21 April 2018

Kepalsuan di Hari Kartini


Antar anak-anak ke acara Kartinian, ada ibu-ibu nanya, "kenapa Citra ga didandanin..?"

Di dunia orang dewasa, kepalsuan sepertinya sudah jadi kebutuhan atas nama kebaikan walau mungkin hanya sebatas permukaan. Make up berjam-jam untuk tampil setengah jam bukan hal aneh. Sekedar pajang foto di medsos tanpa spesial efek saja katanya tidak kekinian.

Biasa ngomong wedus jancuk bisa sekejap dikalem-kalemin saat bersama gebetan. Apalagi bertemu camer, yang wudhu saja ndak hafal doanya mendadak nanya numpang shalat dimana.

Banyak orang berubah ikhlas menjalani dan menerima kepalsuan. Walau di lain sisi ada yang misuh-misuh teriak janjimu palsu. Namun apa mau dikata, begitulah manusia dewasa.

Dan sayangnya, kadang mereka atau mungkin kita kebablasan memaksakan paham itu kepada anak-anak. Entah lupa bahwa indahnya dunia anak itu justru di kepolosannya atau menjadi alami memang sudah tak banyak dikasih tempat di dunia terkini, aku tidak tahu jawabannya.

Trus kepiye..?
Yo mbuh. Kumaha ceuk Alloh we lah...

Selamat Hari Kartini
Semoga bukan ucapan palsu

Read More

19 April 2018

Berhenti Ngeblog

Mendadak ngobrol sama blogger lawas yang sudah pensiun. Beliau nanya kenapa blogku sampai telantar. Jawabannya adalah semangat yang sudah sampai level 69 tak lagi 45.

Salah satu penyemangat ngeblog adalah blogwalking. Baca-baca beragam cerita dari yang bikin sakit perut sampai sakit kepala, yang pekak sampai yang pekok dst dst merupakan perangsang gairah menulis.

Sayangnya saat ini blogger yang polos makin langka keberadaannya. Penulis bagus banyak, tapi aromanya tak lagi alami seperti dulu. Lebih banyak tercium bau komersial sehingga terasa ada ketidakjujuran di sana. Dulu kalo ada yang nge-review produk, biasanya karena ada pengalaman dengan produk itu. Sekarang..???

Menulis karena pesanan, kontes atau demi adsense tak begitu menarik buatku. Apanya yang asik coba, ada artikel keren yang mengundang rasa ingin tahu, begitu ditanya detil jawabannya mengambang. Ada yang jawabnya lengkap tapi setelah dikonfirmasi ke mbah google, ternyata copas mentah-mentah dari wikipedia.

Pekok tapi nanggung. Kenapa ndak sekalian seperti sebagian blogger multiply sekitar 10 tahun yang lalu. Tulisannya apa komennya halo apa kabar sudah biasa. Buka artikel walau mungkin cuma kepencet tanpa nulis komen, bukan hal aneh bila kemudian dikejar ke blog kita cuma buat nulis, sandalnya ketinggalan atau ngintip ya..? 

Dan yang paling absurd, kalo aku komen atau nanya di salah satu blog, pemiliknya bakal jawab di blog aku. Ndak urusan jaka sembung naik gojek, grab atau bawa golok. #TotalityPekok

Di akhir obrolan, aku balik nanya ke beliau, berhenti ngeblog apakah dalihnya senada dengan alasanku..?

"Ngga, mas..."
"Trus kenapa..?"
"Sudah jungkir balik nulis, di-monetize ga ada hasilnya. Cape deh..."

Yasudahlah...
Gusti Allah pancen adil

Read More

13 April 2018

Bukan Puisi Sukmawati


Ternyata dulu pernah nonton baca puisi... 

Orang pintar mengatakan, "keindahan hidup adalah saat kita mampu melihat perbedaan..."

Aku sepakat dengan pendapat itu, walau ternyata membuat perbedaan itu tak mudah dilakukan. Sifat gumunan dan budaya sawang sinawang yang begitu mengakar di masyarakat menjadi hambatan utama.

Gumunan, kagetan, sok heboh sudah jadi tren. Apa yang lagi rame, itu yang diikutin. Asal banyak yang omongin, dianggapnya sebuah fakta dan tak perlu pikir panjang untuk klik bagikan. Seolah lupa bahwa yang banyak itu juga sama dengan aku yang asal share.

Sawang sinawang pun sama. Aku suka membuat asumsi tentang orang lain disesuaikan dengan mood pribadi. Tak cari data pembanding sudah berani ambil kesimpulan. Lihat orang suka tertawa, dianggapnya tak punya air mata. Ada yang sedikit berbagi, dipikirnya punya BRI.

Huuuh...
Kenapa aku seringkali melihat simbol tanpa tahu nilainya. Bukankah kita dilarang berunjukrasa hanya karena kesempatan yang tidak sama. Seolah aku lupa bahwa hidup punya banyak pilihan dengan tingkat kenyamanannya berbeda.

Kenapa aku tak berpikir seperti waktu nonton Dian Satro membaca puisi..?

Aku tak mengerti sastra, makanya enggan berdebat tentang gaya dia membaca atau salah pengucapannya. Lebih suka kunikmati wajah cantiknya, asal tak lupa bahwa puisi itu dibuat tak ada urusan dengan wajah mulus. Walau sama-sama indah, aku harus belajar untuk memisahkan yang aku bicarakan itu keindahan perempuan atau tentang sastra.

Dan tak perlu menjadi kafir...

Read More

Dua Tahun Nganggur



Dua tahun mungkin belum terlalu lama. Tapi buat praktisi IT itu terlalu panjang. Tanpa penyegaran catatan lama dan penambahan catatan baru, ketertinggalan isi kepala dibanding kemajuan teknologinya sudah terlalu jauh. Kasarnya, Ubuntu saja sudah melewati 4 kali update system, skill malah dibiarkan duduk manis di ujung gang buntu.

Apalagi bila dua tahun itu otak tidak terlalu banyak bekerja selain mikir kebutuhan dasar sehari-hari, kemampuan analisa masalah pasti merosot drastis. Perlu perjuangan teramat panjang bila harus kembali ke bidang itu dengan kondisi seperti saat berhenti. Itu baru dalam hal kemampuan berpikir, belum membahas masalah finansial mengingat proyek IT juga memerlukan kapital yang besar.

Jadi istilah "istirahat sejenak" kemarin sepertinya sudah tidak lagi relevan. Perlu nambah wawasan untuk membuka bidang baru yang sesuai dengan kondisi terkini namun memiliki peluang berkembang di masa mendatang.

Apa itu..?
Lah embuh
Mending ngopi ketoknya...


#OdjekBedjo
#Mumet
Read More

11 April 2018

Asal Kau Bahagia


Pagi yang romantis...

Read More

07 April 2018

Last Ride With Uber


Teramat banyak cerita pahit manis asin asem di sana. Tanpa menyangka seleksi alam akan begitu cepat melibasnya. Tapi apapun kisahnya, anggap saja bagai mawar melati yang semuanya indah.

Uber memang untuk rider dan driver juara. Di Uber aku dilatih sabar dan tawakal. Menerima order tanpa dikasih tahu kemana arah tujuan dan berapa ongkos yang bakal diterima. Tak bisa pilih-pilih order, jauh dekat semua diembat. Pantang mengeluh termasuk ketika mengantar jauh cuma dapat ucapan terima kasih karena program tahu bulat alias promo 0 rupiah ala rumah lapis.

Jarang ada bonus mengajariku memahami bahwa tukang ojek tugasnya antar penumpang untuk dapat bayaran. Bukan duduk manis utak atik aplikasi untuk mengakali bonus dengan order fiktif. Hanya di Uber aku masih bisa mikir rejeki di tangan Tuhan, bukan di tangan tuyul seperti di aplikasi sebelah.

Di Uber tak cuma penumpang yang bisa sewenang-wenang memberi bintang, tukang ojek pun dikasih hak yang sama. Bisa saling "menyelesaikan" account lawan bila salah satu rese. Penumpang dianggap mitra, bukan raja. Karena raja tidak level naik ojek apalagi kalo bayarnya pake promo.

Sakjannya masih panjang kenangan yang harus ditulis. Tapi kalo nulis terus kapan nariknya? Bisa kena sanksi mamake tepleng nanti. Jatah ibadah di-suspend apa ndak bikin ngelu bathuk..?

Okelah...
Terima kasih Uber atas kebersamaannya

Tak narik dulu
Biar tar malem semoga bisa nyurung

#FarewellsRide
#ThanksUber

Read More

ECash Mandiri Error


Sejak pagi layanan ecash Bank Mandiri tidak bisa dipergunakan. Nanya ke Mandiricare katanya lagi peningkatan sistem.

Untuk BUMN sebesar itu jawaban ini rasanya keren abis. Peningkatan sistem itu sesuatu yang direncanakan, bukan gangguan yang datang tiba-tiba tanpa permisi. IT di perusahaan ecek-ecek mau ganti access point wifi saja umumnya menyiapkan backup agar user tidak terlalu terganggu. Kebutuhan waktu sampai pekerjaan selesai pun bisa diperkirakan dan disampaikan ke user sebelum pekerjaan dimulai.

Rasanya tak sulit untuk sekedar kirim sms ke nasabah apalagi ecash menggunakan no hp sebagai nomor rekeningnya. Apa Mandiri tak mampu menambah pos biaya sms saat membuat anggaran pekerjaan upgrade tersebut..?

Atau karena aset Mandiri teramat besar sementara omset ecash cuma recehan isinya paling seratus ribu perak makanya dipandang sebelah mata? Untuk karyawan Mandiri yang gaji sebulan kali aja cukup buat hidup tiga bulan mungkin bisa bilang egepe. Tapi buat level tukang ojek yang narik pagi agar keluarganya bisa makan siang dan narik siang untuk persiapan makan malam, di masa aplikator mengobral promo seperti sekarang dimana sebagian penghasilan masuk ke deposit aplikasi yang harus ditarik lewat ecash, jelas ini masalah besar.

Tapi kepiye yo? 
Di Indonesia Raya konsumen adalah raja. Dan raja yang baik kata si buntel kadut umumnya plonga plongo dan tak boleh rewel.

Jadinya ya sudahlah...
#AkuRapopo

Read More

05 April 2018

From Denaro with Love


Maha besar google dengan segala translitnya...

#OdjekBedjo
#FoolinLove

Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena