#Semua Umur
Lama tidak menyimak berita, sekalinya baca malah mumet kebanyakan cerita yang aneh-aneh tentang negeri ini. Dari sekian banyak berita tidak menarik, ada satu yang sedikit ingin aku ceritakan yaitu tentang kabut asap.
Aku pikir tak salah-salah amat bila JK mengkritik SBY tentang permintaan maafnya ke negara tetangga. Minta maaf memang bukan hal negatif. Namun bila dilakukan atas nama negara, kesannya jadi lebay dan merendahkan martabat bangsa.
Kalo baca berita di tipi, bencana kabut asap kebanyakan dilemparkan kepada peladang berpindah sebagai biang keroknya. Namun ada satu dua hal yang sepertinya perlu diluruskan dari pemberitaan media.
Yang aku lihat di pedalaman Kalimantan, pembukaan hutan benar sering dilakukan dengan cara main bakar. Bisa jadi ini metode paling murah dan efektif ketimbang yang lainnya.
Tapi pada mikir enggak sih, berapa luas lahan yang dibakar oleh kaum peladang. Kebanyakan dari mereka mengolah tanah dengan cara manual. Lahan seluas satu hektar saja sudah repot sekali mereka mencangkulinya. Apa mampu orang sekampung yang isinya cuma berapa kepala keluarga nyangkul sampai ratusan hektar..?
Ada juga kemungkinan mereka buka lahan cuma sedikit, lalu apinya merembet kemana-mana.
Satu hal yang perlu diingat
Kebanyakan masyarakat hutan tradisional kita masih tinggi kesadaran akan kelestarian hutan. Buat mereka, hutan adalah sumber kehidupan yang tak mungkin dirusak semena-mena di luar kebutuhan. Pembakaran dilakukan setelah membuat ilaran pencegah api merembet keluar batas dan selama prosesnya mereka stand by di lokasi untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.
Kalo begitu, lalu siapa pelakunya..?
Yang mampu membuka hutan sampai ratusan hektar sekaligus, siapa lagi kalo bukan industri. Memang ada industri yang membukanya menggunakan alat berat. Namun masih banyak yang pake cara dibakar untuk menekan biaya produksi.
Membakar lahan sampai ratusan hektar, butuh berapa banyak petugas yang harus mengawasi agar tidak merembet keluar konsesi. Yakinkah kita bahwa semua industri mau keluar duit banyak untuk itu..?
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan. Kebanyakan industri di sini milik asing. Kalo pun milik pengusaha pribumi, investornya banyak yang dari luar. Apalagi perusahaan sawit. Sebagian besar investornya dari Malaysia.
Kalo sudah begini, mengapa kita yang harus minta maaf ke Malaysia bila duitnya dikeruk orang Malaysia juga. Setidaknya mereka musti ikut tanggung jawab dong...
Tapi mbuhlah...
Aku cuma penonton doang...
Bisa saja aku salah menilai...
Intinya ya mumet
Kekayaan alam kita dikeruk orang asing dengan pengembalian minim ke masyarakat lokal lalu kita yang meminta maaf. Silakan disimpulkan menurut pemahaman masing-masing saja...
Amankan dulu. Pertamax
BalasHapusbaru bangun ya Kang? semangat banget.
Hapusudah lunch belum kang .. biar makin semangat.
Hapusmau tidur dulua aach...
Hapusterus saya ngapain dong ??
Hapussaya hadir oiy..
Hapuskabut asap mendera, presiden meminta maaf pada negara tetangga. tapi kok gak minta maaf ama rakyatnya sendiri ya? #ironis
Hapusternyata cuma pasnem yang berhak dapat pertamax sebenarnya...
HapusSudah mumet kami sering dicekoki asap Pak, badan sampai bau sangit kayak ikan pe hidup. Yang jelas, prinsip ekonomi berlaku di sini, dengan modal seminimal mungkin, untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya-------walau korbannya adalah masyarakat yang bahkan nggak punya lahan sawit kayak kami.
BalasHapusyuk kita beli kelapa sawit. sebutir aja cukup buat bikin asap
Hapusmungkin mbak Kusna tidak mau makan, sehingga harus dicekoki ... he he
Hapustangannya lagi kesemutan..
Hapusdisini bukan cuma asap kebakaran, bu...
Hapusdebu di jalan hauling juga tebal sekali sampai jarak pandang cuma beberapa meter.
yang dekat stockpile lebih gawat lagi. tiap hari harus mandi debu batubara yang tinggi kadar sulfurnya. kebayang kan bila paru-paru sebenarnya lebih layak disebut accu...
enyong pernah dari banjarmasin dan balikpapan waktu itu, pesawate ora munggah-munggah, nganti rong jam, gara2 asap koh.. payah memang, maraih jengkel.
BalasHapusenyong baen tau kang...malah nganti 4 jam....
Hapuseh jebul malah pesawat telpun sing tak tumpaki..
astaga...
Hapushehheee....sambil berdiri ya
Hapuskuwe mergane kabotan rika kang Zach .. he he
Hapusmelas rek..
Hapusmasih mending tidak munggah munggah
Hapusketimbang tidak mudun mudun...
yang bikin pusing kok presiden minta maaf sama malay om, memalukan dan merendahkan martabat bangsa..malu jadinya punya presiden koyo ngono
BalasHapusTutup mukanya pake kresek mas, biar gak malu
Hapushaha dianggap pelecehan simbol negara tar...
Hapuspadahal negara ini sudah dilecehkan habis habisan oleh simbolnya...
mungkin SBY lupa dengan kata "prihatin" sehingga berganti dengan minta maaf..
BalasHapusbisa jadi tuh pak BeYe.
Hapuspadahal prihatin tetangga SBY di Pacitan
Hapuskarena sudah mendekati lebaran makanya pake kata maaf
Hapuskemarin kemarin beliau lagi patah hati makanya selalu bilang perih hati...
sayang sekali.. oh endonesa mu [ku]
BalasHapusendonesiaku juga bukan..?
HapusBegitulah pak ... memang masih sangat kurang kesadarannya. tidak hanya merusak hutan, binatangpun mereka bunuh.. miris
BalasHapusSetuju tuh pak.. bukan mau enaknya aja.. ikut tanggung jawab juga. Indonesia kan sudah merdeka jangan mau di jajah lagi sama negara lain
kan sesuai pembukaan uud 45
Hapusdimana penjajahan diatas dunia harus dihapuskan
kecuali penjajahan bidang ekonomi...
harus pakai masker tuch biar gak cepet sakit..
BalasHapusmasker bengkoang bisa gak..?
HapusBiasanya SBY ragu-ragu untuk bertindak, tapi mungkin minta maaf merupakan skala prioritas, sehingga harus sesegera mungkin
BalasHapuswaktu ndaptar presiden, ragu ragu enggak yah..?
Hapusnegri ini memang kebablasan..sudah hasil hutan dorampok oleh negara lain..eeh pak presiden malah minta maaf karena asap hasil kebakaran hutan yang dirampok oleh negara lain....ueeedaannnn :-)
BalasHapusasap pada ngacir kesana, mungkin karena sudah diklaim oleh malaysia, pak...
HapusSemoga saja para pembakar lahan diampuni dosa-dosanya,,,,
BalasHapusditambahin, pak...
Hapuspembakar yang tidak bertanggungjawab
karena peladang juga main bakar tapi hati hati...
Padahal mereka hirup oksigen dari hasil hutan kita mereka nggak ngomong "matur nuwun" yah...
BalasHapusmereka juga hidup dibantu tki kita...
Hapusmo malingsia kek mo singaparna kek tetap ja pamerentah yang salah...
BalasHapusngomong2 jalan2 mulu sih kang, ajak2 napah
jalan jalan ke hutan kok
Hapusga ada asiknya...
Hemmm Semoga cepet selese deh masalahnya ...
BalasHapusga akan ada selesainya selama pengawasan industri di lapangan tidak juga diperbaiki...
HapusKembali pada jaman VOC dengan versi yang berbeda ya kang.
BalasHapusSalam wisata
sekarang kan jamannya kompeni kawin sama komunis, pak
Hapushehe...
emang negara kita ini negara yang salah urus ...
BalasHapusrakyatnya juga kadang susah diurus..:D
Hapusklop berarti ... :D
Hapushaha iya bener banget
Hapuslama-lama habis ya milik negara kalau dikuasai asing semua
BalasHapuskayaknya malah ga pake lama, bu...
Hapuskalau peladang lokal main bakar2 sampai asapnya diekspor ke luar negeri, seharusnya ekspor asap ini sudah terjadi di abad-abad sebelumnya
BalasHapusfaktanya kan sejak industri masuk, barulah indonesia ekspor asap
betul om
Hapusane suka gaya lu...
Rakyat kita kan hanya jadi kuli di perusahaan asing di negeri tercinta ini.mimpi kali ya,,meliat rakyat kita jadi tuan rumah di negeri sendiri
BalasHapusemang gitu kok
Hapuskalo orang luar kerja di kita gajinya selangit
kebalikannya tki gajinya seuprit..
yach....begitulah pak SBY, aku sendirisebenere jg gak begitu setuju dengan perminta maafan pak SBY koq deku2 karo wong asing sik jajah kekayaan kita...... wkkkk
BalasHapusaku ga milih ikih...
Hapus