#Bimbingan Orang Tua
Salah satu hal yang menyebalkan ketika kerja di perusahaan keluarga adalah perang saudara. Entah itu kakak, adik atau sekedar keponakan owner seringkali bersaing menjadi yang paling unggul di mata bos. Mending kalo bersaing sehat dengan cara menunjukan kinerja profesionalnya. Bila yang terjadi adalah saling menjatuhkan, siapa lagi yang jadi korban kalo bukan karyawan.
Karyawan seringkali terpecah belah ikut salah satu kubu agar punya backing saat terjadi masalah. Aku yang tak pernah mau larut dalam perseteruan itu cuma nyengir ketika mereka mulai menebar provokasi. Namun jangan anggap berusaha netral itu enak. Tidak punya sponsor dari pihak keluarga besar sama artinya tidak punya pembela. Makanya suka dijadikan kambing hitam oleh salah satu atau beberapa pihak.
Memang tidak semuanya begitu. Ada juga saudara bos yang berpendidikan dan mengerti pola kerja profesional. Tipe ini yang suka membantuku menghadapi bos saat aku dijadikan kambing kurban. Mereka juga sering mengeluh akan perilaku saudara-saudaranya yang suka mengacak-acak sistem dan struktur organisasi perusahaan. Namun dalam beberapa hal, tetap saja mereka lebih pro ke keluarga besarnya.
Bos besar sendiri secara umum orangnya baik dan merakyat. Setiap datang ke site, sementara rombongan penggembira tidur di hotel, beliau selalu pilih tidur di mess. Ikut makan dan nongkrong bareng karyawan rendahan seperti aku. Akibatnya aku selalu ditempatkan dalam dilema. Ketika kabur tak tahan dengan suasana kerja yang memanas, aku bisa luluh dan balik lagi hanya dengan pertanyaan, "kamu sudah tidak mau bantu saya lagi..?"
#Hmmm...
Disisi lain, aku beruntung bisa membentuk tim solid dengan anggota unit kerjaku. Sehingga saat dijadikan korban pelengkap penderita, tim IT kompak mogok bareng. Matiin saja router atau salah satu server lalu jalan-jalan ke kota menunggu kegiatan perusahaan terganggu. Biasanya big bos langsung manggil sehingga aku bisa menyampaikan masalah sebenarnya.
Sayangnya status rakyat kecil memang sulit untuk memperoleh keadilan. Penyelesaian yang paling menyebalkan adalah ketika owner menjawab, "ya memang kamu gak salah. Tapi bagaimanapun juga dia kan abang gua..."
#Prekkk...
Pernah dalam satu kesempatan aku santai berdua dengan big bos. Pelan-pelan aku mecari kata yang tepat untuk menyingkirkan keluarga yang rese dari site. Karena ga mungkin frontal, aku pilih gaya bahasa yang paling halus. "Bos, pak itu kan sudah tua. Kasihan kalo ditempatkan di hutan seperti ini. Apa ga sebaiknya ditarik ke Jakarta saja biar lebih nyaman..."
Eh, malah dijawab gini. "Dia sengaja gua taruh di Kalimantan karena gua jadi pusing kalo dia di Jakarta, tau..?"
#Woekkk...
Kepiye jal..?
Hahahaha...asli jadi lutju tuh mas, "Dia sengaja gua taruh di Kalimantan karena gua jadi pusing kalo dia di Jakarta, tau..?"
BalasHapusLha keluarganya saja dibikin pusing..gmn lagi para karyawannya ya...
#sabar ya mas:)
berarti si bos juga selalu dalam dilema antara bisnis dan keluarganya. tapi mbokyao kalo bingung jangan bawa bawa karyawan ya..?
HapusKamu aja om yang pindah jakarta...
BalasHapusudah ditawarin, tapi malah akunya wegah. hehe payah
Hapuspindah jogja baen, repek nang alas turgo
Hapusmadan kepengin koh...
HapusWah, bingung aku mas nek ngadepi kayak gitu ... ditinggal ngeblog aja mas ... :D
BalasHapusya itulah efek negatif yang kurang mendidik. kalo dah ribut aku lebih banyak pilih minggir. ga ngurus kerjaan padahal gajian tetap jalan. ini yang ga baik dilanjutkan takut jadi kebiasaan. bisa bikin kaget ketika suatu saat pindah ke perusahaan yang beneran menjalankan sistem
HapusPerusahaan yang dipegang dan dikendalikan oleh orang yang bukan ahlinya. Tinggal tunggu saja kehancurannya. Lambat laun hal itu pasti terjadi jika tidak segera dibenahi.
BalasHapusanehnya disini justru makin besar. sampe sampe karyawan yang pakar suka geleng-geleng dengan sepak terjang ownernya yang ga sesuai dengan segala teori di sekolahan. mungkin ini yang dinamakan manajemen konflik sebenarnya dengan cara memanfaatkan konflik manajemen
Hapussemoga nanti mas Punya perusahaan sendiri, mumet mikirnya gimanapun keluarga pasti lebih dibela
BalasHapusaku tuh selalu angin anginan. kalo bosen kerja, buka usaha sendiri. bosen wiraswasta, kerja lagi..
HapusBoleh dibilang, saya ini tumbuh dewasa didalam lingkungan bisnis, dan satu hal yang yang saya dapat dari ilmu bisnis adalah bahwa "aturan bisnis tidak akan pernah akur dengan aturan keluarga". Mungkin ini akan ada hubungannya dengan cerita Mas Rawins diatas.
BalasHapusMaksud saya gini lho, bila orang bersaudara terlibat dalam suatu kerjasama bisnis atau bekerja dalam satu perusahaan yg sama, mereka harus bisa memilah antara waktu profesional dan waktu kekeluargaan, tapi sangat jarang yang sanggup menjalakanya. Walaupun itu tergantung pada diri para pelakunya itu sendiri. :) (maaf saya jadi so' tahu)
Ngemeng-ngemeng, isi tulisan pada surat itu cukup menggelikan buat saya hahahaa...
bukan sok tahu...
Hapussilaturahmi di blog yang paling penting ya sharing semacam ini. apa sih artinya backlink, hehe...
kembali ke laptop, memang aku sendiri heran dengan kondisi ini. bisnisnya malah semakin besar. makanya kadang aku berburuk sangka kalo site ini sengaja dikorbankan untuk tujuan yang lebih besar. orang-orang rese dibuang kemari biar yang di jakarta damai dan nyaman terkendali.
maap berburuk sangka, boss...
Keluarga kadang nggak bisa membedakan antara urusan ptribadi dan perusahaan/instasni. Ini sering membuat situasi kerja menjadi kurang sehat. Karyawab jadi ikut pusing untuk "bolo kiwo" atau "Bolo tengen" ya mas.
BalasHapusPerlu pimpinan yang tegas dan bijak
Salam hangat dari Surabaya
sumber masalahnya memang disitu, pakde
Hapusbanyak orang di luar struktur, tidak punya jabatan tapi punya kekuasaan
seharusnya begitu sih, pak. tapi melihat fenomenanya perusahaan makin besar aku jadi mikir disini cuma pembuangan sampah saja. mungkin istilahnya tempat buang sebel...
BalasHapusanak kuliah musti tahu ini, perusahaan keluarga artinya akan ada perang keluarga :D
BalasHapusmungkin ga semua, bro..
Hapuscuma rata rata suka gitu sih
halah mbulet..
sering terjadi pula di keluarga saya saat bersiteru dengan kaka atau adik memang gak jauh dari ini yah :D
BalasHapussudah pengalaman dengan perang saudara dong..?
Hapussama halnya seperti di Sampang Madura ntuh #mungkin
BalasHapuskok sampang sih..?
Hapusente salah obat, gan..?
hehe
atau malah blom minum obat? #ups
Hapushehehe dasar...
Hapuswah.. saya sudah lama gak ngantor. jadi sedikit lupa gimana suasananya. tapi yang pasti, bekerja di perusahaan keluarga sepertinya memang lebih ribet ya mas :D
BalasHapusbersyukurlah yang sudah bisa bebas dari penjajahan bernama kantor dan bos. heheh
Hapushahahah unik juga. Saya tertarik dengan sebutan "karyawan rendahan". Hmmm istilah itu sempat membuat kantor kami gaduh gara gara ada redaktur yang menyebut rekan kerja kami yang kebetulan saja berprofesi sebagai "cleaning service" disemat julukan sebagai "pegawai rendahan".
BalasHapusSontak kantor gaduh, dan saya pun tidak segan "menembak" oknum redaktur tersebut sebagai karyawan botol (bodoh dan tolol) yang mengejek rekan kami itu. Mereka pun tidak lebih baik dari cleaning service. Bagus sekali tulisannya mas. Mencerahkan. Dunia kerja memang keras, kadang licik, dan kita harus waspada setiap saat
melihat kondisi disini, aku lebih suka menyebut diri sendiri seperti itu, pak. dalam meeting suka keliatan banget kalo kroni bos selalu ingin mendominasi. makanya aku lebih suka menghindar kalo diundang meeting. biarkan saja mereka ribut bertele-tele. aku tinggal nunggu hasil dan supportnya
BalasHapuskang..sing melu kerja nang nggonku ponakan, ipar dll. angger ana masalah arep mecat jan ora teyeng bae. ana apa-apa wadul meng wong tuane. trus inyong di tlp....kacauuu. dadi ngrasa ribete kaya ngapa. arep mecat ewuh pekewuh. ora dipecat perang bae....piwe jal ?
BalasHapus#senasib..
ngesuk aku bae sing ngode, lik
Hapusrausah diurak wis minggat disit...
podo ae mas, aku yo ngono.
Hapustapi ya modal CUEK, biar ortunya gak terima, antepin aja. daripada ketenangan batin sendiri terancam :D capek juga kali perang tiap hari xixixxi
ipar kek, ponakan kek, dipecat aja klo gak beres kerjaanya.
betul betul betul
Hapuskalo ga gitu indonesia raya ga maju maju
eh, padahal indonesia raya sekarang bisa jalan juga karena budaya itu yah..? kacaw...
wkwkwkwwkwk ... *maap saya tau ini tidak sopan tapi saya tak sanggup menahan tawa* wkwkwkwwk
BalasHapusbeen there!
tapi yaaa ... mengalir sajalah, nanti juga ketemu ladang yg lebih subur dari yg sekarag. paling DILEMA tuh kerja di perush keluarga. yg satu pro yg satu kampungan. kita yg kejepit. moga2 tidak berbuah PHK seperti diriku dulu, etapi setelah aku diPHK malah bisa buka perusahaan sendiri lho hehehe ... jadi ada berkahnya.
perusahaan besar dan punya nama terkenal juga bukan jaminan manajemen keluarga ga dipake. apalagi di tempat kerjaku yang setengah besar. entah kalo di perusahaan publik mungkin lebih bener pengelolaannya
HapusHuehehehe
BalasHapusPasti ngguyu, padahal kan cerita syedih yo? :D
Pengen semangat ngeblog lagi, tapi... tapi kok yah malesssssssssssssssss :(
ngeblog itu ga perlu dipaksain, orang itu berkaitan dengan mood
Hapusbebasin pikir wae tar kan jadi lancar mengalir
kecuali untuk yang idealis dengan tema tertentu...
hahahaha...klo begitu ditempatkan saja di kota lain :D
BalasHapusditonton saja sambil tepuk tangan
Hapusasal jangan ikut ketonjok
Wuahahahahaha..... piye jal? Yo wis trimo ae to, Mas. Wong di Jakarta Si Pak itu yo ra disenengi jeh :lol:
BalasHapusmungkin perlu dipikirkan untuk buka cabang di nusakambangan atau pulau buru ya..?
Hapus