30 Maret 2013

Refreshing di Pelabuhan


#Semua Umur

Ada pekerjaan di pelabuhan sebenarnya asyik. Bisa dianggap refreshing karena di situ satu-satunya site yang suasananya berbeda, tidak seperti lokasi kerja lainnya yang pemandangannya hutan maning hutan maning.

Jaraknya dari mess sebenarnya cuma 40 kiloan. Tapi karena jalanan remuk blusukan hutan, perjalanan ke sana harus ditempuh sekitar 2 jam. Bila habis hujan waktu tempuhnya bisa lebih panjang lagi. 

Malah pernah harus semalaman bengong di mobil yang ga bisa maju atau pun mundur kejebak lumpur. Tidak ada sinyal hape, tak memungkinkan untuk meminta bantuan. Mending kalo dekat site, aku bisa teriak lewat radio untuk dijemput pake buldoser atau minimal bisa jalan kaki cari kopi.


Suasana pelabuhan yang berbeda ini kadang bikin susah. Teman-teman seringkali berperilaku tak ubahnya orang gunung main ke laut. Lagi repot ngurus alat dan butuh bantuan ternyata pasukan menghilang. Setelah dicari-cari, jebulnya lagi pada foto-foto di pinggir sungai. Ditegur juga percuma. Paling banter nyengir doang dan kasih jawaban standar yang tak pernah berubah, "buat aplut pesbuk, pak..."




Ada juga yang tak suka narsis, tapi suka menghilang juga. Wisatawan jenis ini bisa dilihat gejalanya sejak berangkat dari mess. Selain berbekal pakaian ganti dan alat kerja mereka juga bawa pancing. 

Bila kelihatan sibuk sambil jongkok di tanah becek, itu tandanya mereka mau ngabur. Aslinya sih lagi nyari cacing buat umpan. Tapi kalo ditanya lagi apa, dengan damai akan jawab, "ngecek grounding, pak..."




Aku sendiri sebenarnya pengen ikut cari hiburan pelepas penat. Dekat dengan sungai besar tentu sangat menyenangkan untuk orang yang hobi renang. Sayang ada yang bilang kalo di situ banyak buaya. Biarpun kepala keamanan sungai kasih jaminan, tetap saja aku tak berani coba-coba.

Lagian cara ngomongnya ga enak
"Nyebur aja gapapa kok. Buaya sungai ga bakalan doyan buaya darat..."
#Semprul...


Intinya
Kayaknya aku harus belajar menyukai mancing biar tidak memancing kerusuhan saat teman-teman mencari hiburan...


Read More

Nasib Kopral


#Semua Umur

Kembali repot dengan urusan birokrasi perusahaan...

Kasus tower roboh kemarin membuat banyak orang ikut urun rembug termasuk para pejabat di Jakarta. Beragam pendapat bersliweran dari berbagai sudut pandang. 

Sebenarnya aku senang banyak masukan begini yang artinya mereka mau peduli. Sayangnya, banyak yang asal ngomong tanpa tahu situasi di lapangan seperti apa. Sehingga hasil akhirnya adalah mumetku yang meningkat pesat.

Aku cuma butuh waktu satu hari untuk bangun tower. Tapi sudah dua hari terisolir di lapangan, penentuan titik lokasi saja masih simpang siur padahal permintaan tentang ini sudah aku ajukan sejak sebulan lalu. Repotnya ada beberapa orang yang ngasih titik yang berbeda-beda dan semuanya ngotot sudah di acc bos.

Setiap meeting di Jakarta, tak kurang-kurang aku bilang ke manajemen agar mereka kasih tujuan akhirnya saja. Caranya seperti apa biarlah bagian teknis yang mikirin dengan mempertimbangkan kondisi lapangan. Mumet kalo mereka ikut campur sampai ke detil teknis bermodal duduk manis di Jakarta tanpa survai lokasi.

Dua titik lokasi yang kemarin ditunjuk mereka tidak memenuhi persyaratan teknis dan keselamatan kerja. Dua hari bengong tanpa keputusan sementara pasukan sudah siap tempur sejak kemarin, pagi ini aku ambil keputusan sendiri. Toh kalo anggaran akomodasi bengkak aku juga yang kena semprot.

Alat berat sudah dikerahkan, pondasi sudah dicor, anak buah laporan katanya ada email dari Jakarta. Ini yang juga menyebalkan. Tahu aku di lapangan ngasih tahunya lewat email. Emangnya aku seperti mereka yang tiap waktu cuma nongkrongin laptop di ruangan adem..?

Lagi pula setelah aku buka email tersebut, titiknya di tempat yang sulit. Masih hutan penuh gelondongan kayu yang perlu land clearing pakai alat berat terlebih dulu. Ngelanjutin pondasi yang terpasang pun aku sudah pasti molor dari target waktu 2 hari kerja.

Serba salah amat ya kalo jadi kopral..?


Intinya
Cuma heran dengan mereka yang di atas. Ngapain bersusah payah ikut mikirin hal teknis yang mereka tidak kuasai. Kalo cuma mau nunjukin bahwa mereka punya kuasa, bukannya lebih afdol kasih garis besar tugasnya saja lalu tunggu laporan. Ada yang dianggap bermasalah tinggal lakukan audit. Beres kan..?


Read More

Warung Jablay


#Bimbingan Orang Tua

Warung jablay adalah sebutan untuk sebuah fenomena yang di daerah lain dikenal dengan nama warung remang-remang. Sebuah warung sederhana yang menyediakan kopi dan sekedar jajanan ringan dilayani oleh perempuan muda yang cenderung seksi.

Warung pinggir jalan ini biasanya buka sore hari sampai subuh. Ada juga yang buka siang hari namun tidak banyak dan kadang tidak dilayani oleh cewek yang dengan ikhlas menyebut dirinya jablay.

Harga jajanannya lumayan mahal. Segelas kopi rata-rata dikasih banderol 5 ribu perak. Mencoba mampir di warung jablay, kita harus siapkan uang pecahan. Karena mereka seringkali mengatakan tidak ada kembalian kalo kita kasih uang bernilai agak besar. Ini hanyalah modus dengan harapan kita mengikhlaskan kembalian.

Banyak pandangan miring terhadap kaum jablay ini walaupun fungsi mereka sebenarnya sebagai penarik pembeli sebagaimana SPG di mall. Aku tak berani berburuk sangka mereka bisa dibooking sebagai mana layaknya PSK. Warung jablay ini teramat sederhana dan tidak ada fasilitas kamar sebagaimana warung remang-remang di daerah pantura.

Pernah aku sempatkan mengorek agak jauh kehidupan mereka. Untuk jam kerja semalam suntuk, rata-rata mereka mendapat bayaran 300 sampai 400 ribu perbulan dari pemilik warung. Pendapatan tambahan mereka adalah kembalian yang tidak diambil semacam tips atas layanan ngobrol selama ngopi.

Cantik-cantikkah mereka..?
Jujur aku katakan hanya satu dua yang masuk kategori sedap dipandang. Dengan pendapatan minim sementara tiap malam harus melek sepertinya sulit buat mereka bisa menjaga penampilan tetap ayu alami ga pake menor. Genit  dan sok akrab itu rata-rata yang mungkin sudah jadi trade mark karena tugasnya memang menahan pelanggan agar nongkrong selama mungkin.

Apapun itu, mereka cukup berjasa bagi para pelintas malam saat kantuk mulai menyerang sementara perjalanan masih jauh. Harga jajanan yang relatif mahal bukan masalah karena mereka memberikan satu nilai tambah yang tak bakal didapatkan saat kita masuk rumah makan, yakni komunikasi sosial.


Intinya
Tidak semestinya kita menganggap negatif orang lain yang sedang cari rejeki secara halal hanya karena penampilan genit dan bekerja di keremangan malam. Bagaimanapun juga memilih cara mempertahankan hidup itu tak cukup hanya modal niat tanpa ada kesempatan. Waspadalah... waspadalah...



Read More

29 Maret 2013

Gangguan Tidur


#Semua Umur

Menjelang subuh baru tidur, pagi-pagi sudah ditelpon. "Butuh bantuan IT. Penting..."

Aku jawab lagi betulin server dan minta yang bersangkutan nyamperin ke ruangan. Padahal aslinya aku males bangun masih ngeringkuk di kamarku yang berada di sebelah ruangan server. Dengan begitu kirain bakal datang siangan dan aku bisa melanjutkan tidur. Eh, malah beneran nongol di pintu kamar 5 menit kemudian.

Sambil ngucek-ucek mata, "masalah apaan..?"
"Tolongin dong pesbuk gua di-hack orang..."
"Ah elah kirain urusan kerjaan.."
#Narik selimut lagi...

"Ini urusan kantor juga. Akun ini yang dipake jadi admin grup perusahaan..."
#Riweuh...

Jadilah aku bangun ngeliat pesbuk temen itu. Susahnya email yang dipake login juga diembat orang. Trus pertanyaan rahasia yang dipake buat recovery akun dia lupa. Sehingga pake alternatif terakhir dengan cara menghubungi techincal support pesbuk dan mendapat jawaban tunggu konfirmasi dalam 1 x 24 jam.

Kirain tahap selanjutnya dia bisa terusin sendiri. Eladalah, besok paginya sudah ngetok-ngetok pintu kamar lagi. Padahal tinggal periksa email alternatif yang kemarin diberikan untuk klik link reset password doang. Kalo ga ada sangkut pautnya dengan kerjaan, beneran ogah aku ngurusinnya.

Sayangnya kebaiksangkaanku itu tak bertahan lama. Hanya sedetik setelah akun itu bisa dibuka lagi, temenku langsung teriak, "yesss... chip poker gua balik lagi. Tengkiu, brooow..."
#Mbahmu...

Gangguan kamtibmas berencana itu tamat..?
Belum, coy. Besok paginya dia nongol lagi di kamar. Biar kelihatan menghayati acting ngambek, aku pasang tampang kusut.

"Ada masalah apa lagi..?"

Polos banget dia jawab, "engga kok. Cuma mau bilang kopi lu yang kemaren enak. Bagi dong se-sachet..."
#Dodol...


Intinya
Cuma mau cerita apabila sejak saat itu, aku tak pernah tidur di kamar lagi. 
Tiap malem angkat kasur ngumpet di ruang server...


Read More

Semakin Panas


#Semua Umur

Ibue laporan...
Anak lanang demo katanya.

Kalo orang lain demonya mogok makan, si Ncip mogok pake baju. Udah gitu maunya mandi mulu...

Protes ini merupakan dampak dari pindahan rumah kemarin. Tiap kali nyalain AC listrik pasti njeglek. Laporan PLN, MCB sudah diganti, tetap saja bermasalah. Alternatifnya hanya tambah daya atau ganti AC yang PK nya lebih kecil dengan ketentuan harus nunggu gajian.
#Hiks...


Serangan udara panas memang bukan cuma di Jogja. Pedalaman Kalimantan yang masih berhutan-hutan pun panasnya minta ampun. AC di ruangan server yang biasanya dipake gantian, sudah dinyalakan dua-duanya juga masih saja terasa gerah.

Mungkin ini yang dinamakan efek domino dari yang namanya teknologi. Demi kenyamanan hidup, manusia menciptakan listrik. PLTU dibangun dimana-mana membutuhkan batubara yang ditambang dengan cara membuka hutan. Berkurangnya pepohonan membuat kadar karbondioksida di atmosfir bertambah dan membentuk selimut penahan yang menghalangi pembuangan panas ke luar angkasa.

Udara kian panas efek rumah kaca tersebut membuat orang makin getol menyalakan AC. Konsumsi listrik jadi meningkat dan memaksa PLN menambah permintaan batubara yang artinya pembukaan hutan untuk tambang juga semakin gencar. 

Di lain sisi, semakin banyak AC menyala semakin banyak pula panas yang dibuang ke udara bebas. Maka terjadilah apa yang dinamakan lingkaran setan kepanasan...
#Amit-amit...



Dalam kondisi panas begini, anjuran menghemat energi dengan program Earth Hour pun jadi tidak efektif. Lampu dipadamkan sedangkan AC dinyalakan. Padahal AC 1 PK itu mengkonsumsi listrik sekitar 4 Ampere atau setara dengan daya 900 Watt. Jadi kalo cuma mematikan lampu 50 biji, ga bakal nutup untuk menggantikan daya yang dipakai oleh AC 1 buah.

Memaksa masyarakat hemat dengan cara menaikkan tarif listrik, hasilnya bukan cuma udara yang panas. Situasi poleksosbudhankam negara juga bakalan ikut memanas. Yang dinaikkan hanya tarif sektor industri yang jadi pemakai listrik terbesar juga akan berdampak sama. Pabrik akan mengurangi produksi yang artinya menambah jumlah pengangguran atau menaikkan harga jual produknya yang sekaligus akan meningkatkan inflasi.

Trus gimana dong..?
Ya mbuh aku juga mumet...
Mau bilang prihatin, tar dikira nyaingin presiden...


Intinya
Semakin besar keinginan manusia mempermudah jalan hidup, kehidupan justru akan semakin rumit...


Read More

27 Maret 2013

Katanya Ekstrim


#Bimbingan Orang Tua

Iseng-iseng buka pesbuk, nemu foto si Ncit dapat ibunya ngaplut.

Aku bisa mengerti gimana repotnya ibue ngurus anak-anak bandel itu sendirian. Ada saja ulah mereka yang bikin ibue teriak-teriak. Dikurung dalam rumah disuruh duduk manis tak bakalan bisa. 

Seolah mereka tahu prinsip bapaknya jaman masih suka nguber cewek dulu. Gunung tinggi kan kudaki, lautan kuseberangi, pagar kulompati, dll dll
Kecuali gerimis mending balik lagi
Tar pilek..

Bisa jadi benar apa kata tetangga bahwa aku terlalu ekstrim mendidik anak. 

Aku memang tak pernah terlalu banyak mengatur anak maunya bagaimana. Sebagai orang tua lebih suka mengikuti dari belakang sekedar mengawasi kalo-kalo mereka belok ke arah berbahaya.

Tetangga menyebutku ekstrim karena saat anak menemukan kesulitan, aku jarang langsung memberikan pertolongan. Misalkan saat melepas anak-anak di kolam renang. Ketika si Ncip kelelep, aku biarkan dulu beberapa saat sebelum aku angkat dia dari air. Atau ketika si Ncit bermain-main korek api. Aku tidak seketika melarangnya sampai tangannya kesundut.

Untuk orang lain mungkin terlalu kejam
Tapi begitulah caraku mengenalkan bahaya agar mereka mengerti dan mampu menghindarinya secara mandiri saat lepas dari pengawasanku. 

Terlalu ketat melindungi anak dari bahaya membuat mereka jadi ketergantungan. Seperti anak tetangga yang tak pernah boleh bermain tanah, kemana-mana harus pakai stroler, badannya kelihatan ringkih, manja dan belum bisa jalan di usia 2 tahun.

Membiarkan Citra jatuh dari pagar memang tak membuatnya kapok. Namun dia jadi lebih sigap dalam memanjat. Termasuk saat terpeleset, reflek tubuhnya begitu lincah mencari pegangan atau tempat pendaratan yang aman. Kalo dicuekin seolah-olah ga lihat, dia akan nyamperin dan bilang, "Tita ga nangis, ayaah..."




Sengaja aku bikin begitu, karena ingat pengalaman waktu kecil dulu. Belajar renang tiap hari tetap saja badan ga mau ngambang. Sampai suatu saat aku kepleset dari jembatan bambu dan kecebur ke lubuk yang dalam. Ga tau gimana ceritanya tahu-tahu aku bisa berenang ke tepian secara reflek.

Beberapa pengalaman lain juga membuktikan bagaimana susahnya aku mempelajari sesuatu dalam situasi normal, modul lengkap dan ada pembimbing. Sebaliknya dalam kondisi kepepet dan tidak ada yang ngajarin, hanya bermodal coba-coba aku malah mampu menguasainya secara cepat.

Kenapa bisa begitu..?
Jujur aku tidak tahu penjelasan ilmiahnya...


Intinya
Tekanan hidup tidak selamanya hanya menghasilkan depresi. Asalkan kita bisa mengarahkan energinya secara benar, efeknya lumayan dahsyat untuk membantu proses pembelajaran. 

Khusus cara ngajarin anak manjat pagar, don't try at home
Ngajarinnya di luar rumah saja...
Terima kasih...




Read More

Restorative Justice


#Bimbingan Orang Tua

Sekali-kali pengen buka web berita, baca kasusnya Rasyid Rajasa kok malah jadi garuk-garuk kepala yah..?

Aneh saja kena kasus yang menyebabkan korban meninggal cuma dapat vonis 5 bulan penjara. Itu dikasih embel-embel percobaan 6 bulan yang artinya dia tidak harus masuk kandang. Kecuali dalam masa percobaan itu dia melakukan tindak pidana, baru dikandangin selama 5 bulan.

Jujur aku jadi inget kasus yang menimpaku jaman masih sekolah dulu. Saat gabung jadi relawan SAR, temen-temen merencanakan diklat SAR laut dan aku ditunjuk jadi ketua tim survai lokasi di pantai Selok Cilacap. Setelah tugas selesai aku tidak langsung pulang karena tenda basah dan harus dijemur dulu.

Sementara aku ngopi di warung sambil nunggu tenda kering, teman-teman bermain-main di pantai. Entah bagaimana awalnya tiba-tiba aku dengar mereka teriak-teriak ada salah satu orang yang terseret arus. Secara spontan aku dan dua orang anak buahku nyebur untuk menolong. Namun justru itu awal masalahnya.

Teman-temanku itu sudah bisa dibilang jagoan untuk survival gunung namun di laut bisa dikatakan masih nol. Sebelum berangkat aku lupa mengajarkan sedikit teori cara berenang di laut yang berbeda dengan berenang di sungai atau kolam. Sehingga di tengah laut aku malah kebingungan melihat semuanya hanyut terbawa pusaran arus balik secara terpencar sampai akhirnya aku pasrah berenang ke tepi dan menyerahkan nasib mereka kepada Penguasa Alam.

Tiga orang teman baikku ditemukan meninggal keesokan harinya. Dan aku pun kena jerat pasal 359 KUHP. Sebagai ketua tim aku dianggap lalai sehingga menyebabkan matinya orang lain dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara.

Karena waktu itu aku masih sekolah, belum dianggap dewasa dan tidak ada tuntutan dari pihak keluarga korban, makanya aku dapatkan apa yang disebut restorative justice dan tidak harus masuk penjara. Kalo Rasyid yang statusnya warganegara dewasa dan mengatakan kondisinya sadar saat kecelakaan terjadi dapat restorative justice, watdefak dengan hukum negeri ini..?

Setahuku, dalam kasus kecelakaan lalu lintas pasal 359 dan 360 KUHP juga yang dipake. Pengemudi dianggap lalai mengendalikan kendaraan. 

Bahkan dapat tambahan pasal 311 ayat 4 dan ayat 5 UU nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yakni melakukan tindak pidana dengan sengaja mengemudikan kendaraan bermotor dengan cara dan keadaan membahayakan yang mengakibatkan orang meninggal dunia dan luka berat. Tak heran kalo Afriyani si Xenia maut bisa divonis 15 tahun penjara.

Apa mata hakimnya mendadak siwer tulisan 5 tahun kebaca 5 bulan..? 
Mantap amat diskonnya ya..?

Dah ah mumet...
Daihatsu juga kayaknya bakal ikutan mumet. Soalnya melihat kasus Rasyid yang beda perlakuan dengan Afriyani, kayaknya semua pemilik Xenia sudah mulai ancang-ancang ganti BMW sebagai persiapan kalo-kalo dapat kecelakaan lalu lintas. Daripada kena 15 tahun...
Amit-amit jangan sampe deh...


Kali ini aku ogah bikin kesimpulan
Tar malah menyesali diri kenapa tidak jadi anak seorang menteri...
Weduuusss...


Read More

26 Maret 2013

Kepepetan Hidup


#Dewasa

Yang namanya kesulitan hidup setiap orang pasti mengalami. Perencanaan keuangan boleh matang. Namun saat pelaksanaan kadang melenceng dari perkiraan sampai melewati anggaran cadangan yang biasanya dikasih angka 10%.

Seperti saat pindahan kemarin. Pengeluaran di luar dugaan ternyata banyak sekali. Listrik minta tambah, pompa air rusak, sumur harus dibor ulang, AC ngadat sampai kanopi yang baru dibikin buat garasi ambruk disikat angin ribut dan banyak lagi yang lainnya.

Aku pribadi sih punya pegangan hidup yang mungkin berbau mitos namun seringkali terbukti. Di saat masalah tiba-tiba datang secara rombongan, kunci utamanya hanyalah tetap tenang dan tidak bete. Jangan jadikan masalah itu sebagai suatu musibah atau sumber kesedihan. Namun anggaplah itu sebuah kesialan yang indah untuk ditertawakan.

Berkali-kali aku alami sepanjang hayat dikandung badan. Asalkan kita tetap nyengir, menjelang titik kritis selalu saja ada jalan keluar yang juga tak terduga. Tak masalah bila jalan itu hanyalah geser sana geser sini atau pun gali lobang tutup lobang. Toh manajemen yang baik menurutku bukan soal pemasukan lebih besar dari pengeluaran. Tapi tentang cara mengatur aliran dana yang minimal untuk menyelesaikan masalah secara maksimal.

Bermodal keyakinan penuh dan tetap tenang, ada saja keberuntungan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Kalo soal empot-empotan hati itu sih pasti, orang Dewi Fortuna datangnya selalu mepet deadline

Ibue Ncip yang kadang keliatan bete kalo nemu masalah bertumpuk-tumpuk. Namun selalu aku minta beliau agar tetap tersenyum. Nasihatku tak pernah berubah, "kalo manyun tar rejeki jadi menjauh loh..."

Pernah aku ledekin, "kan ibu lebih canggih soal ngatur duit..?"
Eh jawabnya, "ngatur duit sih keciiil. Yang penting ayah kasih setorannya cukup..."
#Semprul...

Tak cuma ke ibue pribadi. Aku juga minta ibue bisa nenangin anak-anak jangan sampai rewel dalam kondisi kepepet seperti itu. Pokoknya seluruh anggota keluarga harus kelihatan bahagia biar rejeki mau nyamperin. Anak nangis ya diajakin jalan-jalan dulu biar kembali ceria.

Kira-kira begitu...

Eh, ada pengecualian ding
Pernah lagi menjalani fase menenangkan diri dalam kondisi semacam itu, si Ncip tiba-tiba nangis ga mau berhenti padahal lagi tanggung ibadah malam. Ibue sudah kasih kode dan berbisik, "anak lanang gendong dulu gih..."

Entah kenapa aku tetap melanggar prinsipku sendiri dan menjawab, "bodo ah, biarin aja rewel. Nanggung bu..."
#Srampang sandal...


Intinya
Ga masuk akal memang...
Tapi begitulah caraku selama ini. Aku anggap masalah hidup hanyalah ujian. Bila aku tetap tersenyum berarti aku lulus. Kalo sudah dianggap lulus, ga mungkin Gusti Nu Maha kawasa kurang kerjaan nguji terus. Pasti segera disudahi dong ujiannya...
Bukan begitu, Gus..?


Read More

Lagu Anak


#Semua Umur

Masih saja ada yang penasaran dengan ucapan Ncit Ncip tentang rusa di jurnal Kebun Buah Mangunan. Padahal di situ sudah aku tulis, kesalahan sebut itu gara-gara lagu Si Kancil yang tiap hari suka dinyanyiin mereka.

Aku memang menjauhkan anak-anak dari sumber penyakit modern bernama tipi. Sebagai sarana hiburan aku siapkan PC berikut proyektor untuk muter pilem atau musik yang aku donlot dari yutub. Sengaja pake proyektor untuk menjaga kesehatan mata mengingat anak sekarang kalo nonton maunya ditodong. Beda dengan jaman aku kecil dulu, nonton tipi hitam putih 14" saja nurut menjaga jarak 3 meter.

Tontonan mereka aku seleksi biar tidak kaya anak tetangga yang baru pinter bicara kalo nyanyi lagunya waterpan. Makanya Ncit dan Ncip aku carikan lagu-lagu jadul macam Si Kancil itu.

Masalah saat ini tak cuma anak-anak mengkonsumsi lagu dewasa. Lagu anak-anak pun rasanya kurang layak untuk mereka. Beda banget dengan dekade 80 atau 90an dimana lagu anak sempat booming dan beneran sesuai. 

Perubahan tren itu dimulai dengan rilis film Petualangan Sherina. Sejak saat itu yang disebut lagu anak adalah lagu yang penyanyinya masih anak-anak. Liriknya memang masih tentang kehidupan anak. Namun cengkoknya terlalu berat dicapai anak-anak umumnya tanpa pelatihan vokal.

Definisi lagu anak buat aku adalah lagu riang, berlirik sederhana dan notasi nadanya mudah. Lihat saja lagu Burung Kakak Tua atau Balonku. Anak baru belajar bicara pun tak kesulitan menyanyikannya dengan baik. Bandingkan dengan lagu Jagoan atau Lihat Lebih Dekat. Orang tua saja kadang keteteran menjangkau nadanya.

Ini yang aku anggap kekeliruan orang tua. Mereka memaksa anak-anak untuk menikmati keindahan seni menurut kacamata orang tua. Padahal apa sih yang paling indah dari dunia anak selain kepolosan dan keriangan mereka..?




Jujur aku miris melihat acara musik anak saat ini. Lebih banyak diisi dengan acara yang sebenarnya tidak bisa dinikmati anak karena secara psikologi tidak sesuai. Bangga amat mereka melihat anak-anaknya lihai bergangnam style, nyanyi ala boyband maho dan semacamnya. Mikir engga sih, bahwa memaksakan anak mengikuti selera orang tua itu sama saja dengan memundurkan jaman.

Tak habis pikir ketika anak TK disuruh nyanyi lagu Pelangi malah berheadbanger sambil teriak-teriak, "pelangiii... di seberang sana aku berdiri... pelangi..."

Ini kebalikan dengan anak SD jadul yang ditanya mau nyanyi apa mereka bilang, "apeeel..."

Gurunya yang kaget dikira nyanyi lagunya Gombloh dibuat lebih kaget ketika mereka mulai berdendang, "apelangi pelangi... alangkah indahmu..."


Intinya
Cuma pengen nanya doang
Kapan dunia anak kembali diserahkan kepada anak-anak lagi..?

Read More

25 Maret 2013

Panggilan


#Bimbingan Orang Tua

Ada temen yang cerita...
Gara-gara istrinya ga mau merubah panggilan sejak jaman pacaran, sekarang anaknya suka manggil dia mas...

Aku cuma ngikik doang...
Kasus semacam itu memang seringkali terjadi karena anak memang suka meniru apa yang mereka dengar. Itu pula yang jadi alasan kenapa begitu punya anak, tata tertib panggil memanggil langsung aku amandemen. Manggil istri ga pake yang yangan lagi. Ke ortu panggil mbah. Sampai ke temen yang suka ke rumah aku panggil om, tante, dsb...

Awalnya Citra suka keliru dalam menafsirkan panggilan berdasarkan usia. Sekarang sih sudah lancar membedakan panggilan khususnya ke orang ga dia kenal mana yang om, mana pakde dan mana mbah.

Biarpun begitu, nama aslinya tetap aku kasih tahu agar dia lebih memahami perbedaan. Seperti dalam keseharian si Ncit selalu dipanggil mbak, tapi ketika menyebut diri sendiri atau ditanya nama dia sudah bisa bilang, "Tita..."

Si Ncip juga bisa mengikuti walau kadang rada error. Dia panggil kakaknya mbak. Ditanya nama mbaknya siapa, sudah bisa jawab Cita. Tapi kalo ditanya namanya sendiri, dia suka jawab, "Dede..."

Didesak, "Dede siapa..?"
"Dede bayi..."
#Garuk jidat...



Lumayan lah...
Paling tidak dia sudah bisa bikin perbedaan antara nama dan panggilan ke orang-orang di sekelilingnya. Minimal tidak akan terjadi kasus seperti beberapa tahun lalu ketika anak tetangga ditanya oleh guru TK nya.

"Nama ibunya siapa..?"
"Mama.."
"Maksudnya nama aslinya..?"
"Iya, saya manggilnya mama.."

Gurunya yang masih penasaran berusaha memutar otak.
"Hmmm... kalo papa suka manggil mama gimana..?"
"Papa manggilnya, haiii monyong..!"



Intinya
Hidup di dunia timur memang kadang repot oleh anggah-ungguh. Tapi disitulah letak kearifan lokal budaya yang adiluhung. Jadi kenapa tidak..?


Read More

Salah Paham


#Semua Umur

Ada teman yang curhat, katanya stress habis ribut gara-gara salah paham atas tulisan di blog. Dia ga merasa ada yang salah tapi pembacanya ngeyel.

Kalo aku sih cenderung cuek dengan hal semacam itu. Cuek dalam arti tidak terlalu dipikirin tapi tetap ditanggapi apapun isi komentarnya termasuk yang menghujat sekalipun. Enak ga enak itu adalah respon publik atas pola pikir kita yang tertuang. Sejauh masih nyambung dengan jurnal, tidak sepantasnya aku hapus biarpun kata-katanya ga pantas.

Memutuskan untuk hidup di dunia tulisan dan gambar, kesiapan mental akan respon yang melenceng dari keinginan kita adalah satu hal yang harus dipersiapkan. Kayaknya ini yang kurang banget dalam pola pikir sebagian dari kita.

Bila takut direspon negatif, kenapa maksa nulis di alam terbuka. Kalo pake alesan ini blog aku terserah mau nulis apa, memang tidak terlalu salah. Tapi jangan lupakan dong kalo otak manusia berbeda-beda dan sudut pandangnya juga tak mungkin diseragamkan. 

Menurutku, terlalu sayang kalo ngeblog cuma dijadikan ajang narsis doang. Tak ada salahnya sekalian dijadikan sarana untuk melatih kedewasaan berpikir. Sehingga kita bisa memahami bahwa prinsip kebebasan berpendapat itu harus diikuti dengan kemampuan untuk mendengarkan pendapat orang lain termasuk yang bersebrangan.

Jangankan yang di alam maya. Di alam nyata yang jelas-jelas tak terbatas pada gambar dan tulisan saja salah paham itu hal yang umum. Toh yang penting bukan salah pahamnya, melainkan cara kita melepaskan diri dari kesalahan tanpa memutus tali silaturahmi. Kalo orang lain yang mutusin sih sebodo amat, karena artinya bukan kita yang tidak dewasa.

Tak perlu hal rumit untuk membuat kita salah paham. Contoh gampangnya saat ada teman yang main ke rumah melihat banyak majalah penerbangan yang distribusinya cuma di pesawat dalam artian tak ada toko yang jual. Sengaja aku tanya apa pendapat teman melihat majalah-majalah itu dengan harapan dia bakal bilang, "wah kamu sering travelling naik pesawat ya..?"

Apa salah ketika temanku justru jawab, "ooo dasar kamu maling majalah..."
#Hiks...


Intinya
Apapun respon yang didapat dari satu tulisan, aku selalu tanggapi dengan adem ayem. Tak perlu buang energi untuk terbawa emosi. Dihapus pun tak perlu karena kita sebagai manusia juga butuh tanggapan negatif biar bisa instropeksi diri. Tapi itu prinsipku pribadi. Untuk orang lain, sebodo amat mau ngambek nonjokin laptop juga...


Read More

24 Maret 2013

Pilkada Unik Barito Timur


#Semua Umur

Bicara tentang salah satu ambisi manusia memang jarang bisa lepas dari yang namanya kekuasaan. Mereka yang secara kemasyarakatan berada di level paling bawah pun seringkali berupaya meraih kekuasaan dengan menunjukan sikap tak mau mengalah walau hanya ke teman sepermainan. Apalagi yang posisinya memang sudah berada di atas.

Banyak cara dipergunakan untuk melanggengkan kekuasaan melupakan kata legawa. Ada sih yang seolah-olah mendukung regenerasi dengan menyerahkan kursinya ke generasi muda. Tapi tetap saja kepada orang-orang kepercayaan yang tak jarang hanya boneka semata. 

Ketentuan penguasaan pemerintahan yang kini dibatasi 2 kali masa jabatan diakali dengan menjagokan istri, anak atau sanak saudara agar dia masih tetap bisa berperan walau hanya di balakang layar. Seolah-olah istilah negara demokrasi hanyalah pajangan sementara didalamnya tetap saja monarki.

Cerita yang hampir sama terjadi di kabupaten Barito Timur. Bahkan yang ini aku anggap unik. Bila biasanya mantan pejabat berusaha maju ke level yang lebih tinggi, mantan bupati Bartim yang secara undang undang sudah tidak bisa menjabat lagi menyiasatinya dengan cara mencalonkan diri sebagai wakil bupati, sementara wakilnya maju sebagai calon bupati. Melalui celah konstitusi itu beliau berusaha meraih kekuasaan untuk ketiga kalinya.



Kenapa bisa begitu..?
Sebagai penonton aku tak ingin menghakimi. Mungkin beliau masih memiliki pekerjaan rumah yang belum selesai untuk mensejahterakan masyarakat di kabupaten yang kaya batu bara ini. 

Bisa juga karena beliau sudah banyak belajar bahwa ini Indonesia Raya dimana jabatan wakil itu lebih makmur ketimbang posisi yang diwakilinya. Buktinya rakyat masih banyak yang hidup sengsara, namun wakilnya bisa glamour dalam kemewahan dan menggerogoti hak rakyat demi kepentingan pribadi.

Kayaknya sih begitu...


Intinya
Mungkin memang begini wajah Indonesia Rayaku yang lucu...


Read More

Ga Perlu Lihat


#Bimbingan Orang Tua

Ada yang ngajak chat tentang inti jurnal Anak Ayah Anak Ibu kemarin. Kata temanku, sifat orang tua memang banyak nurun ke anak. Namun porsinya kalah dominan dibandingkan teladan tingkah laku orang tua yang dilihat oleh anak.

Menurutku sih tergantung usia dan perkembangan pola pikir individu dengan sifat turunan dari orang tua sebagai pondasi. Tauladan sikap orang tua dan pengaruh lingkungan atau pendidikan hanya membentuk bangunan watak saja. Wujud bangunan boleh beraneka warna, namun tak bakalan lepas dari bentuk pondasi awal.

Dari kecil dididik jadi anak baik-baik, sekolah di madrasah, dimasukin pesantren, naik haji ga cukup sekali, begitu jadi pejabat malah korupsi dan doyan sapi. Terpengaruh pergaulan mungkin benar. Tapi faktor keturunan juga punya peran makanya penyakit mudah menginfeksi.

Orang tua mungkin tidak pernah mengajari anak berbohong namun sering membohongi anak tanpa sadar. Contohnya kalo anak minta jajan suka dijawab ga punya duit. Kayaknya akan beda kalo kita jawabnya, "uang sih ada, tapi untuk keperluan lain, nak..."

Aku bisa berpikir begitu, setelah melihat apa yang terjadi dengan Citra. Dia suka manjat pagar, meja atau lemari tanpa aku ajari. Memang di hutan kerjaanku manjat-manjat tower, tapi Ncit kan ga pernah lihat. Artinya kebiasaan orang tua yang tidak pernah ditunjukan di depan anak pun bisa nurun.

Contoh lain, Citra susah banget disuruh mandi tapi kalo bermain air atau mandi di kran girangnya minta ampun. Ini berkaitan banget dengan kebiasaanku di hutan yang kadang males mandi namun sering mandi hujan atau main di sungai. Ga mungkin si Ncit tahu kebiasaanku di Kalimantan dan saat di Jogja aku rajin banget mandi.

Beneran kok...
Kalo di rumah aku ga pernah malas
Sehari bisa mandi berkali-kali
Maunya keramas mulu
Suerrr...

Ada pendapat lain..?


Intinya
Aku beropini semacam ini dengan melihat apa yang terjadi di keluargaku sekaligus sebagai rem perilaku saat aku jauh dari rumah. Jadinya ngeri juga mau banyak tingkah bila anak bisa mengikuti tanpa harus melihat atau mendengar apa yang aku lakukan. 
Sekali lagi ini khusus buat aku. Di keluarga orang lain bisa jadi berbeda...



Read More

Ketemu Anake Lanang


#Banyumasan

Bali cuti siki ana sing gawe bungah. Anake lanang sing wis meh 2 taun ora ketemu ngerti-ngerti ndongol nang Jogja karo mbaeh.

Uti mandan pekok pancen
Ngerti suwe ra ketemu gole ngabari ora ket wingi-wingi. Isuk-isuk lagi mulai sibuk mberesi umah sing anyar pindahan ana sms si Adi meng Jogja. Ya mandan pecicilan gagean nusul meng Taman Pintar.

Anu melu rombongan plesir sekolahan mulane ora bisa suwe-suwe gole ketemuan. Mung setengah jam tapi lumayan bisa go tamba kangen. Apa maning adi-adine langsung pada nempel meng kakange. Ncit pancen tau ketemu tapi kan esih biyen cilik. Si Ncip sing babar blas rung tau weruh be bisa terus kraket. Si Adi ya ketone ora kagok dolanan karo adi-adine.

Anake lanang wis tambah duwur tapi ya kuwe geringe juga nambah kaya ora tau diempani. Wateke ya esih ajeg. Ora ngerti ramane lagi kangen, tetep bae ora teyeng dejak ngobrol liane. Pokoke nek ketemu rama sing diomongna mung komputer karo gim. Ora nana tema sing lewih maen ketimbang njaluk laptop apa komputer anyar sing lewih mantep dinggo ngegim. Jiaan...



Anyar pindahan dompete lagi kempes pes, akhire mung disemayani mengko ngenteni gajian. Bocah pinter disemayani ya tetep nawar. "Hardisk eksternale go Adi ya..."

Ngerti bae nek hardiskku isine gim tok. Sebab wektune mepet sidane disita di tempat. Gim-e sih ora papa gampang donlod maning. Sing dadi pikiran aku ra sempat ngecek hardisk ana pilem sarune apa ora koh..?

Kepiwe jal nek critane kaya kuwe..?


Intine
Ya bungah teyeng ketemu anak lanang
Soal isi hardisk anggep bae force majoure
Salah ninine ikih ngabari ndadak...

Read More

22 Maret 2013

Java Heat


#Bimbingan Orang Tua

Maap bila jurnal kali ini rada panjang dan berat kebanyakan gambar...


Semalem cari-cari donlotan di piratebay, nemu pilem yang judulnya Java Heat. Aku pikir itu film Hollywood biasa. Ternyata rada menarik karena mengambil lokasi di Jogja.

Penggemar The Twilight Saga tentu tahu Kellan Lutz. Penonton Iron Man 2 juga pasti ngerti Mickey Rourke. Keduanya jadi pemeran utama bersama bintang lokal Ario Bayu, Rio Dewanto dan Atiqah Hasiholan.

Inti ceritanya tentang penculikan putri Sultan yang dengan tujuan utama mencuri perhiasan yang merupakan artefak kraton. Letnan Hashim bersama agen FBI Jake Travers bersama-sama membongkar kasus pencurian yang berkedok terorisme itu. Dan pakem Amerika tentang teroris belum juga bisa lepas dari militan bertampang Arab dengan senjata AK47.


Laga di Plengkung Gading


Biar begitu, secara umum ceritanya seimbang dimana dalang teroris ternyata orang Amerika juga dan tokoh yang menggulung mereka adalah polisi muslim. Keseimbangan cerita juga berlaku dimana Letnan Hashim yang menjadi icon polisi baik disandingkan dengan komandan korup yang berusaha menguasai artefak kraton itu di akhir cerita.



Film ini menggunakan bahasa Inggris yang diselingi bahasa Indonesia dalam beberapa percakapan. Ada yang menarik tentang bahasa film ini di awal cerita. Disitu dikatakan bahwa sang Jendral orangnya nasionalis banget. Namun ketika si Letnan menyapa pake bahasa Indonesia, komendannya langsung menghardik, "in english..."
#Katrok...

Ada satu hal yang bikin heran.
Aku buka di IMDB, film ini akan tayang perdana tanggal 18 April 2013 mendatang. Tapi tanggal 9 Maret 2013 versi bajakannya sudah diaplut orang dengan kualitas BlueRayRipp. Mentang-mentang film tentang Indonesia kali ya..? Tak cuma APBN yang bisa bocor di tengah jalan. Film belum launching pun sudah bocor duluan.
#Mantaaap...

Bocor duluan


Banyak tempat-tempat keren yang ditayangkan baik dalam adegan maupun spot numpang lewat. Dari obyek wisata terkenal seperti Borobudur, Ratu Boko sampai yang biasa namun eksotis seperti Kampung Code atau Pasar Satwa.

Pasar Satwa

Perempatan Tugu

Untuk alur cerita dan aksi laga, sineas Hollywood memang tak perlu diragukan lagi. Tapi bagi penonton Indonesia apalagi yang tahu Jogja, ada beberapa plot yang terasa kurang pas. Namun bukan masalah. Toh pilem ini cuma hiburan dan bukan catatan sejarah.

Tokoh polisi yang bermain peran adalah Detasemen 88. Seragam harian Densus 88 beneran seperti di film atau tidak aku ga tau. Yang jelas seragamnya beda dengan polisi umumnya sementara polisi lainnya yang jadi figuran seragamnya sama dengan yang sering kita lihat.

Seragam Perwira, Bintara dan Perwira Tinggi Den 88


Satu keganjilan terlihat ketika Jake Travers ditangkap dan akan dideportasi. Rute sebenarnya dari Polda DIY yang berada di ringroad utara ke Bandara di Jl Solo total melalui jalanan kota. Disitu digambarkan melalui pesawahan yang sepintas lokasinya mirip daerah Gunungkidul. Ajaibnya lagi di pesawahan Gunungkidul yang terpencil ada rambu penunjuk arah bandara.
#Hehehe

Katanya rute antara polda - bandara

Penunjuk jalan pinggir sawah


Bandaranya beneran di Adi Sutjipto. Sayang pesawat yang digunakan sebenarnya tidak melayani penerbangan reguler. Padahal dalam film ditayangkan antrian penumpang. Pesawat berregister PK-TWN memang beneran milik Transwisata yang khusus melayani carteran. Seharusnya pake Garuda saja biar tidak kelihatan janggal. Atau kalo tetap pake Transwisata, antrian penumpang yang mau naik pesawat lebih bagus kalo ditiadakan biar kesannya bener pesawat carteran...

Bandara Adi Sutjipto


Adegan penganggu lainnya...
Terlalu banyak spot yang menggambarkan Letnan Hashim terus terusan merokok. Bahkan sedang dirawat di rumah sakit pun tetap saja ngebul. Lebih parahnya dokter yang menjahit lukanya juga ikutan merokok.

Berbagai macam sarana transportasi dari becak, ojek, andong sampai kereta api banyak ditampilkan. Sayang kebablasan sampai bajaj juga nongol disitu. Padahal di Jogja boro-boro bajaj, angkot saja tidak ada.

Rokok dan bajaj


Saat Travers masuk ke club yang menyajikan tarian striptease, dia diikuti oleh polisi dan teroris Achmed. Polisinya sih rada bener pake pakaian preman. Tapi si Achmed rada kacau masuk kesitu pake baju koko plus kopeah haji.
#Ustadz gaul...

Pak Ustadz di club


Paling keren adalah prajurit kraton
Berseragam lurik, blangkon plus keris tapi membawa senjata api modern macam Steyr AUG atau MP5. Bahkan dalam penyergapan di lokasi spa, mereka menggunakan peluncur roket berpenjejak sasaran yang dikendalikan menggunakan ipad.


Prajurit gaul

Penyerangan di Sosrowijayan


Editornya juga kurang teliti. Salah satunya dalam pertempuran di Borobudur. Senjatanya menyalak normal padahal pakai peredam yang seharusnya cuma bunyi cess...

Tembak-tembakan di Borobudur


Hubungan fungsional maupun struktural pasukan kraton dengan polri tak dijelaskan dalam film. Bisa jadi mereka dianggap milisi atau keamanan non pemerintah dalam opini ala Amerika. Untuk menghormati kraton, logonya memang dibuat berbeda dengan lambang Ngajogjokarto Hadiningrat.

Logo kraton

Penyergapan di kilometer nol

Dan yang paling asik dari semua cerita diatas adalah plat nomor di kendaraan tahan peluru milik prajurit kraton sebagaimana terlihat di gambar terakhir...
#Ngakak...


Intinya
Ini bukan review
Film ini dianggap bagus atau jelek aku ga tahu
Yang jelas pengen nulis ini karena aku kenal lokasinya
Itu saja...


Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena