Balik ke Mess

#Bimbingan Orang Tua

Kejar setoran di pelabuhan akhirnya selesai. Peralatan kerja dan sisa material didata ulang. Instalasi listrik, penguat sinyal sampai jemuran di barak dibongkar. Semua sudah dikemas tinggal tunggu truk jemputan datang.

Memperhatikan kelakuan anggota pasukan tiap kali proyek di luar wilayah seperti ini adalah hal yang paling menarik. Wajah-wajah loyo mendadak sumringah. Apalagi yang statusnya tenaga harian. Proyek selesai artinya segera gajian dan pulang bawa uang.

Karyawan reguler pun sama cerianya. Walau urusan gaji tidak ada perubahan dengan bulan-bulan biasanya. Tapi meninggalkan barak darurat adalah kebahagiaan tersendiri. Balik ke mess berarti kembali ke kehidupan yang rada normal. Kamar ber-AC, springbed, makan di kantin dan sederet aktifitas harian yang tak bisa ditemukan selama di barak.

Tiap kali nelpon ke rumah, keseharian di barak juga menarik perhatian ibue Ncip. Selalu banyak nasehat tentang makan, istirahat, jaga kondisi dan sebagainya walau diakhir cerita suka diakhiri dengan kalimat, "cucian delooo..."

Urusan nyuci sendiri juga pernah dikomentarin ibue, "jadi terharu, yah..."

Ga enak bikin ibue sedih, ganti aku kasih nasehat panjang lebar. "Hidup itu kan sawang sinawang, bu. Gausah dipikirin wong yang ngejalanin juga enjoy aja. Ini kan resiko laki-laki, punya kewajiban cari nafkah buat keluarga. Lagian cuma nyuci baju apa susahnya..?"

"Beneran terharu sampai pengen nangis, yah...'

"Sudahlah, ibu. Urusan nyuci aja sampe mewek..."

"Bukan nangis sedih kok..."

"Trus..?"

"Bahagia banget, akhirnya ayah mau belajar nyuci baju. Berarti kalo ayah pulang ibu bisa rada santai ada yang bantuin nyuci baju. Sekalian nyuci piring bisa kan..? Boleh juga nyapu, ngepel, mandiin anak, tut... tut.. tuuut..."

#Telepon putus...