#Dewasa
Mungkin benar pepatah mengatakan, buat laki-laki pekerjaan adalah istri kedua. Saat asik dalam kerjaannya, laki-laki sering melupakan banyak hal termasuk istri di rumah. Lupa disini bukan dalam arti tak ingat sama sekali. Tetap ingat tapi tidak dominan. Dimana-mana istri tua biasanya paling kuasa, namun istri muda yang paling disayang.
Secara naluri bawaan bayi, sikap tersebut sangat manusiawi. Karena sudah dari sononya laki-laki memang diciptakan dengan pikiran yang terfokus. Saat mikirin kerjaan dia sulit mengingat lainnya. Sebaliknya saat mikir masalah di rumah, konsentrasi kerjaan pun bisa buyar.
Ini bawaan dari dari jaman purba dimana tugas utama laki-laki adalah berburu dan berperang, sedangkan perempuan menjaga rumah dan anggota keluarga.
Dengan fungsi basic yang seperti itu, laki-laki lebih cocok melakukan pekerjaan yang rumit dan beresiko. Sedangkan perempuan lebih tepat untuk kerjaan multitasking namun tidak terlalu banyak memeras otak. Itu sebabnya kenapa perempuan bisa masak sambil nyuci baju disambi nyetrika sekalian ngawasin anak-anak bermain. Sementara aku cuma diganggu si Ncit saja sudah langsung membubarkan isi kepala.
Sekali lagi, perbedaan ini sebenarnya sudah jadi sifat dasar yang tak perlu dipertentangkan. Jadikan saja perbedaan itu untuk saling melengkapi kekurangan. Bagaimanapun juga hal semacam itu tak akan pernah berubah sampai akhir jaman.
Seperti laki-laki yang selalu merasa heran, kenapa perempuan tidak bisa melihat lampu “indikator oli” menyala merah di dashboard mobil tapi bisa melihat noda kotor di kaos kaki yang berada 50 meter di pojok ruangan. Sebaliknya perempuan suka merasa kagum melihat laki-laki bisa secara tepat “memarkir mobil” di tempat yang sempit dalam kegelapan sekalipun hanya dengan melihat spion dan naluri. Walaupun di lain sisi mereka heran kenapa laki-laki tidak pernah bisa menemukan titik G Spot yang hanya beberapa sentimeter dari ambang pintu.
Lebih detail tentang hal diatas, pernah aku tulis di jurnal Pria dan Wanita di Toilet.
Kembali ke soal laki-laki dan pekerjaan...
Ada sebagian laki-laki yang menjadikan pekerjaan jadi kekasih utama dan pacar jadi yang nomor dua. Mereka punya pemahaman yang mengatakan, kehilangan pacar tapi punya pekerjaan gampang cari ganti. Namun kehilangan pekerjaan, biar kata punya pacar 4, tetap saja lebih banyak susah daripada mudahnya.
Mungkin ini yang perlu dipahami terutama oleh cewek-cewek lajang. Saat pacaran sih memang iya, mereka bak bidadari di mata cowoknya. Namun setelah menikah, cinta sudah bukan sesuatu yang bisa dijadikan alasan utama. Hanya tanggung jawablah yang bisa membuat laki-laki tetap mempertahankan cinta.
Memang tidak semua, tapi rata-rata laki-laki jujur akan berkata begitu. Aku berani bertaruh untuk hal ini...
Ibue Citra kayaknya memahami kenyataan tersebut dan ngerti kalo dilawan pun tak akan banyak berguna. Tapi sudah menjadi ketentuan di dunia, sesuatu yang sulit dilawan selalu ada cara untuk menyiasati.
Salah satu cara yang sering dilakukan adalah memanfaatkan anak-anak. Makanya kalo nelpon ke rumah, seringnya si Ncit yang disuruh angkat. Atau aplut foto anak-anak di pesbuk atau blog dan dikasih keterangan macem-macem namun intinya tetap pada kata, kapan pulang..?
Biarpun sapaan si Ncit tak pernah berubah dari kata "ayaaah, mbeeek...", tapi rasa kangen pulang yang aku rasa jauh lebih dalam ketimbang bujuk rayu ibue. Apalagi kalo ibue terus menerus ngotot nyuruh pulang, kadang yang muncul malah rasa sebel. Seolah dalam hati aku berkata, "jauh-jauh nyari duit ke hutan juga buat elu, ngapain lu rewel mulu..?"
Mungkin aslinya ibue juga sebel dengan sikapku. Terbukti kalo aku nelpon bilang pengen pulang, paling banter dijawab, "halah si ayah. Kalo udah kebelet baru mikirin pulang..."
Biasanya aku jawab, "kewajiban suami harus kasih nafkah kumplit lahir batin. Kalo kurang, tar berdosa dan masuk neraka. Aku kan pengen masuk sorga..."
Enak ga enak itulah kenyataannya...
Memang cinta itu soal chemistry
Namun tetap saja tak bisa lepas dari kebutuhan biology dan kontak physic
Malah kaya pelajaran IPA...?
Aku pengen pulang, bu...
Suer kangen banget sama anak-anak
Lagi gak bocor kan..?