12 Agustus 2007

Operasi Software Bajakan

Sore tadi temenku pemilik warnet datang ke tempat aku. Dia cerita katanya baru didatangi seorang pejabat reserse kepolisian setempat. Pejabat tersebut ga ngapa-ngapa sih, cuma nanya-nanya soal komputer kalo dioperasi tuh apanya saja?

Aku jadi inget cerita temen-temen komputeran dari Purwokerto beberapa waktu lalu, yang heboh karena ada operasi software oleh pihak kepolisian setempat. Banyak temen yang tutup dan terancam bangkrut karena modal paspasan plus hasil ngutang.

Beberapa minggu kemudian setelah suasana tenang, temen-temen dikumpulkan. Disarankan untuk membuat semacam asosiasi yang buntut-buntutnya adalah setoran dengan jumlah tertentu kepada pihak tertentu. Siapapun yang masuk asosiasi tersebut akan aman membuka kembali usahanya.

Aku jadi sedikit berpikir, operasi itu tujuannya sebenarnya apa?
Mengapa dengan ikut masuk anggota asosiasi jadi aman termasuk menggunakan windows bajakan? Bukankah ini melegalkan penggunaan software bajakan yang seharusnya diberantas melalui operasi tadi. Kontradiksi….

Kembali ke cerita temanku sore tadi

Aku jadi inget waktu ada pertandingan sepak bola di kampung aku. Saat penonton tawuran ada petugas yang aku tanya. “Pak, kenapa didiamkan saja tidak segera ditangani.”
Beliau menjawab, “Personil kita sedikit tidak mungkin menangani massa sekian banyak”
“Tapi kan keamanan sudah tanggung jawab bapak?”
“Ada semacam panduan tidak tertulis, mas. Sebelum mengamankan orang lain, amankan dulu diri sendiri. Kalau kita saja posisi tidak aman, bagaimana bisa kita mengamankan orang lain,” begitu penjelasan beliau.
Waktu itu aku cuma manggut-manggut.

Tapi ucapan itu sekarang kembali terngiang di telingaku.
Mengapa sekarang beliau-beliau ingin menertibkan software bajakan kalau di instansinya saja semua windowsnya bajakan? Aku bisa bicara begitu karena polsek-polsek sekitar sini service komputernya aku yang mengerjakan

Kalau saja pelaksanaannya seperti yang dilakukan pihak Karya Cipta Indonesia beberapa waktu lalu ke counter-counter seluler, aku setuju. Dimana yang masuk ke ruangan adalah personil dari KCI, polisi hanya mengawal saja.

Lha, ini…
Mau operasi saja masih harus bertanya-tanya apa saja yang bisa diperiksa, apa ya begitu Polisi Indonesia itu. Apakah tidak ada pelatihan dari lembaga tingkat yang lebih tinggi? Padahal sesuai hadist nabi, kalau pekerjaan diberikan kepada orang yang tidak tahu bidang itu, maka hancurlah…
Apalagi kalau terus harus bikin asosiasi, dst dst….

Beginikah Indonesiaku di usia 62 tahun ini?
Sampai kapan…?

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena