15 Agustus 2007

Benarkah Tuhan Bisa Marah

Baru saja saya membaca suatu blog menarik yang membahas masalah Kemarahan Tuhan terhadap umatnya. Saya tulis comment disitu bahwa Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang. Tidak mungkin Tuhan marah. Baik atau buruk manusia tidak ada untung atau ruginya buat Tuhan. Untuk apa Tuhan marah?

Ternyata komentar saya berlanjut dan akhirnya kita berdiskusi (ehem…) lewat YM. Walau ada perbedaan pendapat yang mendasar dan kami saling berpegang teguh pada pendirian masing-masing, tapi komunikasi kami tetap berjalan damai dan tidak saling memaksakan. Indahnya kebebasan berpendapat...

Ada satu garis besar yang bisa saya kutip dari teman baru saya itu. Tuhan marah karena umat sudah mulai melupakan-Nya. Umat sudah mulai melanggar semua firman-Nya. Sudah saatnya kita semua insyaf dan bertaubat agar kemarahan Tuhan mereda.

Sebagai seorang yang hidup di lingkungan agama yang ketat, saya pun sependapat dengan dengan tujuan akhir kata-kata teman saya. Hanya saja mungkin saya dibesarkan di bidang teknik sehingga saya lebih berpikir secara teknis pula, tanpa mengesampingkan kuasa Tuhan.

Saya sampaikan pendapat saya.

Semua bencana itu bukan salah Tuhan. Tuhan tidak pernah murka. Tapi salah manusianya yang tidak bisa mengkaji firman-Nya dan hanya bisa sekedar memuji “tanda-tanda kebesaran-Nya” tanpa mau mengkaji lebih dalam ada apa sih di dalam sebagian tanda-tanda itu.

Tuhan telah memberi kita hidup di daerah yang merupakan rangkaian pegunungan paling aktif di dunia. Kita hidup di atas pertemuan 3 lempeng tektonik. Kita hidup di daerah kepulauan dengan garis pantai terpanjang. Wajar kalau negara kita banyak musibah gempa, tsunami, gunung meletus dll.

Bila kita memang umat yang percaya pada tanda-tanda kebesaran Tuhan, seharusnya kita bisa mempelajarinya dan kita siapkan antisipasinya. Bukan saling menyalahkan yang buntut-buntutnya berusaha mengambil keuntungan dari semua musibah itu. Setelah semuanya buntu, kita menyalahkan Tuhan. Tuhan marah kepada kita.

Seringkali kita hanya mengenal Tuhan hanya dari Kitab Suci. Kitab Suci hanyalah sebuah buku yang berisi firman dan panduan bagi umat dalam menjalani kehidupan. Janganlah kita terlena dan melupakan adanya Kitab Suci lain yang lebih besar. Alam raya dan seisinya adalah Kitab Suci. Tuhan menciptakanya untuk kita.

Pemahaman-pemahaman terhadap kata-kata Tuhan dalam Kitab Suci yang kadang hanya sepotong-sepotong malah membuat kita lupa apa tujuan Tuhan menyampaikan firmannya dan malah menciptakan masalah kehidupan yang lebih besar.

Contohnya begini:

Kita merasa dilaknat agama bila melakukan onani atau masturbasi, padahal tidak melanggar hukum. Tapi karena merasa untuk perbuatan kecil saja sudah harus menanggung dosa kenapa tidak membuat kejahatan yang besar sekalian. Toh sama-sama masuk neraka. Akhirnya tanpa sadar orang tersebut akan semakin meningkat tingkat kejahatannya karena tidak adanya titik belok yang tepat.

Seorang wanita melakukan hubungan seksual dengan pasangan prianya diluar pernikahan resmi yang disyahkan agama dan merasa malu. Sangat malu, sebab agama melarang perbuatan ini, dan yang lahir akan di-cap sebagai anak haram! Padahal orang-orang mengenal cewek ini sebagai cewek yang taat beragama, lalu kenapa sampai hamil?

Maka muncul dikepalanya cara untuk menggugurkan kandungan, agar orang tidak tahu kalo dia hamil. Akhirnya dia menjadi seorang pembunuh hanya untuk menyelamatkan “harga dirinya” dari malu agama yang akan terjadi!

Maka kini kita lihat dari sisi kemanusiaan:

Sex adalah perbuatan manusia yang tidak melanggar hukum selama dilakukan senang sama senang tidak ada paksaan didalamnya dan yang melakukannya sudah dewasa. Nafsu sex tidak untuk dihilangkan, tetapi dikendalikan, sebab tanpa nafsu sex dan alat kelamin, manusia tidak akan tertarik dan tidak bisa untuk membuat keturunan.

Berapa banyak dan berapa kali pornografi baik berupa gambar maupun video yang mampu mencegah terjadinya pemerkosaan? Sebab tanpa melihat gambar dan video pornopun, seorang remaja yang sudah matang secara seksual akan menjadi penuh kantong spermanya (bila pria) pada saat tertentu.

Pria ini akan menggagalkan pemerkosaan yang akan dilakukannya bila dia telah melihat gambar dan video porno hingga solo sex (onani), hingga nafsunya telah teredam sebelum turun ke jalanan dan mencari mangsa wanita yang sedang sial untuk diperkosa karena nafsu sex yang tidak tersalurkan lewat gambar dan video porno?!

Apa hukuman bagi pemerkosa? hukuman mati? hukuman mati tidak sesuai dengan Hak Asasi Manusia. Dan hukuman mati membawa masalah baru, sebab si pemerkosa pasti akan membunuh korbannya sebab tidak ingin ketahuan.
Melakukan sex sendiri seperti onani, mastrubasi, memakai alat vibrator tidak melanggar hukum dan baik untuk mental dan kesehatan, daripada ke tempat pelacuran atau memperkosa!

Memang ada pedoman dari agama yang saya anut untuk menghindari semua itu. Berpikir dan beraktivitas secara positif, berpuasa dan menikah. Sekilas sederhana tapi dalam kehidupan nyata semua itu kadang sulit sekali dilakukan, apalagi di era global seperti sekarang ini. Bagi anda yang agamis mohon maaf, tolong telaah semua ini dengan menanggalkan posisi anda sementara dan lihatlah kehidupan nyata di sekitar kita. Sulit sekali dalam praktiknya kan?

Bukan maksud saya menyimpang dari pokok bahasan. Saya mengambil contoh masalah sex, sebab menurut pikiran saya bidang itu yang selalu menarik untuk dibahas sepanjang jaman.

Kembali ke masalah kemarahan Tuhan.

Kalau kita memang berpikir Tuhan itu bisa marah, ada baiknya kita berpikir secara menyeluruh. Seberapa besarkah kemarahan Tuhan kalau saya onani dan seberapa besarkah kalau saya memperkosa orang lain.

Agama itu pedoman untuk menjadi lebih baik. Agama itu tidak memberatkan dan fleksibel sepanjang masa. Bagaimanapun gaya bahasa Kitab Suci pasti mengarah pada produk-produk masa lampau yang kadang kurang sesuai dengan masa sekarang. Untuk itu kejelian para ahli tafsir sangat diperlukan. Ada baiknya ahli tafsir juga berdiskusi dengan orang-orang fisika, kimia, biologi dll sebelum mengeluarkan tafsirnya. Tak ada yang salah bila tafsir Kitab Suci berisi kajian mekanika quantum.

Jadi pada intinya kita akan kesulitan memaksakan pola pikir masa lalu untuk diterapkan di masa kini. Berpikir modern didalam jalur Tuhan, sepertinya itu jalan yang lebih tepat. Sehingga agama tidak dianggap usang oleh anak-anak sekarang yang selalu mengatakan gue anak gaul neh. Dengan memberikan pemahaman yang sesuai dengan pola pikir mereka dan tidak sekedar mengatakan Tuhan sedang marah, akan lebih mudah mereka mencerna dan menerima cara hidup di jalan Tuhan.

Tuhan Tidak Pernah Marah...

Wallahu a’lam bisshawab

Ini sekedar opini...


3 comments:

  1. Semua yg baik berasal Dr Tuhan, dan yg jahat bukan berasal Dr dia melainkan si fasik (iblis) .... Mau mengenal dengan baik Tuhan kita? Rajin2 baca kitab suci, dan minta sm Dia, pasti dikasi jawabannya jd bukan hanya Dr kepintaran kita saja :)

    BalasHapus
  2. Yes...amin!!!
    Tuhan baik, sangat baik dan teramat baik!!!

    Lets share, monggo mampir ke Blog ane ya 'Gan :

    http://bandunggrace.wordpress.com/2012/04/15/kasih-karunia/

    BalasHapus
  3. Anda mau bicara tentang sex seperti pemahaman anda? baiklah kalo begitu. Bagaimana menurut anda:
    Jika ibu anda suka sama suka melakukan hubungan sex bebas dengan saya? dan karena keenakan hal ini dilakukan terus menerus? bukankah itu boleh menurut anda? karena dasarnya suka sama suka?

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena