30 Juni 2013

Nyabut Pasak Bumi

#Semua Umur

Setiap pulang ke Jawa, pertanyaan yang umum dari teman setelah nanya pulang kapan adalah, "mana pasak buminya..?"

Entah benar secara uji klinis atau hanya mitos, banyak orang percaya bahwa pasak bumi ini identik dengan ginseng dari Korea. Padahal orang Korea tidak mengatakan ginseng mereka sama khasiatnya dengan pasak bumi.

Buktinya...
Aku suka ditagih pasak bumi saat pulang dari Kalimantan, namun kalo Juragan Pacul mudik tidak bawa ginseng malah bagi-bagi kaos. Dari kenyataan ini, bisa jadi obat kuat ala Korea itu bukan ginseng, melainkan kaos.

Karena kali ini pengen bahas tentang cara nyabutnya, penjelasan lain yang lebih detil bisa dibaca di jurnal Pasak Bumi.

Cari pasak bumi ini gampang-gampang susah. Pohon ini tumbuh liar di hutan tidak ada yang membudidayakan. Perlu blusukan diantara semak-semak untuk mendapatkannya.

Setelah ketemu, kita musti ukur kemampuan fisik. Kalo cuma sendirian, cari saja yang batangnya tidak terlalu besar. Pohon dengan batang berdiameter 2 cm saja, akarnya bisa mencapai satu meter.




Siapkan golok, linggis, tongkat, rantai dan air seember. Potong dulu akar-akar yang malang melintang di sekitar pohon agar proses penggalian menggunakan linggis lebih mudah. Kemarin nemunya pohon dengan diameter 5 cm, penggalian harus lebih dari setengah meter dalamnya.

Siram lubang dengan air agar tanahnya gembur lalu pohon digoyang dombret kanan kiri. Potong batang pohon lalu pukul keras-keras ke bawah. Paling enak pake balok kayu besar dan jatuhkan tepat ke batang yang dipotong tadi.

Ambil rantai lalu ikat di pangkal akar yang biasanya menggembung. Cabut pakai tongkat memanfaatkan prinsip tuas. Tahap inilah perjuangan terakhir yang paling menguras waktu dan tenaga.




Hasilnya...
Akar pasak bumi sepanjang dua meter bisa dicabut sempurna. Tinggal dipotong-potong dan jadi oleh-oleh murah meriah namun memeras keringat.



Intinya
Mitos pasak bumi sebagai obat kuat bisa jadi bukan untuk yang mengkonsumsinya. Melainkan proses pencabutan yang butuh energi besar sehingga pencabut pasak bumi layak dikatakan laki-laki perkasa. Jadi mengkonsumsi pasak bumi tapi tidak nyabut sendiri, aku rada meragukan keperkasaannya...
*termasuk aku yang malah sibuk motoin...




Read More

Teplok

#Banyumasan

Malem mingguan pengine represing. Tapi berhubung tanggal tua ora duwe modal go meng kota, sidane merad menggone kanca sing umaeh nang pinggir alas.

Ngerti dewek Indonesia Raya kaya ngapa. Mangan turu nang duwur batubara tapi listrik be ora ana. Isi bumine entek dikeruk, kasile diboyong go PLTU nang Jawa. Pulo Jawa padang jembrang, sing duwe batubara kudu nrimakna urip petengan modal teplok.


Weruh teplok gemantung, nyong dadi kelingan jaman cilik. Nggal sore kebagian tugas ngiseni lenga karo ngelapi torong teplok. 

Mbuh merga teplok larang apa angel goletane. Seumah teplok mung loro dipasang nang ruang tengah kambi ruang tamu. Liane cukup nganggo senthir. 

Mulane ngenes nek kelingan jaman semana. Sinau kudu nyureng-nyureng matane. Digawe padhang, kebule dadi ora patut. Isuk-isuk kudu sregep ngupil nek ora pengin cungure ganti wujud dadi pawon.





Intine
Puluhan tahun ora tau weruh teplok, bisa nemu maning rasane ngati malah dadi ora genah. Antara seneng bisa ngeling-eling jaman ora enak. Sekaligus nlangsa, jaman jerene wis modern koh esih ana dulur sing teplokan...



Read More

29 Juni 2013

Kabut Asap

#Semua Umur

Lama tidak menyimak berita, sekalinya baca malah mumet kebanyakan cerita yang aneh-aneh tentang negeri ini. Dari sekian banyak berita tidak menarik, ada satu yang sedikit ingin aku ceritakan yaitu tentang kabut asap.

Aku pikir tak salah-salah amat bila JK mengkritik SBY tentang permintaan maafnya ke negara tetangga. Minta maaf memang bukan hal negatif. Namun bila dilakukan atas nama negara, kesannya jadi lebay dan merendahkan martabat bangsa.

Kalo baca berita di tipi, bencana kabut asap kebanyakan dilemparkan kepada peladang berpindah sebagai biang keroknya. Namun ada satu dua hal yang sepertinya perlu diluruskan dari pemberitaan media.

Yang aku lihat di pedalaman Kalimantan, pembukaan hutan benar sering dilakukan dengan cara main bakar. Bisa jadi ini metode paling murah dan efektif ketimbang yang lainnya.

Tapi pada mikir enggak sih, berapa luas lahan yang dibakar oleh kaum peladang. Kebanyakan dari mereka mengolah tanah dengan cara manual. Lahan seluas satu hektar saja sudah repot sekali mereka mencangkulinya. Apa mampu orang sekampung yang isinya cuma berapa kepala keluarga nyangkul sampai ratusan hektar..?

Ada juga kemungkinan mereka buka lahan cuma sedikit, lalu apinya merembet kemana-mana.

Satu hal yang perlu diingat
Kebanyakan masyarakat hutan tradisional kita masih tinggi kesadaran akan kelestarian hutan. Buat mereka, hutan adalah sumber kehidupan yang tak mungkin dirusak semena-mena di luar kebutuhan. Pembakaran dilakukan setelah membuat ilaran pencegah api merembet keluar batas dan selama prosesnya mereka stand by di lokasi untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.




Kalo begitu, lalu siapa pelakunya..?

Yang mampu membuka hutan sampai ratusan hektar sekaligus, siapa lagi kalo bukan industri. Memang ada industri yang membukanya menggunakan alat berat. Namun masih banyak yang pake cara dibakar untuk menekan biaya produksi.

Membakar lahan sampai ratusan hektar, butuh berapa banyak petugas yang harus mengawasi agar tidak merembet keluar konsesi. Yakinkah kita bahwa semua industri mau keluar duit banyak untuk itu..?

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan. Kebanyakan industri di sini milik asing. Kalo pun milik pengusaha pribumi, investornya banyak yang dari luar. Apalagi perusahaan sawit. Sebagian besar investornya dari Malaysia.

Kalo sudah begini, mengapa kita yang harus minta maaf ke Malaysia bila duitnya dikeruk orang Malaysia juga. Setidaknya mereka musti ikut tanggung jawab dong...

Tapi mbuhlah...
Aku cuma penonton doang...
Bisa saja aku salah menilai...


Intinya ya mumet
Kekayaan alam kita dikeruk orang asing dengan pengembalian minim ke masyarakat lokal lalu kita yang meminta maaf. Silakan disimpulkan menurut pemahaman masing-masing saja...


Read More

28 Juni 2013

Fotografer ABG Labil

#Bimbingan Orang Tua

Gara-gara di jurnal Kamera Semi Pro Murah kemarin aku nulis selalu pake mode auto, ada temen yang komen melalui japri, "kaya ababil lu..."

Aku tanya maksudnya, temen nerangin kalo anak-anak abg sering nenteng kamera DSLR kemana-mana tapi motretnya kaya aku pake auto mulu. Intinya punya kamera keren hanya untuk gaya-gayaan doang. Duit masih minta ortu sudah maksa beli kamera mahal.

Ga pake lama aku bego-begoin tuh temen...
Sudah dibilang Fuji Finepix S2980 itu bukan DSLR tapi jenis Prosumer alias hasil kawin campur antara DSLR dengan kamera saku. Dan itu pun tipe termurah. Kalo yang lain harganya sampai 4 jutaan, yang ini 1,5 juta kurang dikit. Plus aku ga beli alias inventaris kantor. Ga percaya ini murah, silakan cek melalui link di atas.

Soal abg labil apa peduliku..?
Toh duit-duit mereka. Kalo pun masih minta, pastilah ortunya termasuk golongan juragan menengah ke atas. Golongan penerima bantuan langsung tunai, masa sih anaknya tega minta..?

Masih lebih bagus mereka minta kamera yang sedikit banyak bisa dipakai latihan fotografi. Daripada minta play station yang cuma bisa dipake mainan doang. Atau blekberi biar status dan komennya di pesbuk muncul logo yang katanya keren.




Mempermasalahkan motret pake mode auto, itu perlu dipertanyakan integritas penanyanya. Emangnya pabrik kasih fasilitas auto itu untuk pajangan doang..? 
Pastinya buat dipake dong..? 

Namanya juga pemula...
Dimana penguasaan segitiga fotografi belum dikuasai, pake auto adalah modus paling aman. Apalagi untuk mencuri momen yang kesempatannya teramat singkat. Nunggu nyeting shutter speed, aperture dan ISO yang tepat cuma bikin kita kehilangan momen keren.




Kemana-mana nenteng kamera
Si Ncit ngeberantakin kancut saja difoto
Emang masalah..? 

Orang niatnya juga untuk ilustrasi jurnal di blog yang isinya memang cerita keseharian. Banyak ide menarik yang muncul spontan saat aku lihat-lihat foto itu. Ini bagus buat temen-temen yang merasa sering kehabisan ide buat nulis. Lagian ilustrasi pake foto sendiri itu lebih afdol daripada nyomotin di google
Original, coy...




Pamer..?
Itu sih sudah sifat manusia yang tak mungkin bisa hilang. Namun pamer foto sepertinya lebih bermanfaat ketimbang pamer kendaraan mahal misalnya. Apalagi kalo pamernya dengan cara kebut-kebutan. Eh, tapi error juga ding kalo pamer foto bidadari boker di kali...

Kira-kira begitu pembelaanku kemarin
Pokoknya egepe dah...


Intinya
Terserah orang mau bilang apa. Yang jelas aku tidak merasa risih pegang-pegang kamera di banyak kesempatan. Daripada pegang-pegang istri orang..? 
Kalo cuma disambit panci sih masih untung, lu...






Read More

Sop Oralit

#Bimbingan Orang Tua

Melanjutkan cerita perminggatan ke kota...

Prioritas kedua setelah ATM adalah cari makan enak. Acara perbaikan gizi ini yang seringkali jadi biang kerok penipisan dompet secara drastis. Apapun kelihatan menarik selera untuk disantap. Soal harga sudah jadi urusan nomor sekian.

Ini yang kadang jadi masalah bagi karyawan yang unit kerjanya punya akses gampang untuk ke kota. Apalagi buat mereka yang terbiasa dugem. Sudah jelas di sini biaya hidup tinggi. Turun ke kota dua kali seminggu bisa menghabiskan setengah gaji sebulan.

Paling parah yang tak mampu menahan kebutuhan biologis. Habis gajian, mau kirim keluarga musti kasbon dulu ke kantor. Mungkin aneh. Namun ini realita di lapangan.

Itu sebabnya kenapa untuk penerimaan gaji, aku pake rekening ibue Ncip. Jadi tiap akhir bulan, kalo orang lain sibuk ke ATM untuk kirim ke rumah, aku malah ngecek ibue udah ngirim jatah buat beli sabun apa belum. Ga enak, tapi bikin hati nyaman terkendali.

Dan balik ke soal makan...
Kali ini aku musti geleng-geleng kepala. Entah itu kecelakaan atau si mbak punya warung sengaja kasih kode kepadaku. Sop buntut yang aku pesan keasinan. Dikomplen, malah senyam senyum doang tebar pesona.

Daripada mubazir, aku kasih kecap manis banyak-banyak. Kirain asinnya jadi berkurang. Eh, jebul malah tambah ga jelas. Sampai-sampai aku mikir, ini sop apa oralit sih..?

Pengennya sih pesan lagi yang rasanya rada bener. Namun inget aku nyengir kuda waktu ngecek saldo di ATM, apa boleh buat yang ada aku embat. Kan kata iklan juga, soal rasa lidah memang tak bisa bohong. Tapi soal lapar, emang perut mau peduli..?

Toh besok pagi keluar juga sama kuningnya...
Gitu aja kok repost...


Intinya
Bicara soal selera ketika hidup di hutan adalah sebuah dilema. Antara rasa di lidah dan rasa sayang keluarga...



Read More

27 Juni 2013

Cek Saldo

#Semua Umur

Setelah beberapa hari terkurung di pedalaman tanpa sinyal hape dan listrik minim dampak genset meledak, tiada yang lebih menggembirakan hati selain ajakan dari teman, "ambil peralatan yuk..."

Ambil alat adalah alasan kabur dari site yang paling bisa diterima perusahaan. Jeritan hati macam uang saku tinggal selembar warna coklat atau stok kancut layak pakai tinggal yang dikenakan doang mana mempan.

Tak peduli berangkatnya numpang truk, yang penting bisa refreshing ke kota. Sampai tujuan, segala yang tercantum di surat perintah segera terlupakan. Sasaran pertama adalah ATM. 

Ini pun pake acara harap-harap cemas. Tak cuma sekali dua kali ngantri panjang di ATM, begitu masuk jebulnya rusak atau uangnya habis. Ini adalah bencana kemanusiaan yang bisa bikin misuh-misuh sepanjang jalan kenangan mengingat ATM lain harus nyebrang ke kabupaten sebelah.

Suka empet dengan satpam atau yang masuk ke ATM lebih dulu. Apa susahnya sih bilang ATMnya rusak biar ga perlu antri kepanasan di halaman bank

Namun pada akhirnya bisa dimengerti apa penyebab kecuekan ini. Pernah aku sok peduli dengan antrian panjang itu. Begitu keluar aku bilang ke pengantri berikutnya, "rusak, pak..."

"Ooo rusak ya..?" jawab beliau sambil terus saja nyelonong masuk
Niat baik yang sia-sia...

Ya sudahlah...
Yang penting kali ini ATMnya tidak rusak
Walaupun harus nyengir kuda setelah cek saldo



Intinya
Berbuat baik tanpa pamrih ternyata cuma dongen di negeri antah berantah. Nyatanya saat niat baik itu dicuekin orang, bengongnya lebih panjang ketimbang nemu ATM rusak setelah antri panjang...



OOT mode
Maap belum bisa balas komen dan banyak jalan-jalan
Khusus Om KS, maap SMS belum dibales
Baru dapat pulsa dan sinyal...


Read More

25 Juni 2013

Terima Kasih, Ibu...

#Bimbingan Orang Tua

Masih kejar setoran di tepian Barito, ibue Ncip kirim pesan lewat Line, "terima kasih untuk kebersamaan dan kesetiaannya selama ini..."

Sempat bengong sesaat sebelum akhirnya tepok jidat...
Website rawins.com belum aku update...


Keluargaku memang tak pernah terbelenggu kebiasaan merayakan ulang tahun. Sehingga hari yang katanya bersejarah itu berlalu tanpa acara khusus. Yang rutin hanya ciuman hangat di pagi hari dan ucapan, "selamat ulang tahun ya..."
#Tak lebih...

Menuliskan itu dalam jurnal pun seperlunya saja. Terlalu banyak kata justru membuatku merasa tidak berada di dunia nyata lagi. Aku tak suka membuat resolusi panjang lebar saat ulang tahun, namun keesokan harinya kembali seperti semula melupakan bahwa semua harapannya itu perlu ditindaklanjuti secara nyata. 

Harapan dan doa memang perlu. Tapi ketika itu hanya untuk mendramatisir hati sesaat, omong doang tanpa mulai bergerak, dalam benakku cuma ada satu kata. Basi..!




Balik ke website...
Untuk hari jadi pernikahan, biasanya aku sempatin merubah isi website rawins.com biarpun isinya itu-itu saja. Dan kali ini aku tak sempat mengejar deadline. Tanggal 25 juni ini website itu belum aku sentuh sama sekali.
#Mondol...

Tapi sudahlah...
Toh ga begitu penting
Pentingnya aku masih bisa berjalan bersama ibue menyiapkan masa depan anak-anak sebagaimana mestinya. Dan yang lebih penting lagi ibue masih bisa bilang, "terima kasih atas kesetiaannya..."
#Garuk kepala...

Atas daya tahannya hidup denganku
Terima kasih, ibu...



Intinya
Sekedar mengenang awal segalanya menjadi halalan toyibah. Tak perlu terlalu panjang agar tetap membumi. Toh komentarnya ga bakalan jauh dari komen standar, "selamat yaaa..." :D



Read More

23 Juni 2013

Motret Purnama

#Bimbingan Orang Tua

Dua hari kejar setoran di pelabuhan, pengen rasanya kerjaan buru kelar dan balik ke mess

Seperti biasa kalo terbersit rasa dalam hati untuk ngebut, pasti ada saja masalah dadakan. Dan hambatan kali ini lumayan keren. Genset utama meleduk membakar habis bangunan gedungnya.

Lokasiku memang jauh dari rumah genset dan tak ikut campur menanganinya. Tapi karena seluruh kerjaanku tergantung sama listrik, genset meledak jelas masalah besar.

Lagi misuh-misuh di atas tower mikir kerjaan tertunda, tiba-tiba bulan nongol dari balik hutan. Langsung nyesel berat kenapa tadi tidak bawa kamera. Begitu turun bulan sudah lepas dari cakrawala tak semantap tadi. 

Takut kehilangan momen bagus aku coba jepret pake hape
Healah jeleknya poool
Ngeblur...




Nyuruh pasukan ambil kamera andalan lalu jeprat jepret cari posisi keren sebelum bulan tenggelam di balik awan atau asap sisa kebakaran tadi. Baru saat itu terasa hikmahnya genset meledak. Suasana gelap gulita bikin bulan tampak lebih indah tak terganggu sinar lampu.




Dengan kamera seadanya memang tak bisa menghasilkan foto bulan besar di sela-sela ranting pepohonan. Fasilitas autofokus yang dibuat untuk mempermudah pengambilan gambar justru menyulitkan di sini. Lensa seringkali terfokus pada pepohonan, bukannya bulan sebagai obyek utama. Motret bulan tanpa obyek pembanding bikin foto terasa biasa. Kaya foto asal jepret lalu dicropping.




Sejak lama aku memang suka motretin bulan. Mungkin kebawa nostalgia jadul waktu masih kecil dulu. Malam purnama adalah masanya bersenang-senang bersama teman-teman. Petak umpet, gobak sodor, jamuran dan sebagainya di halaman rumah. Sebuah keindahan purnama yang kini sudah tak terasa lagi di mata anak-anak.

Ada yang punya hobi serupa..?



Intinya
Ga tau kenapa aku suka bulan purnama. Indahnya mungkin sama dengan melihat senyum ibue Ncip di akhir bulan. Rasanya beda banget dengan saat aku pulang cuti ibue bilang lagi datang bulan...



Read More

21 Juni 2013

Sampluk Panci

#Bimbingan Orang Tua

Akhirnya kembali ke hutan setelah dua minggu menikmati peradaban

Tata urutan upacara rutin setiap kali tiba di mess adalah cek perabotan. Mulai dari peralatan safety, toolkit sampai cangkir kopi atau mug pun diperiksa.

Hidup dengan orang banyak memang repot. Terutama kalo rombongan sirkus dari Jakarta datang. Ketika stok helm atau sepatu safety buat visitor kurang, mereka suka pinjam punya karyawan yang lagi off. Kalo empunya barang ada sih bisa langsung minta balikin setelah mereka balik ke mess. Yang repot kalo pemiliknya lagi cuti, kadang helm main taruh di meja dan tak bisa dilacak lagi jejaknya.

Pinjam meminjam ini tidak hanya dilakukan secara personal. Bagian general affairs juga sering melakukan hal yang sama. Memang hanya untuk barang yang sifatnya inventaris perusahaan. Tapi tetap saja nyebelin. 

Pernah aku pulang dari cuti menemukan kamar kosong melompong kasurku lenyap. Mana datangnya tengah malam yang tak memungkinkan dapat ganti saat itu juga. Paginya aku komplen, cuma dijawab, "maap kemarin dipinjem ke mess sebelah, mas. Kirain masih lama cutinya. Biasanya kan suka bolos nambahin beberapa hari..."
#Semprul...


Mug saja aku sudah beberapa kali beli. Kelupaan ga diamankan atau tertinggal di meja, dijamin habis itu kudu sibuk mencari-cari sampai ke workshop atau ruang genset. Orang-orang mau bikin kopi lihat gelas bersih main embat saja ga mikir bentuknya beda dengan yang disediakan di dapur.

Mau nyalahin ibu dapur ga mungkin. Karena ngeberesin meja adalah tugas mereka. Asal lihat gelas kotor di meja segera dilarut untuk dicuci. Dan mereka pun punya kerepotan tersendiri dengan kebiasaan warga mess yang suka main samber tersebut. Misalnya panci pindah ke kamar mandi...




Yasudahlah...


Intinya
Sepenggal kisah duka ketika hidup bersama orang banyak dalam kondisi minim fasilitas. Aku memang harus sadar bahwa di sini, sekedar beli gayung pun musti jauh turun ke kota. Tapi kalo terus-terusan begini, apa salah bila suatu waktu ada panci terbang nyampluk jidat..?


Read More

20 Juni 2013

Kamera Semipro Murah

#Semua Umur

Liat fotoku lagi motret yang diaplut ibue, ada temen yang sangka aku pake DSLR. Dibilangin itu kamera murahan tetep ngeyel gara-gara aku motretnya pake gaya ngintip.

Sejak dulu aku lebih suka motret pake intipan biarpun levelnya cuma kamera saku. Lebih irit baterai ketimbang pake LCD

Apalagi saat motret dibawah panas terik. LCD seringkali silau tak jelas bikin susah buat ngepasin frame obyek yang mau diambil. Dan yang jelas motret sambil ngintip itu berasa lebih nendang.

Bicara soal DSLR, terakhir aku pake Canon EOS D350 yang harus pensiun setelah tercebur di laut Pangandaran. Sejak itu aku tak merasa perlu pake kamera mahal lagi, orang fotonya cuma dipake ilustrasi blog doang ga lebih. Terlebih aku tak punya keinginan belajar fotografi. Percuma pake kamera keren tapi setingannya auto mulu.

Pernah sih bilang ibue minta dibeliin Canon D10 yang tahan air. Tapi ditolak mentah-mentah katanya terlalu mahal gara-gara ibue waktu ngecek harga salah memasukan keyword pake kata "harga water canon".

Kamera yang aku pake sekarang merk Fuji tipe Finepix S2980 14 MP yang awalnya aku kira kamera mahal. Begitu cek di internet, jebul harganya tidak sampai 1,5 juta. Penampakannya kurang lebih seperti ini.




Memang kurang efektif bila dikaitkan dengan pekerjaanku. Untuk motret dari atas tower terasa ribet bawanya. Bentuknya terlalu besar tak bisa masuk saku. Jadi kalo manjat musti bawa pakai kantongnya. Tutup lensanya persis kamera SLR yang gampang terlepas. Harus hati-hati dari kemungkinan tergores atau tetesan air hujan kalo dibawa ke tempat ekstrim diluar kantong.

Kalo untuk motret dalam posisi wajar sih oke banget. Apalagi untuk yang lagi belajar fotografi. Seting manualnya memungkinkan kita bisa lebih banyak berkreasi. Mode panoramanya juga keren karena pengambilan gambar kedua dan ketiga dilakukan otomatis setelah pointernya tepat.

Baterainya praktis pake tipe AA sebanyak 4 biji. Kalo kehabisan baterai saat tidak mungkin ngecas, tinggal ke warung beli baterai alkaline

Optical zoom sampai 18x. Digital zoom ada tapi tak pernah aku pake. Foto dengan zoom 18x tanpa tripod hasilnya lumayan tidak terlalu blur. Contohnya foto dibawah.



Gambarnya juga tajam. Aku coba motret rumput hasilnya seperti dibawah



Contoh foto matahari saat terbenam hasilnya seperti dibawah



Semua gambar aku ambil dalam mode auto. Jadi jangan samakan dengan hasil karya fotografer terlatih. Apalagi aku kalo motret asal jepret tak pernah mikirin angle apalagi si angel tetangga sebelah.



Intinya
Secara umum aku asik dengan kamera ini. Canggih, lengkap dan harganya relatif terjangkau. Buat yang penasaran dengan harga dan speknya bisa cari di google atau ke Bhineka.com ulasannya lumayan komplit.  Klik saja Fuji Finefix S2980.

Kekurangan dari kamera ini buatku cuma satu
Inventaris kantor...





Read More

Mutasi ke Jakarta

#Dewasa

Wacana penarikanku ke kantor Jakarta kembali bergulir.

Sayangnya argumentasi yang disampaikan teman masih saja menyebalkan. Mending kalo ditawarin gaji naik dua kali lipat, rooster cuti 6:2 atau bonus yang menarik. Ini mah selalu, "ngapain lu di hutan ga ada hiburan jauh dari anak istri..."

Sebenarnya manusiawi ketika teman yang bermindset kota menganggapku aneh mau kerja di hutan. Ini sama dengan kekagumanku kepada mereka yang rela berjuang setiap pagi dan sore melawan kemacetan Jakarta yang luar biasa.

Seringkali aku tak habis pikir kenapa mereka mau tua di jalanan. Berangkat jam 6 pagi dari rumah agar tidak terlambat masuk kantor jam 8. Sementara aku di pedalaman bisa bangun jam 8 kurang 5 menit tanpa perlu terburu-buru. Ketika kenyataannya mereka bisa menikmati itu semua, begitu pula dengan aku dan kesantaianku.

Mutasi ke Jakarta tanpa reward jelas bukan hal menarik buatku. Keluarga di Jogja sama artinya aku harus urus dua dapur. Pengeluaran bakal meningkat drastis untuk ongkos bolak-balik Jakarta - Jogja. 

Terasa waktu masih di Jakarta dulu. Ibue Ncip kalo nyuruh pulang jarang pake rayuan lewat telpon. Tapi cukup kirim sms berisi kode booking tiket pesawat. Tau sendiri harga tiket jumat sampai senin itu kaya apa. Alhasil gaji yang semestinya untuk cadangan masa depan anak-anak habis buat ongkos.

Berulangkali aku menolak wacana tersebut, berulangkali pula teman-teman di Jakarta berusaha memunculkan lagi tiap aku ke sana. Dari berbagai rayuan itu yang terasa menyebalkan adalah ketika mereka bilang, "ga sayang bini, lu. Barang enak lu tinggal-tinggalin..?"

Mungkin mereka tak menyadari bahwa kasih sayang dan cinta itu lebih mudah dipupuk dari pertemuan yang jarang. Kecuali kaya bang Toyib itu sih sudah cerita yang berbeda.

Manusia terlahir ke dunia dilengkapi yang namanya bosan dan jenuh. Kebersamaan setiap waktu lebih mudah memicu pergesekan bila kita tak benar-benar mampu mengatur hati. Ini yang lama tidak aku rasakan sejak berangkat ke Kalimantan. Tiap pulang yang ada hanya rindu menggunung. Saat kerinduan mulai mencair, saat itu pula cutiku habis. Dan keterpisahan dua bulan itu masih jauh dari ambang batas toleransi kemanusiaan.




"Setor buntut dua bulan kali, emang ga jadi cendol..?" 

Itu ledekan yang paling bikin empet. Tapi untuk yang ini aku punya kartu truf untuk bikin teman dalam posisi skakmat. "Biar kata dua bulan sekali, Citra bisa punya adik baru waktu umur dia setahun. Daripada elu, ketemu tiap hari tapi bikin satu aja ga jadi-jadi...?"

Tamat perbincangan

Soal cendol, kan ada lagunya Dewa 19...
Sabun tercipta di dunia....
Huwoo.. huwooo...
Sekian...


Intinya
Kita seringkali mudah untuk menghakimi prinsip orang lain tanpa kita coba dulu menjalaninya. Bagaimanapun juga aku pernah lama di Jakarta sementara teman belum pernah masuk hutan. Masuklah dulu sebelum berkomentar, agar kita tak lagi teriak kipernya goblok namun sambil duduk manis di depan tipi...


Read More

19 Juni 2013

Toilet Warning

#Bimbingan Orang Tua

Pagi-pagi bener... 
Masih mimpi rada enak dibangunin hape bunyi bertalu-talu, sekretaris bos nelpon dari Kalimantan.

"Nape, neng..."
"Internet gua ga nyambung..."
"Tunggu bentar..."
"Kran kamar mandi kenapa ga ngalir..?"
"Emang gua dinas pengairan..?"
"Kan elu kuncen sini. Tolongin ya..."
"Elu pikir kran kamar mandi kaya server bisa diremote dari Jakarta..?"
"Yah elu, udah kebelet tau..."
"Ke kamar mandi luar deket logistik dulu deh..."
"Ogah disono kotor bener kaya wc umum..."
"Darurat gapapa daripada lu boker di celana..."
"Eh najis. Gimane udah mules ini..."
"Ke kamar mandi di mess gua dah..."

Hehehe emang enak..?
Toilet yang di luar memang dipake siapa saja makanya sering kotor dan kadang mampet. Apalagi masih pagi gini, tukang bersih-bersih belum pada datang. Aku ga tau dengan orang-orang di situ. Pengumuman dilarang buang sampah ngejeblak kayanya ga ngaruh. Biasa buang air pake gaya hit and run di hutan kali...

Kalo kamar mandi di mess aku sih cenderung bersih karena secara default yang pake cuma 4 orang. Kadang ada juga orang luar numpang buang air di situ dan buang sampah sembarangan. Tapi ga bakalan separah yang di luar karena penghuni asli bakal bertindak pada pandangan pertama. Panggil OB maksudnya, bukan bersihin sendiri...




Aku sih cuma nyengir doang kalo ada temen yang teriak kamar mandi kotor, karena hidup dengan banyak orang memang butuh kesabaran dan kesadaran tinggi. Tapi senyumku itu bukan karena karena sabar. Melainkan sadar diri bahwa boro-boro orang utan, aku saja sering tidak mematuhi pengumuman yang tertempel di toilet.

Buang sampah aku memang engga
Tapi urusan boker, aku masih saja tak bisa sambil duduk
Itu saja sih...


Intinya
Aku juga katrok
Masih belum bisa beralih dari falsafah lama
Lebih baik jongkok di closet duduk daripada duduk di closet jongkok...


Read More

18 Juni 2013

Pasang Foto Profil di Android

#Semua Umur

Masih tentang si Defy...

Tutorial tentang android di internet begitu banyak. Belajar instal aplikasi sampai belajar ngurut pun berjalan lancar. Pokoknya pede abis deh ga bakalan dikomplen anak-anak lagi saat pulang nanti.

Biar begitu, sempat diplonco semalam suntuk sama si Defy. Setelah mencoba masukin foto profil kontak, waktu smsan foto orang lain muncul tapi foto sendiri tidak. Sepele tapi bikin penasaran.

Ngubek-ubek internet nemu kenyataan bahwa beda merk beda pula cara masangnya. Repotnya sudah coba bermacam kata kunci tidak juga nemu tutorialnya. Setelah mencoba keyword bahasa Inggris, ketahuan deh kalo orang lain juga banyak yang mendapatkan masalah serupa.

Beragam cara dicoba tetap gagal terbentur masalah perbedaan tipe perangkat. Sampai akhirnya nemu artikel bahwa foto profil sendiri itu berkaitan dengan penomoran kartu SIM yang semestinya terbaca oleh perangkat secara otomatis.

Buruan cek melalui Setting -> About Phone -> Status dan menemukan kenyataan bahwa nomor telepon tidak dikenali oleh perangkat. My Phone Number tertulis Unknown.



Cari-cari artikel lagi tentang cara mengubah atau memasukan nomor tidak ada hasil. Ada yang kasih tahu pakai aplikasi My Phone Number. Mencoba instal dari Play Store ternyata error. Pengembangnya sendiri menyatakan bahwa dia sudah angkat tangan untuk mengatasi bug yang ada.



Inget jaman ga enak waktu masih pake Siemens M35, my own number bisa diseting dari kontak. Aku cari-cari fasilitas itu di Defy tidak juga ditemukan. Habis itu gerilya dari satu teman ke teman yang lain cari hape yang bisa seting nomor pribadi. 

Ketemu deh di iPhone. Aku masukan kartu SIM-ku kesana, masuk ke Setting -> Phone. Setelah itu, kartu SIM aku balikin ke Defy dan cek status lagi. Kali ini nomorku tidak Unknown lagi.



Cek ke perpesanan. Kalo sebelumnya pesanku yang dikasih nama Me dilogoin kotak abu-abu yang ga bisa di apa-apain, sekarang jadi ada logo android.



Aku klik logo di sebelah tulisan Me, masuk deh ke Contact. Masukin nomorku ke Contact lalu kasih foto. Buka percakapan sms lagi dan akhirnya hadir juga fotoku disana




Ada pengalaman lain..?



Intinya
Sesuatu yang sepele pun seringkali jadi teka-teki mengasyikan untuk dipecahkan. Padahal apalah artinya foto sendiri di hape sendiri yang akan kita lihat sendiri pula...



Read More

Hape Baru

#Semua Umur

Beneran bulan gadget...

Sekian lama aku bertahan dengan hape jadul tak peduli apa kata orang. Tak kurang-kurang orang kantor komplen aku ga bisa BBM-an atau si Bebek yang ngenyek mulu gara-gara whatsapp atau mainan path di laptopku error mulu. Aku tetap tidak peduli...

Namun apa daya...
Dimulai hape ibue remuk lagi sama Ncit Ncip lalu dia beli tablet untuk gantinya. Kemudian ga pake lama harus beli tablet masing-masing karena anak-anak selalu rebutan sampai berantem. 

Ibue yang sok canggih ga mikirin bahwa aku begitu gaptek sementara dia tak bisa selalu bersama anak-anak. Saat ibue sibuk, acara menemani main game jatuh kepadaku. Sekali dua kali si Ncit atau Ncip bisa memahami saat aku garuk-garuk kepala. Tapi kalo keterusan, mereka akan teriak panggil ibue sambil komentar, "ayah oon ah..."

Curhat ke ibue malah diketawain dan disaranin beli android toh banyak yang murah. Sambil komat-kamit cari wangsit aku cek limit kartu kredit lalu pesen Motorola Defy yang katanya hape orang lapangan. Harganya lebih murah ketimbang hape tahan air dan tahan banting dari Soner.

Dua hari kemudian pesenan datang dan otak penasaranku langsung kambuh. Ambil gelas berisi air lalu hapenya aku ceburin. Coba ditelpon ternyata bisa bunyi juga tanpa masalah. 

Coba dilemparin ke lantai juga berhasil mulus tanpa berantakan. Beda banget dengan nokiyemku yang jatuh dari meja saja langsung mbrodoli baterai dan tutup belakangnya berceraiberai kemana-mana. 




Melihat hasil uji nyali itu, aku beneran dibikin jatuh cinta pada pandangan pertama. Mengingat hape-hapeku sebelumnya selalu tewas karena masalah perairan atau jatuh dari tower.

Sayang rasa itu tidak bertahan lama. Dulu terbiasa pakai communicator macam Nokia E90 atau Xperia X2, dikasih keypad layar sentuh terasa bener repotnya. Boro-boro dipake ngeblog panjang lebar lagi seperti dulu. Ngetik sms juga salah-salah mulu.

Curhat lagi cuma dapat jawaban, "pake aja buat latihan biar akrab sama android. Daripada dibilang oon sama anak. Tar kalo udah pinter balik lagi aja ke nokiyem jadul..."

"Trus hapenya dijual lagi..?"
"Kasihin ke ibu juga ikhlas kok.."
#Istri pinter...


Intinya
Aku sering merasa begitu tegar (atau ndablek..?) dengan segala masalah dan godaan di luaran. Namun ketika bicara tentang anak, kenapa keperkasaanku seringkali meleleh begitu saja ya..?
#Perlu pasak bumi keknya...



Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena