30 April 2012

Pelatihanphobia

 #Semua Umur

Ada yang sedikit mengganjal dengan pola pikir karyawan lokal disini. Memang tidak semua. Tapi bisa dibilang kebanyakan dari mereka begitu alergi dengan istilah pelatihan. Entah apa yang menghantui mereka sehingga setiap ada penawaran dari perusahaan untuk mengikuti pelatihan atau sertifikasi kayaknya ogah-ogahan.

Aku saja sampai pegel ngedorong pasukanku yang asli orang sini untuk mengikuti pelatihan dan sertifikasi MikroTik Certified Network Associate. Berbagai macam alasan yang diajukan berusaha aku patahkan untuk menepis keengganannya. Seperti ketakutannya kalo-kalo tidak lulus karena MTCNA merupakan sertifikasi internasional, aku tawarkan materi apa yang dia butuhkan. Aku sanjung dia dan bilang semua materi pelatihan sudah aku ajarkan dan dia sudah menguasai. Intinya ikut pelatihan itu hanya formalitas saja dan yang penting bisa dapat sertifikat.

Acara bergeser ke masalah dia belum pernah ke Jawa. Aku bilang tinggal pilih mau di Jakarta atau Jogja. Kalo di Jakarta, nanti aku minta teman-teman di kantor pusat untuk urus. Kalo di Jogja, aku bisa minta ibue jemput di bandara dan carikan hotel dan segala kebutuhan disana. Eh, ganti ngomong gini. "Tar naik pesawat bagaimana caranya, pak..? Aku suka mabuk kalo kena AC, naik mobil saja harus buka jendela..."
Hadeeeuh...

Itu cuma satu contoh dari sekian banyak orang yang terkena pelatihanphobia. Contoh lain saat pelatihan security kemarin. Banyak juga satpam yang malah minta mutasi ke bagian lain daripada ikut pelatihan. Ini sangat berbeda dengan teman-teman dari Jawa yang justru rebutan setiap kali perusahaan buka kesempatan sertifikasi. Jangankan yang bidang kerjanya sama, teman di HRD saja yang tak ada hubungan langsung dengan pekerjaan produksi ikut rebutan ketika ada penawaran sertifikasi Pengawas Operasional Tambang. Sampai-sampai bayar sendiri pun mereka mau.

Bolak-balik ngotot ke manajemen biar stafku bisa ikut sertifikasi IT, akhirnya ada teman di kantor pusat yang komen, "elo selalu ngotot minta anak buah lo pelatihan. Kenapa elo malah ga pernah ikut..?"

Hehehe...
Biarin lah kasih kesempatan ke anak-anak muda yang masa depannya masih panjang. Lagian aku banyak sertifikat juga ga bakal bisa ngedukung karena syarat akademis dasar aku ga punya. STM aja aku ga lulus. Plus jurusan listrik arus kuat yang ga nyambung blas sama IT. Sertifikat lebih berarti buat mereka yang punya ijasah agar punya nilai tawar saat melamar kerja. Biarlah nilai tawarku hanya dengan modal aku tak pernah melamar dan masuk kerja karena ditawarin bergabung. Daripada mubazir, apa salahnya aku berbagi dengan pasukan. Karir ga penting-penting amat buatku. Asal bisa mencukupi nafkah buat anak istri aku sudah bersyukur banget.

Tapi itu teorinya doang
Aslinya mah karena aku memang bermental calo
Sibuk teriak-teriak ke orang lain tapi sendirinya malah adem ayem saja...

Payah...




Read More

29 April 2012

Windows 8 vs Ubuntu 12.04

#Semua Umur

Geliat pengembangan open source memang sangat menggembirakan. Perasaan belum lama upgrade OS letop ke Ubuntu 11.10, sudah nongol lagi versi 12.04 dengan label LTS. Secara pribadi, sebenarnya aku lebih nyaman pakai Ubuntu 10.04. Cuman namanya manusia, rasa penasaran selalu dikedepankan sehingga gatel juga untuk tidak mengklik tombol upgrade saat versi baru muncul.

Ubuntu makin giat berbenah diri. Tampilannya makin halus dan banyak kekurangan-kekurangan di versi sebelumnya sudah diperbaiki di versi 12.04 ini. Tapi ada satu hal yang agak mengganjal dan terasa merosot dibanding versi lama. Waktu yang diperlukan untuk booting terasa makin panjang. Startmenunya juga agak kurang praktis. Tapi untuk yang ini bisa dimengerti, karena Ubuntu juga harus mengakomodasi pengguna tablet yang sekarang kian banyak. Untuk pengguna layar sentuh, startmenu tipe baru ini memang lebih asik.

Pada saat yang hampir bersamaan Microsoft meluncurkan Windows 8 Preview. Aku yang sebelumnya kurang tertarik dengan OS berbayar ini, sedikit tergelitik melihat skrinsut tampilannya yang berubah drastis dari versi sebelumnya. Daripada penasaran aku donlot saja versi Consumer Preview yang masih gratisan lalu didual boot dengan Ubuntu 12.04. Jadilah laptopku berubah kelamin menjadi transgender alias laptop banci.

Perubahan yang paling terasa di Windows 8 ini ada di bagian startmenu. Sama kasusnya dengan perubahan startmenu Ubuntu dimana pengguna tablet harus diakomodasi. Bentuknya jadi kota-kotak yang terkesan kaku dan tampilan startmenu lama bertipe cascade dihilangkan total.

Saat pertama kali dihidupkan, akan muncul kotak kecil bergambar ikan dan titik-titik bergerak melingkar sebagai ganti boot screen lama. Setelah itu akan muncul wallpaper pembuka dengan indikator baterai dan sinyal wifi di sudut bagian kiri bawah. Awalnya aku agak kebingungan cara keluar dari wallpaper ini. Pakai klik mouse atau tombol windows yang biasanya untuk ngeluarin startmenu, wallpaper cuma loncat sedikit dan kembali menutup. Dari hasil pencet asal secara acak, baru ketahuan kalo kita harus menekan "Enter"

Kemudian kita akan menemukan halaman login. Ada dua macam login yang ditawarkan. Login offline sebagaimana Windows versi sebelumnya dan login online dimana kita harus menggunakan akun Windows Live. Pada tahap selanjutnya pemilihan jenis login ini bisa diatur di control panel.

Setelah login, startmenu berbentuk kotak-kotak akan kita temukan. Kita bisa menambah mengurangi icon yang tampil disitu secara bebas. Jadi hanya icon shortcut tertentu saja yang tampil di halaman start tadi. Apabila kita ingin melihat keseluruhan shortcut menu, tinggal klik kanan lalu di sudut kiri bawah akan muncul tombol "all app".

Setelah mengklik icon salah satu aplikasi atau kita klik desktop, tampilannya akan persis seperti Windows 7 termasuk Windows Explorer, Control panel dan lain-lainnya. Yang sedikit berbeda adalah, fitur-fitur untuk buka foto, video, music dan jejaring sosial sudah disediakan secara built in. Jadi bila kita sudah menyambungkan misalnya facebook dengan akun kita, notifikasi, chat pesbuk dsb akan langsung tampil di halaman start.

Cara keluar dari aplikasi built in tadi juga aku masih bingung. Yang bisa aku lakukan hanya meletakan kursor di sudut kiri bawah sampai tombol start keluar, klik dekstop atau aplikasi lain. Lalu taruh kursor lagi ke sudut kiri bawah sampai muncul side bar. Geser kursor ke thumbnail aplikasi di side bar lalu klik kanan dan pilih close.

Waktu akan matiin letop, aku sempat pusing mencari-cari tombol shutdown. Ternyata caranya dengan meletakan kursor ke sudut kanan bawah. Akan muncul sidebar di sebelah kanan dan ada tombol setting disitu. Klik saja dan pilih tombol on / off bertuliskan power.

Windows 8 lebih praktis, namun terasa ribet walaupun mungkin ini karena belum terbiasa. Satu-satunya yang paling menyenangkan adalah soal kinerja. Bootingnya lebih cepat dibanding windows sebelumnya. Aku check di Windows Experience Index, keren juga letopku yang di Windows 7 cuma dapat nilai 5,2 di Windows 8 dapat 5,6. Peningkatan angka index ini paling signifikan di bagian calculation per second nya prosesor dan memory operational per second.

Andai kata tidak berbayar, mungkin aku sudah ngungsi total dari Ubuntu ke Windows 8. Bayarnya itu lho yang bikin males. Menggunakan aplikasi bajakan rasanya kurang sreg. Apalagi kalo dipake kerja untuk cari rejeki. Makanya aku sempat heran ke tetangga sebelah yang nyantri banget dan sok ceramah katanya anak istri jangan sampai makan uang haram, tapi ditawarin Ubuntu ga pernah mau. Ga tau system requirements rejeki halal ala santri tuh apa aja.

Sabodo amat dah...
Yang jelas aku masih menyukai OS legal gratisan berjudul Ubuntu yang ga pernah bermasalah dengan yang namanya virus. Kalo pun rada berat, mungkin karena selama ini Ubuntu sering dianggap katrok. Jadinya para relawan lagi giat-giatnya memperbaiki tampilan. Sementara Windows yang selama ini dianggap berat, lagi berusaha membuatnya seringan mungkin.

Sama lah dengan analogi orang kampung kalo jalan-jalan pengennya ke kota melihat gemerlapnya lampu. Sedangkan orang kota justru mencari kesejukan alam yang masih hijau sejuk segar di pedesaan. Kalo ternyata masih ada orang kota yang seneng jalan-jalan ke mall, itu manusiawi banget dan ga perlu dikatakan kampungan.

Aku tunggu sampai Ubuntu kembali ke desa deh...
Salam opensource...





Read More

Karma

kuli rasa bos
Seorang teman yang pernah cabut dari sini, beberapa bulan kemudian dipanggil oleh manajemen untuk bergabung kembali. Seperti biasa, kondisi semacam itu dijadikan kesempatan untuk meningkatkan nilai tawar ke perusahaan. Bahasa yang paling umum digunakan adalah, "saya di kerjaan sebelumnya digaji sekian, berani nambah berapa..?"

Sebulan berjalan, temanku itu mulai banyak curhat tentang kondisi keuangannya yang kocar-kacir. Peningkatan pendapatan yang hampir dua kali lipat dibanding saat dia meninggalkan perusahaan ini menjadi tak berarti karena musibah di keluarga datang pergi silih berganti. Sampai-sampai untuk sekedar beli sabun pun dia harus mengandalkan teman.

Sore tadi dia kembali curhat tentang kehidupannya dan minta aku bantu carikan solusi. Dia juga cerita sudah mulai kirim-kirim lamaran kerja untuk mendapatkan gaji yang lebih besar.

Memang benar, orang sukses itu orang yang berusaha meningkatkan pendapatan agar dapat mencukupi kebutuhan dan bukannya orang yang menekan kebutuhan menyesuaikan pendapatan. Bahkan Bill Gates pun pernah berkata, "saat terlahir miskin itu bukan salah kamu. Tapi saat mati dalam kondisi miskin, itu adalah kesalahan terbesarmu."

Tapi hidup kan tidak semudah "cocotnya" Mario Sabun. Buatku soal rejeki adalah sesuatu yang unik. Berbagai pengalaman sepanjang hidup membuatku meyakini bahwa manusia tak pernah bisa lepas dari yang namanya dharma dan karma. Sebuah pola pengatur norma kehidupan yang langsung diterima di dunia tanpa harus menunggu mati dan dibangkitkan kembali di akhirat nanti.

Buat mereka yang meyakini, apa yang sedang dirasakan kini tak bisa lepas dari apa yang pernah diperbuat di masa lalu. Dan apa yang saat ini dilakukan akan berakibat pada yang akan kita jalani nanti. Saat kita mendapatkan kesialan, bisa jadi merupakan karma dari perbuatan sebelumnya. Bisa juga karena kita sedang melakukan dharma yang akan berbuah baik di masa depan asalkan kita mampu menjalaninya dengan baik.

Mengikuti keyakinan itulah kenapa aku tak pernah mau berlarut-larut memikirkan persoalan hidup. Saat nasib lagi apes, paling banter misuh-misuh sesaat untuk kemudian nyengir kecut sambil merenungkan kesialan ini karma dari masa lalu atau lagi menanam dharma untuk masa depan. Tak perlu ada penyesalan atas nasib buruk yang menimpa karena hidup yang cuma sekali ini harus selalu dinikmati. Meratapi nasib hanya buang-buang energi. Akan lebih bermanfaat bila energi ratapan itu kita gunakan untuk mencari pengganti kenikmatan yang hilang.

Hanya cerita kosong soal karma dan dharma itu yang aku ceritakan untuk menjawab keluhan teman. Aku tambahkan pula bahwa norma itu tak hanya untuk perbuatan fisik saja. Ucapan dan keyakinan hati pun turut berpengaruh besar. Aku coba ingatkan akan ucapan dia yang tak cukup sekali waktu pergi dari sini dulu. "Kalo tetap kerja disini, kapan saya bisa beli mobil..?"

Saat kembali pun dia masih sesumbar jadi bisa beli mobil dan BB setelah pindah kerjaan. Tak seharusnya mengeluh saat kembali bergabung kehidupannya jadi sedikit seret walau penghasilannya naik tinggi. Buatku rejeki adalah apa yang kita nikmati, bukan apa yang kita dapatkan. Kerja memang harus giat. Namun ketika sudah ada hasilnya, tak perlulah kita "keukeuh" menganggap itu milik kita sepenuhnya. Bisa jadi kita pernah mengambil hak orang lain di masa lalu. Walau mungkin dilakukan tanpa sengaja, tetap saja kita akan menerima bon hutang sebagai karma.

Aku contohkan juga saat XPeriaku remuk dan sempat tak punya hape sebulan sampai akhirnya dikasih nokiyem 200 ribuan oleh bos. Aku terima saja semua itu karena dulu aku pernah bilang, "jaman jualan lukisan saja bisa beli XPeria, kenapa setelah jadi pekerja tambang malah ga bisa..?"

Aku anggap itu sebagai bahan pelajaran hidup yang kesekian kalinya. Setelah itu aku selalu berusaha optimis dalam setiap ucapan. Seperti kalo ada yang nanya, berapa gajiku sebagai pekerja tambang. Pasti akan aku jawab dengan penuh semangat, "20 jutaaaa...!!!"

Selalu optimis dan penuh harapan.
Termasuk saat aku tanya si bos dapat jawabannya gini, "kamu kan karyawan tetap, jadi gajinya juga tetap dong..."

Becanda lu, bos...
Ga mikir gara-gara ucapan optimisku yang entah kapan terwujud itu jadi banyak orang yang datang bilang mau ngutang kali ya...?

Nikmati sajalah...



Read More

28 April 2012

Firasat

Aku memang suka rada kaget kalo ibue laporan si Ncip kurang sehat. Bukan aku pilih kasih ke anak-anak. Tapi kenyataannya memang begitu. Kalo si Ncit yang ga enak badan, aku suka ikut sakit juga. Kalo Ncip apa ibue, jarang banget aku berfirasat atau nyambung rasa.

Seperti saat mau cuti kemarin. Aku sempat kepikiran cuti kali ini akan banyak di rumah saat badanku terasa gregas-greges. Nelpon ibue, beneran si Citra idungnya meler terus. Menjelang pulang badanku sudah enakan makanya aku bisa menyimpulkan Citra sudah sehat juga.
Begitu nyampe kampung, beneran Citra sudah lari-lari di halaman rumah mbahnya. Eh, Cipta yang mewek terus badannya anget. Aku sempat bilang ke ibue, cuti kali ini aku bisa beneran cuti dan ga harus jadi sopir pribadi. Tapi dasar ibue ga betah di kampung, dia ngotot minta pulang ke Jogja dan istirahatnya di rumah sendiri saja.

Rada ragu juga melakukan perjalanan jauh sementara anak lanang kurang sehat. Sedikit maksain aku angkut mereka dari kampung. Baru ketauan kalo hobi keluyuran ibue nurun ke anak-anak. Begitu masuk mobil, semuanya cengengesan ga sakit lagi. Jadilah perjalanan Cilacap Jogja yang seharusnya ditempuh dalam waktu 4 jam molor sampai 3 hari. Melintasi rute panjang lewat Purwokerto - Purbalingga - Pemalang - Pekalongan - Kendal lalu menuju Jogja lewat Magelang sambil tak lupa mampir di setiap obyek wisata.

Di Jogja pun tak bertahan lama karena besoknya meluncur lagi ke arah Wonosari - Wonogiri - Ponorogo sampai Trenggalek. Rencananya mau ke Malang terus ke Bromo. Tapi seperti biasa alurnya selalu ga jelas. Malah belok ke arah Kediri - Pare dan finish di Batu. Bosen di Batu maunya ke Bromo lewat Pasuruan biar bisa nongkrong dulu di gunung Penanjakan. Lagi-lagi Bromo tinggal rencana karena kebanyakan muter-muter di Malang dan nyamperin semua tempat wisata ke arah Surabaya.

Dari Taman Safari Prigen sudah janjian dengan Miaw mau ketemu di Sidoarjo. Entah gimana ceritanya dari Gempol bisa nyasar ke Trawas dan etape hari itu berakhir di Jombang. Udah nyampe Jombang, kayaknya males banget balik ke Bromo. Jadilah special stagenya bergeser ke barat hanya karena pengen sarapan pecel di Madiun. Dari situ naik ke Sarangan lewat Magetan lalu turun ke Tawangmangu dan nyasar lagi ke Astana Giri Bangun sowan mbah Harto.

Dari Karanganyar maunya ke Ambarawa karena ibue pengen naik sepur kluthuk di Bedono. Sayang dari kantor sudah nelpon-nelpon terus banyak masalah di site. Jadinya dari Solo langsung belok kiri dan pulang ke Jogja.

Begitulah traveling ga jelas edisi cuti kali ini yang ternyata bisa bikin anak-anak sehat dan ibue murah senyum. Walau mungkin tagihan CC bulan depan kayaknya mentok limit.

Sik sik sik, pak Manteb...
Cerita anak sakit bisa sampai ke acara jalan-jalan ki piye urusane..?

Pokoknya begitu deh kalo kembali ke letop. Terserah aku dibilang pilih kasih ke anak-anak soal ikatan batin itu. Namun yang jelas, jawaban dari semua itu baru aku ketahui kemarin.

Ada mitos di kalangan orang Jawa. Dimana bila anak rewel saat bapaknya jauh, anak akan tenang bila diselimuti dengan pakaian dalam bapaknya. Dan jebulnya tanpa perlu merasa sakit, setiap kali Citra ngacak-acak lemari baju yang dia mainin tuh kancut bapaknya. Kalo ga ketauan ibue suka dipake jadi kerudung dan lari-lari di halaman. Pantesan...

Jangan lagi-lagi yo, nduk...


Read More

24 April 2012

Anak Sekarang

#Semua Umur

Jaman telah berubah. Kemajuan teknologi bukan lagi milik orang dewasa saja. Anak-anak kita sejak usia teramat dini pun sudah mulai akrab dengan perangkat modern. Aku sudah mulai merasakan sejak masa balitanya si Adi. Mungkin melihat bapaknya tiap hari ngoprek PC, sejak mulai bisa jalan dia lebih suka mainan pake alat kerja bapaknya.

Apalagi setelah umur 2 tahun dia mulai menyukai game. Seiring bertambahnya usia, jenis game yang dia sukai semakin meningkat termasuk kebutuhan spesifikasi perangkatnya. Melihat Adi makin tak bisa dipisahkan dengan komputer, aku serahkan saja Pentium III 733 yang biasa aku pakai. Kebetulan waktu itu order kerjaan menggambar makin banyak makanya aku putuskan untuk merakit PC baru untuk aku kerja. Eh dasar anak sekarang, ketahuan juga kalo pake yang speknya lebih tinggi itu enak, Pentium 4 ku disita dengan semena-mena. Jadilah aku kembali ke PC jadulku.

Aku yang tak ingin Citra seperti kakaknya, sengaja menghindari main game didepan dia. Dasar sudah dari sononya harus begitu, tetap saja kunfayakun. Citra keranjingan iklan di tipi. Sepanjang hari maunya iklan yang dia suka doang. Seharusnya aku bersyukur punya istri pinter yang sigap mencari solusi. Masalah Citra diatasi dengan mencarikan iklan di yutub yang bisa diputer bolak-balik. Tapi justru itu awal mulanya Citra jadi tak bisa lepas dari komputer dan internet.

Citra pun sepertinya sudah bisa membedakan perbedaan spek perangkat. Awalnya sih dia cukup anteng pakai PC. Tapi lihat ibunya kayaknya nyaman banget online sambil boboan, laptop ibunya pun disita. Dibujuk rayu tidak bakalan mempan dan seringnya laptop terus diduduki. Seolah-olah demo sambil ngancam, "laptopnya kasihin apa aku pipisin..?"

Aku sih cuma nyengir doang dengan penyitaan itu. Kalo ibue manyun, paling-paling kasih komentar pendek untuk mengalah ke anak. Cuman seiring bertambahnya umur, Citra pun kayaknya mulai merasakan adanya perbedaan antara laptopnya dan laptopku yang speknya jauh lebih tinggi. Gantian alat kerja bapaknya yang dia sita. Kalo diminta tukeran agar dia kembali pakai laptop ibue, protesnya lebih keren. Berkecak pinggang sambil berdiri diatas laptop. Pernah aku minta tolong ibue untuk ngebujuk dia. Eh, gantian ibue yang nyengir sambil bilang, "ngalah sama anak apa salahnya..."

Mungkin bener kata Gibran...
Dunia tak boleh berjalan mundur. Anak-anak adalah masa depan yang tak boleh berada di belakang orang tua sebagai masa lalu. Sampai-sampai untuk urusan bermain pun, komputer anak lebih canggih daripada yang dipake kerja bapaknya.

Benarkah begitu..?

Read More

Supri

#Semua Umur

Ada sebuah ketidaknyambungan terencana antara harapan dan kenyataan yang menjadi rutinitas setiap kali cuti. Saat masih di tengah hutan, yang terbayang akan cuti adalah istirahat panjang dan puas-puasin bobo siang. Padahal kenyataan di lapangan, semua bayangan itu tetaplah antara ada dan tiada. Anak istri yang sekian lama ditinggalkan, tidaklah sepantasnya kembali ditinggalkan ke alam mimpi sepanjang waktu.

Mereka yang selama 3 bulan terkungkung di dalam rumah sudah pasti mengingkan penyegaran suasana. Makanya tak heran bila jatah cuti 2 minggu, bisa santai di rumah paling banter 3 atau 4 hari saja. Selebihnya lebih banyak di luar rumah mencari hawa segar sebelum mereka kembali ke segala keterbatasan sampai jatuh masa cutiku berikutnya.

Mungkin disitulah letaknya apa yang disebut keseimbangan. Sekian bulan istri hanya menerima nafkah lahir saja, itu saatnya kebutuhan batinnya harus diisi. Sekian lama anak-anak hanya tahu belaian ibu, saat itu pelukan seorang ayah musti mereka rasakan. Bila dikerjaan aku kemana-mana diantar supir, kembali ke rumah adalah saatnya aku jadi supir.

Dan bila bicara tentang profesi supir, aku jadi kepikiran tentang keseharianku. Awalnya aku tak pernah tahu kenapa supir sarana yang paling rewel pun tak pernah menolak ketika aku minta antar. Padahal banyak kasus disini dimana supir tak mau melayani orang-orang tertentu atau mau melayani tapi sambil manyun. Rahasia besar itu baru terungkap ketika ada yang keceplosan bilang, "saya suka nganter bapak karena bapak mau gantian nyupir. Saya kan jadi bisa istirahat..."

Waktu mau cuti, ke Banjarmasin aku pakai travel. Baru seperempat perjalanan, aku merasa ada yang tidak beres pada lajunya kendaraan. Kadang oleng dan bolak balik berhenti sampai akhirnya supir bilang mau istirahat dulu karena ngantuk. Penumpang yang lain oke saja daripada celaka. Tapi mereka bisa mengiyakan karena memang pakai penerbangan siang. Aku yang harus terbang jam setengah tujuh pagi tentu saja menolak soalnya ga bakalan keburu. Dikomplen begitu, eh supir travelnya malah menawarkan aku yang bawa mobil. Antara enek dan kasian, jadilah aku yang jadi supir tembak sampai ke bandara.

Itu cuma dua contoh dari sekian banyak keapesanku harus jadi supir yang tidak pada tempatnya. Mungkin sebenarnya aku memang berkepribadian supir makanya disarankan berprofesi sebagai supir pribadi. Atau malah harus ganti nama jadi Supri..?

Hehehe jalani saja lah...
Toh dengan begitu aku jadi punya kesempatan untuk merasa lebih baik daripada seorang ulama. Sama-sama membawa banyak orang ke jalan yang benar, tapi kalo pak kyai lagi khotbah kebanyakan orang malah ngantuk tak jarang sampai ketiduran. Beda banget saat aku nyupir, yang lagi tidurpun terjaga dan tak henti-hentinya menyebut nama tuhan.

Astagfirullah..
Astagfirullah...
Read More

18 April 2012

Setelah 3 Bulan

#Bimbingan Orang Tua

Perubahan yang begitu terasa saat bertemu anak-anak setelah 3 bulan jadi bang toyib adalah tingkah pari polahnya. Kalo ukuran badan, Cipta makin bulet dan Citra malah kelihatan mengecil. Tau beneran kecil atau karena adiknya membesar lebih cepat, jadi kakaknya seperti kelihatan kecil.

Si Ncip mentang-mentang bungsu, sepertinya ingin menguasai ibue secara dominan. Kayaknya dia ga begitu senang kalo lihat kakaknya nempel-nempel terus ke ibue. Apalagi kalo yang nempel bapaknya. Entah apa yang dia pikirkan..?

Belum ada gigi tapi kalo lihat makanan sibuk. Nenennya juga makin kuat sampai ibue kewalahan bisa semaleman ga boleh copot. Tak heran kalo bobotnya naik sampai 9 kilo melebihi kakaknya yang cuma 8 setengah. Udah berat gitu, maunya digendong ibue terus jarang bisa digantiin orang lain.

Kayaknya ada salah perencanaan neh. Kalo tau bodi si Ncip mau membengkak, harusnya dulu aku ga cari ibu yang mungil biar ga gempor ngegendongnya. Apalagi soal kuat nenen. Kayaknya lebih keren kalo ibue bernenen gede biar ga sampai keabisan stok disedot terus. Eh, tapi enggak ding. Tar malah dikira bapaknya yang mupeng...

Lain lagi dengan si Ncit. Tuh anak beneran ga bisa diam apalagi dikurung di rumah. Senengnya lari-lari di tempat terbuka. Diajak jalan jauh juga ga pernah ngambek minta gendong. Jadi kasihan lihat ibue yang keteteran kayak nguber-nguber anak kelinci ucul dari kandang.

Mau ga mau mulai kepikiran pengen cari rumah di pinggiran yang punya halaman luas kayak di shaun the seep. Rumah sekarang cuma menyisakan teras secuil berhalaman jalan tak mampu mengatasi gejolak energi Citra yang begitu besar. Makanya tiap habis mandi, si Ncit pasti ribut nyariin kunci mobil ngajak jalan-jalan keluar.

Apa ini juga berkaitan dengan salah perencanaan itu ya..? Kalo tahu anaknya butuh tempat luas buat berekspresi, kenapa dulu aku ga ndaptar jadi mantu sultan saja biar punya alun-alun..?

Hahaha
Pagi-pagi dah mikir jorok terus...



Read More

17 April 2012

Mbek Mania

#17++

Lama juga ga bisa bersilaturahmi di alam maya. Masa cuti masa untuk keluarga memang harus dinikmati sebenar-benarnya. Apalagi perkembangan Ncit dan Ncip per tiga bulan lumayan banyak. Begitu ketemu anak-anak, benar-benar dibikin pangling, beda banget dengan saat aku meninggalkan mereka 3 bulan sebelumnya.

Kalo dulu si Ncit mainan letop hanya untuk cari-cari iklan di yutub, sekarang tak suka iklan lagi. Menjelang cuti ibue kasih laporan kalo Citra lagi keranjingan Shaun The Seep di yutub. Makanya sebelum pulang, aku sempatin donlot pilem mbek dan dapat 2 seri sebanyak 40 pilem. Masukin ke letopnya Citra trus dibikinin playlist. Habis itu pagi sore siang malem ga ada yang lain selain mbek, mbek dan mbek...

Mungkin ini memang bawaan dari kecil waktu masih di kampung. Citra mungkin kangen sama bapaknya yang jarang pulang sehingga gaulnya dengan kambing di belakang rumah mbahnya. Dari bangun tidur sampai mau tidur mbak mbek melulu sampai rambutnya kebawa kriwil kaya mbek gembel.

Samaan kriwilnya

Mbek kesayangan di kampung

Begitu kembali ke Jogja dan berpisah dari mbek beneran, dia nemu mbek virtual di tipi dan jadilah penyaluran hobi perembekan beralih dari kebon ke letop ibue sampe disita habis. Mungkin itu sebuah kekejaman anak kepada orang tua yang jadi ga bisa onlen. Tapi bisa juga merupakan wujud pengertian seorang anak kepada orang tua yang lama tak bersua dan pengen mbek-mbekan sendiri.

Seperti apa keranjingan Citra terhadap mbek bisa dilihat dalam pesan-pesan berikut.

Di Jogja bersama mbek virtual

Mbek di tipi ga cukup, letop mengembek juga

Proyektor juga dikuasai untuk mbek

Tidurpun berteman mbek

Tak lupa adik Ncip diajarin mengembek

Trus diajak mbek-mbekan

don trai et hum...
Read More

06 April 2012

Kabur Maning

#Semua Umur

Awalnya aku masih bisa menerima penundaan cuti dengan alasan proyek cctv di site harus kelar dulu. Beres pasang kamera, server dan seting untuk remote aku datangi HRD minta tiket pulang. Bukan akomodasi yang aku dapatkan, melainkan penundaan cuti lagi dengan dalih big bos dari Jakarta mau datang ke site.

Begitu bos datang, aku laporkan semua pekerjaan termasuk satu kekurangannya. Ada satu kamera di pelabuhan yang kurang efektif karena sedikit tertutup pucuk pohon. Sebelumnya aku pernah minta tukang setempat untuk memangkas ranting-rantingnya. Namun tidak ada yang mau mengerjakan, katanya pohon tersebut ada hantunya. Maksudku laporan ke bos tuh biar beliau yang perintah langsung ke tukang. Eh, jebul kisahnya malah jadi gini, "kalo ga ada yang berani, ya kamu potong sendiri dong..."
Akhirnya IT yang multi profesi ketambahan tugas, jadi tukang tebang pohon...

Beres itu aku pertanyakan lagi soal cuti ke HRD. Kali ini dapat jawaban, Jakarta melarang staf IT meninggalkan site bareng-bareng. Aku tidak boleh pulang, karena saat ini ada 2 staf IT yang pergi ke Jakarta. Pokoknya harus gantian agar di site tidak ada kekosongan petugas.

Mendengar itu, langsung sakit kepalaku. Gimana aku bisa gantian, orang 2 temenku itu bukan lagi pulang sementara melainkan memang ditarik ke kantor Jakarta. Aku jawab gitu, si bos kecil malah ngomel katanya ga tau urusan itu. Aku bilang yang comot mereka dari site tuh bos kecil lainnya, eh dia ga mau tau.

Begini neh ribetnya kalo kerja di perusahaan keluarga yang setiap kakak, adik, keponakan dan kroni merasa punya kuasa tanpa mau tau tercantum di struktur apa engga.

Perlu waktu agak lama sampe dicomotnya 2 stafku itu bisa rada diterima. Aku pikir sudah beres masalah dan aku bisa dapat tiket. Eh, dari HRD kasih tau lagi kalo dari Jakarta keluar instruksi baru. Aku boleh pulang asal satu orang karyawan bagian hauling sudah dipindahkan dari workshop ke pelabuhan.

Tambah mumet kepalaku dengan pernyataan-pernyataan yang makin tak masuk akal. Apa urusannya cuti staf IT dan mutasi karyawan hauling. Yang mau pulang bagian ngurusin internet, yang mau dipindahin bagian ngurus truk angkutan batu bara.

Kalo sudah gini aku dah males banget buat basa basi. Langsung sajaaku ke kota beli tiket pesawat buat besok paginya. Dari situ aku langsung nemuin HRD dan sodorkan kuitansi pembelian tiket Banjarmasin - Jogja sambil ngomong, "pokoknya besok pagi aku pulang kampung. Soal duit tiket, mau diganti syukur, engga juga gapapa. Tapi kalo ga diganti, jangan harap aku balik lagi kemari..."

Serah terima kerjaan dengan stafku yang tersisa, balik ke mess beres-beres pakaian, trus cabut dah ke Banjarmasin pakai travel.

Baru saja menikmati damainya kampung halaman, juragan HRD nelpon kasih tahu kalo dana tiket kemarin sudah cair dan aku harus balik ke site setelah cuti selesai. Disambung curhat begini, "Istriku mau operasi angkat kandungan, tapi aku tidak dapat ijin cuti. Gimana ya, kang..?"

Ga bisa jawab dah...
Mau bilang kabur kok kayaknya ga tega...




Read More

03 April 2012

Pulang

#Bimbingan Orang Tua
 
Adalah Janusz, orang Polandia tahanan Uni Soviet yang melarikan diri dari kamp Siberia pada waktu perang dunia II. Dalam kisah yang difilmkan dengan judul The Way Back, diceritakan perjalanan panjang seorang Janusz melalui gurun Siberia dan sampai memutar melalui India. Karena namanya sudah masuk daftar hitam KGB, Janusz bahkan harus menunggu Uni Soviet runtuh agar dia bisa masuk Polandia yang waktu itu memang berada di bawah ketiak Uni Soviet. Sehingga baru tahun 1989 Janusz bisa kembali ke rumah dan berkumpul dengan istrinya.
 
Pulang...
Sebuah kata yang teramat biasa bagi sebagian dari kita. Namun terasa beda untuk sebagian yang lain. Walau tak harus sehebat perjuangan Janusz, rintangan-rintangan kecil untuk mencapai kata pulang seringkali harus kita hadapi. Seperti kepulanganku kali ini. Aku rasa tidak ada yang berpikir bahwa aku sudah persiapkan itu sejak 3 bulan lalu.
 
Saat pulang dari cuti yang lalu, aku dapatkan target pekerjaan begitu banyak. Aku harus atur schedule yang teramat ketat agar jadwal cutiku tak sampai molor. Tapi manusia memang cuma bisa berusaha. Ternyata tahapan-tahapan kerja yang sudah aku susun terganjal oleh bagian pengadaan yang terlambat merealisasi permintaanku sampai satu bulan lewat. Jadwal super ketat untuk 3 bulan harus aku kerjakan satu bulan setengah. Jangankan untuk ngeblog atau bersantai-santai, jam tidur pun banyak yang hilang. Siang hari kerjakan proyek di lapangan dan malam hari nglembur seting dan coding. 
 
Mungkin ini terlalu ngoyo. Tapi buatku bukanlah memforsir diri yang tiada arti. Ini adalah perjuangan untuk menyeimbangkan urusan pekerjaan dan keluarga. Hitungan 10 minggu kerja dan 2 libur pun sebenarnya sudah kurang seimbang. Bagaimana kalo harus molor seperti dulu dimana cutiku pernah diundur sampai 2 bulan. Atau seperti ketika Ncip lahir. Perusahaan ga mau tahu istriku melahirkan dan aku sudah waktunya cuti. Pokoknya sebelum kerjaan beres aku tidak boleh pulang.
 
Sepertinya perusahaan tak pernah memikirkan bahwa dalam kondisi seperti itu, kerja karyawan sebenarnya sudah tidak efektif. Badan masih di kerjaan, tapi hati dan pikiran sudah melayang di rumah. Saat di rumah sedang tidak ada masalah pun, tidak pulang lebih dari 3 bulan bukanlah hal yang direkomendasikan. Jangankan manusia. Sepeda motor pun sebulan sekali sangat disarankan ganti oli. Kecuali mau ganti nama jadi bang Toyib. 
 
Pulang memang memiliki banyak makna. Suka atau tidak suka tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Seorang istri yang suaminya kerja jauh, tentu sangat merindukan kata pulang untuk bercinta. Tapi istri mana yang suka bila suaminya punya kebiasaan pulang ke rumah setelah bercinta. Apalagi kalo sebelum pulang harus menyerahkan sebagian isi dompetnya dulu. Atau malah pulang dengan mengendap-endap dan keluar lewat jendela. 
 
Kayaknya cuma satu kalimat saja yang bakal terucap
Mending berpulang ke rahmatullah aja loe...
 
Wassalam...

Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena