelatihan. Entah apa yang menghantui mereka sehingga setiap ada penawaran dari perusahaan untuk mengikuti pelatihan atau sertifikasi kayaknya ogah-ogahan.
Aku saja sampai pegel ngedorong pasukanku yang asli orang sini untuk mengikuti pelatihan dan sertifikasi MikroTik Certified Network Associate. Berbagai macam alasan yang diajukan berusaha aku patahkan untuk menepis keengganannya. Seperti ketakutannya kalo-kalo tidak lulus karena MTCNA merupakan sertifikasi internasional, aku tawarkan materi apa yang dia butuhkan. Aku sanjung dia dan bilang semua materi pelatihan sudah aku ajarkan dan dia sudah menguasai. Intinya ikut pelatihan itu hanya formalitas saja dan yang penting bisa dapat sertifikat.
Acara bergeser ke masalah dia belum pernah ke Jawa. Aku bilang tinggal pilih mau di Jakarta atau Jogja. Kalo di Jakarta, nanti aku minta teman-teman di kantor pusat untuk urus. Kalo di Jogja, aku bisa minta ibue jemput di bandara dan carikan hotel dan segala kebutuhan disana. Eh, ganti ngomong gini. "Tar naik pesawat bagaimana caranya, pak..? Aku suka mabuk kalo kena AC, naik mobil saja harus buka jendela..."
Hadeeeuh...
Itu cuma satu contoh dari sekian banyak orang yang terkena pelatihanphobia. Contoh lain saat pelatihan security kemarin. Banyak juga satpam yang malah minta mutasi ke bagian lain daripada ikut pelatihan. Ini sangat berbeda dengan teman-teman dari Jawa yang justru rebutan setiap kali perusahaan buka kesempatan sertifikasi. Jangankan yang bidang kerjanya sama, teman di HRD saja yang tak ada hubungan langsung dengan pekerjaan produksi ikut rebutan ketika ada penawaran sertifikasi Pengawas Operasional Tambang. Sampai-sampai bayar sendiri pun mereka mau.
Bolak-balik ngotot ke manajemen biar stafku bisa ikut sertifikasi IT, akhirnya ada teman di kantor pusat yang komen, "elo selalu ngotot minta anak buah lo pelatihan. Kenapa elo malah ga pernah ikut..?"
Hehehe...
Biarin lah kasih kesempatan ke anak-anak muda yang masa depannya masih panjang. Lagian aku banyak sertifikat juga ga bakal bisa ngedukung karena syarat akademis dasar aku ga punya. STM aja aku ga lulus. Plus jurusan listrik arus kuat yang ga nyambung blas sama IT. Sertifikat lebih berarti buat mereka yang punya ijasah agar punya nilai tawar saat melamar kerja. Biarlah nilai tawarku hanya dengan modal aku tak pernah melamar dan masuk kerja karena ditawarin bergabung. Daripada mubazir, apa salahnya aku berbagi dengan pasukan. Karir ga penting-penting amat buatku. Asal bisa mencukupi nafkah buat anak istri aku sudah bersyukur banget.
Tapi itu teorinya doang
Aslinya mah karena aku memang bermental calo
Sibuk teriak-teriak ke orang lain tapi sendirinya malah adem ayem saja...
Payah...
Ada yang sedikit mengganjal dengan pola pikir karyawan lokal disini. Memang tidak semua. Tapi bisa dibilang kebanyakan dari mereka begitu alergi dengan istilah pelatihan. Entah apa yang menghantui mereka sehingga setiap ada penawaran dari perusahaan untuk mengikuti pelatihan atau sertifikasi kayaknya ogah-ogahan.
Aku saja sampai pegel ngedorong pasukanku yang asli orang sini untuk mengikuti pelatihan dan sertifikasi MikroTik Certified Network Associate. Berbagai macam alasan yang diajukan berusaha aku patahkan untuk menepis keengganannya. Seperti ketakutannya kalo-kalo tidak lulus karena MTCNA merupakan sertifikasi internasional, aku tawarkan materi apa yang dia butuhkan. Aku sanjung dia dan bilang semua materi pelatihan sudah aku ajarkan dan dia sudah menguasai. Intinya ikut pelatihan itu hanya formalitas saja dan yang penting bisa dapat sertifikat.
Acara bergeser ke masalah dia belum pernah ke Jawa. Aku bilang tinggal pilih mau di Jakarta atau Jogja. Kalo di Jakarta, nanti aku minta teman-teman di kantor pusat untuk urus. Kalo di Jogja, aku bisa minta ibue jemput di bandara dan carikan hotel dan segala kebutuhan disana. Eh, ganti ngomong gini. "Tar naik pesawat bagaimana caranya, pak..? Aku suka mabuk kalo kena AC, naik mobil saja harus buka jendela..."
Hadeeeuh...
Itu cuma satu contoh dari sekian banyak orang yang terkena pelatihanphobia. Contoh lain saat pelatihan security kemarin. Banyak juga satpam yang malah minta mutasi ke bagian lain daripada ikut pelatihan. Ini sangat berbeda dengan teman-teman dari Jawa yang justru rebutan setiap kali perusahaan buka kesempatan sertifikasi. Jangankan yang bidang kerjanya sama, teman di HRD saja yang tak ada hubungan langsung dengan pekerjaan produksi ikut rebutan ketika ada penawaran sertifikasi Pengawas Operasional Tambang. Sampai-sampai bayar sendiri pun mereka mau.
Bolak-balik ngotot ke manajemen biar stafku bisa ikut sertifikasi IT, akhirnya ada teman di kantor pusat yang komen, "elo selalu ngotot minta anak buah lo pelatihan. Kenapa elo malah ga pernah ikut..?"
Hehehe...
Biarin lah kasih kesempatan ke anak-anak muda yang masa depannya masih panjang. Lagian aku banyak sertifikat juga ga bakal bisa ngedukung karena syarat akademis dasar aku ga punya. STM aja aku ga lulus. Plus jurusan listrik arus kuat yang ga nyambung blas sama IT. Sertifikat lebih berarti buat mereka yang punya ijasah agar punya nilai tawar saat melamar kerja. Biarlah nilai tawarku hanya dengan modal aku tak pernah melamar dan masuk kerja karena ditawarin bergabung. Daripada mubazir, apa salahnya aku berbagi dengan pasukan. Karir ga penting-penting amat buatku. Asal bisa mencukupi nafkah buat anak istri aku sudah bersyukur banget.
Tapi itu teorinya doang
Aslinya mah karena aku memang bermental calo
Sibuk teriak-teriak ke orang lain tapi sendirinya malah adem ayem saja...
Payah...