07 April 2018

Last Ride With Uber


Teramat banyak cerita pahit manis asin asem di sana. Tanpa menyangka seleksi alam akan begitu cepat melibasnya. Tapi apapun kisahnya, anggap saja bagai mawar melati yang semuanya indah.

Uber memang untuk rider dan driver juara. Di Uber aku dilatih sabar dan tawakal. Menerima order tanpa dikasih tahu kemana arah tujuan dan berapa ongkos yang bakal diterima. Tak bisa pilih-pilih order, jauh dekat semua diembat. Pantang mengeluh termasuk ketika mengantar jauh cuma dapat ucapan terima kasih karena program tahu bulat alias promo 0 rupiah ala rumah lapis.

Jarang ada bonus mengajariku memahami bahwa tukang ojek tugasnya antar penumpang untuk dapat bayaran. Bukan duduk manis utak atik aplikasi untuk mengakali bonus dengan order fiktif. Hanya di Uber aku masih bisa mikir rejeki di tangan Tuhan, bukan di tangan tuyul seperti di aplikasi sebelah.

Di Uber tak cuma penumpang yang bisa sewenang-wenang memberi bintang, tukang ojek pun dikasih hak yang sama. Bisa saling "menyelesaikan" account lawan bila salah satu rese. Penumpang dianggap mitra, bukan raja. Karena raja tidak level naik ojek apalagi kalo bayarnya pake promo.

Sakjannya masih panjang kenangan yang harus ditulis. Tapi kalo nulis terus kapan nariknya? Bisa kena sanksi mamake tepleng nanti. Jatah ibadah di-suspend apa ndak bikin ngelu bathuk..?

Okelah...
Terima kasih Uber atas kebersamaannya

Tak narik dulu
Biar tar malem semoga bisa nyurung

#FarewellsRide
#ThanksUber

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena