23 Juni 2009

Dari Adi Sucipto sampai CyberNet

Sudah menjadi kebiasaan ketika ada teman yang datang ke Jokja, mereka seringkali minta bantuan untuk menjemput di terminal, stasiun ataupun bandara.

Seperti halnya beberapa bulan lalu, ketika seorang teman yang aku kenal di Multiply pulang kampung melalui Jokja untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Cilacap melalui darat, aku pun kembali menjadi taksi sukarela.

Tidak ada yang berkesan lebih ketika jumpa darat pertama kali selain sedikit kebingungan, karena hanya kenal wajah di layar monitor yang tak mungkin aku bisa tahu kakinya kanan semua atau kiri semua.

Dalam perjalanan menuju Cilacap, ada satu dua kesan yang mulai muncul walau hanya sekedar permukaan saja. Ada banyak hal nyata yang berbeda dari yang aku temukan selama komunikasi di dunia maya. Dan ketika obrolan mulai beralih ke masalah kehidupan dalam kesendirian, ada juga sedikit gejolak dalam diri. Tapi tetap saja aku tak mampu untuk berbuat apa-apa.

Sampai sebulan berikutnya ketika aku pulang dan bisa mempertemukan temanku itu dengan jagoanku. Keakraban mereka di CyberNet Sidareja diakhiri dengan bisikan jagoan, "Yah, itu teman ayah atau ibunya Adi..?"

Aku cuma bisa tersenyum. "Emang mamas mau..?"
Jagoanku malah tersipu mau. Senyumnya yang melebar lebih dari cukup untuk membuatku tak bisa berkata apa-apa selain berpikir jagoanku sudah memutuskan.

Selama ini aku kadang bercanda pada jagoan, bila melihat ada seorang perempuan yang dekat dengannya atau ada foto perempuan indah di internet. Mau ga punya ibu kaya itu. Dan ternyata aku tak pernah bisa egois memaksanya dengan sosok ibu. Dia begitu selektif atau memang punya penilaian tersendiri yang aku tak tahu.

Dan ketika itu sudah dia putuskan, sudah semestinya aku harus mampu untuk bisa mewujudkan impiannya itu. Bagaimanapun aku pernah bertekad tak akan sekedar mencari istri, tapi mencari seorang ibu untuk anakku. Untuk itu aku tak bisa menuruti segala egoku semata. Sekuat apapun keinginanku terhadap seseorang, aku tak bisa melangkah sendiri tanpa persetujuan jagoanku. Sepadam apapun hasratku kini terhadap lawan jenisku, aku musti mampu untuk membangkitkannya lagi walau harus dengan mengeja.

Demi aku, jagoanku dan keluargaku yang baru nantinya

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena