31 Desember 2016

Catatan Akhir Tahun

#Semua Umur

Ini pergantian tahun kedua dalam posisi nganggur...

Pergantian tahun kemarin bisa dibilang yang pertama aku jalani di Jogja, setelah selama 5 tahun terakhir di tengah pedalaman Kalimantan terus.

Semestinya sih masih di Kalimantan...
Pasca resign dari tambang pertengahan 2015, aku mencoba peruntungan di Banjarmasin bareng teman. Namun nasib rupanya belum berpihak dan menjelang akhir tahun aku putuskan menutup usaha lalu pulang ke rumah.

Awal tahun sempat menjadi karyawan lagi. Ambil kontrak pendek 3 bulan doang karena niatnya cuma buat refreshing sebelum memulai usaha baru.

Menjelang ramadhan aku ke Bandung bikin persiapan bareng teman-teman eks tambang dan setelah lebaran resmi memulai bikin startup IT yang bergerak di bidang software setelah sebelumnya di Banjarmasin mencoba main di infrastruktur.



Walau merangkak, namun perjalanan lumayan mulus. Menjelang akhir tahun saja kondisi agak repot gara-gara sedikit salah perhitungan cashflow terlalu banyak masuk ke riset.

Kondisi sulit di akhir tahun tak aku anggap masalah biarpun kepala cenut cenutnya minta ampun. Begadang malam pergantian tahun pun aku jalani di kantor bareng tim untuk mempersiapkan rencana awal tahun biar segera bangkit dari keterpurukan.

Selamat tahun baru 2017
Tahun yang menjadi berkah bagi semuanya...

Read More

24 Desember 2016

Ambisi Juara

#Semua Umur

"Siapa sih yang ga kepingin anaknya jadi juara..?"

Ungkapan hati yang sering aku dengar dari ibu-ibu yang dampingi anaknya di tempat latihan meroda dan itu benar sekali. Bermacam dukungan mereka lakukan dari sekedar teriak-teriak kasih semangat sampai siapin dana lebih buat bayar pelatih privat.

Ada yang agak kebablasan...
Obsesi anaknya jadi juara diraih dengan cara turun kelas. Sah dan tidak melanggar aturan memang. Namun buatku strategi cerdik itu terasa kurang mendidik.

Aku belajar dari Citra...
Setelah beberapa kali ikut kompetisi dari lokal sampai nasional selalu juara 1, ada yang sedikit berubah dalam latihannya. Ketika aku tanya kenapa, jawabnya, "merodaku kan sudah kencang, yah..."
#Manusiawi...

Kompetisi di Magelang kemarin...
Banyak atlet kelas standar turun di kelas pemula demi piala. Bahkan kontingen dari India, atlet kelas speed ikut nimbrung. Pake sepatu speed pula. Sama saja anak SMA ikut ujian SD...

Yang aku lakukan sebaliknya
Usai balapan di kelas pemula, Ncit aku ikutkan di kelas standar.

Satu dua teman yang mempertanyakan, "balapan standar pake sepatu pemula apa bisa menang, pak..?"




Dan itu benar...
Dari 9 anak yang balapan dalam satu race, cuma si Ncit yang pake sepatu pemula dimana ukuran rodanya lebih kecil kurang bisa dibawa kencang. 

Hasilnya memang tidak bisa juara dan nongkrong di posisi ke 5. Tapi dengan itu aku bisa bilang ke dia, "berarti mbak latihannya masih kurang..."

Biar kekalahannya tidak bikin berkecil hati, aku tambahin, "tapi mbak hebat loh. Pake sepatu pemula bisa kalahin 4 atlet kelas standar. Kalo pake sepatu standar, pasti menang. Besok dibeliin tapi harus semangat latihan, mau..?"

Beberapa kali latihan pasca kompetisi Magelang, ibue laporan kalo Citra kembali semangat. Tinggal aku yang mumet mikirin anggaran beli sepatunya...
#Mondol

Read More

Foto Seribu Tiga

#Semua Umur

Selalu ada teman yang mengeluh minder foto-foto jepretannya kurang bagus. 

Padahal ga harus gitu kali...
Foto itu tentang seni yang tidak punya patokan pasti. Bagus atau jelek itu tergantung pemirsa melihatnya dari sisi apa, minat, hubungan sosial, mood dan juga isi dompet...

Soal menuhin hardisk, kayanya itu suratan takdir semua tukang jepret. Jaman digital seperti sekarang beda dengan jaman kamera analog dimana mikir panjang sebelum njepret jadi kewajiban, mengingat keterbatasan jumlah frame dalam satu rol film dan menyangkut biaya.

Tukan jepret senior sekalipun, kebanyakan obral murah urusan tekan tombol shutter. Sampe rumah baru dipilih pilih mana yang layak tayang mana yang sebaiknya tekan tombol Del.

Selain soal skill, insting dan feeling, foto yang menurut orang banyak hasilnya bagus itu lebih banyak karena unsur pilihan. Cari hasil yang terbaik, crop atau edit sana sini baru upload. Sementara isi hardisk yang lain kita tak pernah tahu.

Aku sendiri nasibnya sama kaya judul di atas. Dari seribu kali jepret, paling banter tiga foto doang yang layak tayang. Itu pun menurut pandangan pribadi yang mungkin bagi orang lain fotonya jelek.

Jadi tak perlu kita mengeluh hardisk dipenuhi foto-foto jelek. Pilih satu yang bagus untuk diaplut dan orang lain akan anggap kita tukang jepret jempolan...

Banyakin latihan saja...
Dan keep jepret...

Read More

09 Desember 2016

Menanam Sirih

#Bimbingan Orang Tua

Mudik kemarin...
Lihat ibue Ncip punya bibit sirih di polibag, langsung aku minta buat ditanam di Bandung. Katanya itu sirih kraton. Tapi bodo amat lah yang penting namanya sirih aku pikir ga ada bedanya...

Aku perlu daun sirih sebenarnya berawal dari kebiasaan jadul. Kerjaan tiap hari mantengin layar monitor bikin mata suka terasa lelah. Simbah yang dulu ngajarin untuk merendam mata pake air rebusan daun sirih.

Kebiasaan itu agak lama terlupakan, apalagi setelah ngungsi ke Bandung. Aku pikir kalo mata lagi lelah, dibawa cuci mata ke seputaran kampus bisa bikin seger. Ternyata malah pindah ke hati lelahnya...

Namanya di kota ga kaya di kampung. Celingukan ke tempat tetangga ga ada yang nanam sirih. Nanya dimana ada yang jual, malah dikomentarin, "kaya nenek nenek aja mau nyeupah..."
#Ahelah...


Tanya ke tukang sayur, ada pencerahan, "ada di pasar Cicadas, tempat orang jual sajen..."

Baru mau bilang tengkiu
Eeeh komentar lanjutannya ga enak. "Bikin sajen mau buat penglaris apa melet anak orang, mas..?"
#Mondol...


Terakhir...
Kebetulan ada teman yang bilang lagi keluyuran seputaran Antapani, sekalian aja aku minta tolong beliin. Dan jawabannya, yess...

Begitu teman sampe dan nyerahin kantong keresek, perasaan ga enak tiba-tiba datang. Setelah buka oleh-oleh, spontan aku nanya, "ini apaan..?"

Jawabannya tanpa rasa dosa sama sekali...
"Jaman instan. Sudah ga masanya rebus daun sirih sendiri..."



Ya bener sih...
Tapi niatnya kan buat nyuci mata...
Kalo sabun sirih bukannya untuk nyuci mulut..?
#Mbuhlah...



Read More

08 Desember 2016

Buntutan Demo

#Bimbingan Orang Tua

Demo...
Aku ga pernah mikir negatif atau benci. Hanya secara pribadi saja aku tak pengen ikutan walau berlabel aksi damai sekalipun...

Bisa saja aku dianggap tak peduli "ketidakadilan" menurut versi tertentu pastinya. Namun tetap saja aku kurang suka acara rame-rame semacam itu.

Seperti dulu, ketika teman teman mengajak demo menuntut kenaikan gaji yang menurutku memang layak dinaikkan. 

Sayangnya aku lebih suka berpikir lain. Kalo pimpinan disamperin secara pribadi bilang tidak mau naikin, mending aku cari perusahaan lain yang mau bayar lebih. Karena siapa tahu, gajiku kecil karena memang kinerjaku cuma seuprit dibanding kebutuhan perusahaan. Dan buatku ini lebih fair daripada memaksakan kehendak melalui demo...

Bukan aksi demonya yang aku pikirkan, tetapi efek dominonya...

Kegiatan demo bisa saja berjalan damai, namun yakin tidak ada buntutnya? Ketika ada pengikut yang numpang anget, yakin penggagas demo itu mau tanggung jawab..?

Contohnya aksi di Monas kemarin. Aku salut saat demo tidak terjadi hal-hal yang tak diharapkan. Menjadi tidak salutnya ketika ada yang terinspirasi. Merasa kelompoknya lagi di atas angin, arogansi muncul. Hal serupa mereka lakukan karena merasa benar dan dibenarkan oleh banyak pihak.



Buntut pertama kelihatan di Bandung...
Acara Natal dibubarkan dengan alasan gedung ITB adalah fasilitas umum. Menurutku ini mengada-ada. Gedung mereka bayar sewa dan tidak mengganggu lalu lintas masyarakat. Mengganggu mana dengan acara di Monas yang meluber ke jalan raya yang begitu padat..?

Buntut kedua terjadi di Jogja...
Panitia penerimaan mahasiswa UKDW dilarang pasang spanduk atau bikin brosur dengan model perempuan berhijab. Kalo memang orang muslim harus sekolah di sekolahan muslim, ya banyakin sekolahnya dan perbaiki kualitasnya, jangan jadi sontoloyo...

Arab Saudi saja yang Islamnya mestinya Islam banget banyak kasih beasiswa untuk belajar ke universitas di Eropa atau Amerika. Aku malah belum dengar mereka kasih beasiswa untuk belajar di UIN. Makanya aneh kalo di sini, belajar di sekolahan kafir terus dilarang-larang.

Buntut selanjutnya ditunggu saja...

Mungkin akan berlanjut lebaran nanti
Dilarang shalat Ied di lapangan karena itu fasilitas umum...

*Sengaja pake gambar ga nyambung
 Takut ada orang nista yang merasa ternistakan...


Read More

06 Desember 2016

Gagal Fokus

#Semua Umur

Lanjut lagi ah bahas jepret balapan...

Di lintasan rame penonton, masalah lain adalah obyek cenderung tenggelam oleh penonton di latar belakang. Skinsuit atlet biasanya berwarna menyolok, tapi penonton dan spanduk seringkali tak kalah ngejreng.

Bisa diakalin pake bukaan lebar, biar ruang fokusnya tidak terlalu lebar, sehingga obyek bisa tajam dengan background blur alias bokeh.

Repotnya ini acara balapan dimana pergerakan obyek cenderung cepat. Waktu tersedia antara proses mengunci fokus dan ngejepret relatif sempit. Lebih-lebih kalo jepretnya dari arah garis finish, telat jepret setengah detik saja obyek sudah keluar fokus. Apalagi sampe telat 3 bulan, judulnya sakit kepala akut...

Bisa sih pake mode Sport atau fokus diset ke AI Servo dimana fokus tidak terkunci total tapi mengikuti pergerakan obyek. Namun ini juga tak selamanya mudah karena dalam menentukan fokus, kamera biasanya cari obyek paling menonjol terutama soal warna. Tak jarang kamera salah baca. Kita maunya jepret si A, kamera malah fokus ke si B...



Kasus salah baca ini tak cuma menimpa kamera
Tukang jepret juga kadang salah fokus kok...



Ribet tapi justru di situ asiknya...

#Keep Jepret

Read More

Jepret Balapan di Lintasan Sempit

#Semua Umur

Masih tentang jepret acara olah raga balapan...

Kalo sebelumnya jepret berpanas ria di tempat terbuka, kali ini di tempat teduh tapi penonton rame di sisi lintasan yang sempit memanjang.

Dalam kasus ini, posisi paling nyaman untuk ambil gambar adalah di garis finish. Jepret dari samping bakal repot karena ruang jepretnya sempit. Nongkrong di garis start lebih tidak direkomendasikan, kecuali memang diniatkan mau jepret pantat atlet...

Sangat bagus bila posisi penonton jauh dari garis finish. Kalo penontonnya mepet garis, itu masalah. 

Misal di lintasan lomba kelas 100 m, pake lensa 55 - 250 mm, posisi atlet dari garis start sampai pertengahan lintasan masih oke di frame. Begitu mendekati finish, obyek sudah tidak terkejar lagi lensanya kepanjangan.

Alternatifnya harus siapin 2 kamera, satu pake lensa tele satunya berlensa lebar. Biaya tinggi...

Ada satu lagi masalah dengan penonton saat jepret di lintasan terbuka. Atlet ancang-ancang di garis start, kita pun tak mau kalah ambil posisi dengan sudut jepret yang kira-kira paling baik. Baca bismillah sampai 7 kali, begitu pencet tombol jepret, eeeh ada emak emak tanpa dosa nyelonong di depan moncong kamera...



Kepiye..?

Read More

05 Desember 2016

Jepret Balapan Di Siang Bolong

Memotret acara sepatu roda di siang bolong itu gampang gampang susah...

Kondisi yang terang benderang adalah kabar baiknya. Bukaan lensa bisa pake yang sempit agar gambar tajam di jarak dekat dan jauh, kecuali memang mau bikin foto KTP ganjen full bokeh

Kecepatan bisa dinaikan setinggi mungkin untuk antisipasi gambar ngeblur karena gerakan obyek. Juga tak perlu takut gambar bakalan pecah gara-gara ISO nya ketinggian.

Susahnya, terik matahari bikin nilai kontras jadi tinggi. Level pencahayaan di bagian obyek yang terkena matahari langsung dan yang tertutup bayangan sangat jauh perbedaannya. 

Jepret orang bisa bikin wajahnya keliatan separo doang. Salah-salah malah dikira bajak laut bermata satu...

Untuk itu, persiapan cari posisi jadi hal yang wajib. Paling umum sih dengan membelakangi matahari agar wajah obyek relatif berada di posisi terang. 

Hal lain yang perlu disiapkan adalah sarapan yang kenyang dan bawa air minum. Berjemur ria bakal banyak menghabiskan cairan tubuh alias cepat haus. Topi dan pakaian lengan panjang jadi hal yang wajib kecuali lagi pengen menghitamkan kulit. 



Mata pun sebenarnya harus dilindungi dari paparan sinar UV. Tapi kalo ketauan penggemar, sibuk jeprat jepret sambil berkacamata hitam kira-kira bakal dipuji apa dihujat..?

#KeepJepret

Read More

29 November 2016

Sang Juara

juara sepatu roda
#Semua Umur

Beberapa waktu lalu ibue laporan lewat telpon, "anak-anak habis ikut lomba di Kulon Progo. Dua duanya dapat juara 1 di kelas 50 dan 100 meter pemula..."
#Alhamdulillah...

Kemudian awal bulan ibue nelpon lagi, minta aku pulang untuk anterin anak-anak ikut kompetisi sepatu roda di Stadion Kanjuruhan Malang. Tanggal 10 aku pulang ke Jogja naik kereta dan besok paginya jadi sopir tembak ke Kepanjen.

Sama dengan even sebelumnya di Wates, Ncit dan Ncip ikut kelas 50 dan 100 meter pemula. Hasilnya Citra dapat juara 1 lagi sedangkan Cipta juara 2.

Seusai penyerah medali, si Ncip ribut minta hadiah es krim. "Es krimnya dua lho, yah. Kan aku juara 2..."
#KokBisa..???

Sampe ke hotel aku ajak si Ncip bicara, "Dede kenapa engga juara 1..?"
"Kan kemaren udah juara 1, makanya sekarang juara 2 aja. Besok kalo lomba lagi mau juara 3..."
#PiyePiyePiye..?

Penasaran aku tanya lagi, "kenapa pengen juara 3, de..?"
"Biar dibeliin es krimnya 3, horeee..."
#NgemutSepatu

inline skate malang cup


Masih bingung mau ngomong apa, si Ncit nyamperin, "hadiahku mana, kan juara 1, yah..?"
"Mbak pengen apa..?"
"Mau sepatu baru, horeee..."
"Kan sepatunya masih bagus, mbak..."

Ibue yang nyahut, "pelatihnya bilang mbak sudah masanya naik ke kelas atlit. Sepatunya harus ganti yang speed, bukan sepatu pemula lagi..."
"Oooh... Ya udah beliin aja, bu. Buat anak apa sih yang engga..."
#SosuitKan..?

Ibue cuma nyengir, "emang punya duit..?"
"Engga sih. Beli di Gramedia aja biar bisa gesek. Cuma 600 ribu doang..."
#SesekaliNyombong

"Enamratus mah sepatu pemula kali yah..."
"Yang speed emang berapa..?"

Ibue ga jawab, malah nunjukin wasap dari pelatih Citra...

harga sepatu takino
#Hening...

Sambil mikir kalo yang satu sepatunya baru
Satunya lagi bakal guling-guling apa engga..?

Dan ternyata...

takino racing indonesia


Read More

28 November 2016

Sepatu Roda

inline skate jogja
#Semua Umur

Dulu...
Aku taunya anak-anak di rumah hobinya main sepeda. Tiap pulang sekolah langsung ngacir dengan sepeda masing-masing bikin ibue mumet mencari-cari bila sampe gelap belum pulang.

Kasian liat ibue repot, tiap pulang aku suka coba ajak mereka ngobrol. Tapi ya gitu deh. Ngeyelannya anak sekarang kayaknya bukan tandingan pola pikir ortu jadul. Aku coba bilangin, "main sepeda boleh tapi jangan kesorean ya..."

"Enak kalo sore engga panas, ayah..."
"Iya, tapi jangan sampe maghrib. Mbah bilang sore itu sandekala..."

Belum kelar ngomong udah dipotong, "ya iya lah, ayah gimana sih.? Sore ya sandekala, kalo pagi namanya sandemorning..."
#HowalahMbahmu...



inline skate yogyakarta


Kayaknya kebetulan ketika sepeda si Ncit rusak. Ibue yang pernah hobi sepatu roda coba nawarin anaknya dan ternyata tertarik. Aku tanya ibue, "emang ga repot main sepatu roda di tanah atau paving blok..?"

"Ke stadion atuh, yah..."
"Malah jauh antar-antarnya dong..?"
"Udah didaftarin ke club. Cuma 3 kali seminggu ga perlu tiap sore nyariin. Anak ada yang latih, ibu-ibunya bisa ngegosip. Siapin aja buat bayarnya tiap bulan per anak 350 ribu bla bla bla.."
#PuraPuraBudek


Tapi lihat mereka semangat berlatih
Semua itu terbayarkan kok...

Walaupun perabotan rumah harus disingkirkan...
Buat mereka yang lagi semangat berlatih...
Di dalam rumah sampe larut malam...
#GantiOliTertunda


Read More

27 November 2016

Baca Buku

#Semua Umur

Masih tentang buku...
Tiap kali pulang cuti, ajak anak-anak ke toko buku pun sudah jadi kegiatan rutin. 

Menurut teman, anak-anak dikasih buku itu boros. Satu buku paling dibaca beberapa kali udah bosen. Tak jarang malah disobek-sobek buat mainan. Lebih hemat beli tablet murah meriah. Bermacam aplikasi pembelajaran anak tinggal donlot

Sebenarnya aku setuju...
Namun aku rasa, baca buku itu bagus untuk anak-anak berlatih fokus pada yang dihadapi. Aplikasi gratisan memang bejibun di app store. Sayangnya sering menyelipkan iklan dan bikin perhatian anak beralih.

Sering aku lihat anak-anak lagi bermain apa, begitu iklan lewat langsung diklik lalu lupa mainan semula. Biar kata yang dibuka selanjutnya masih aplikasi edukasi, tetap saja sudah pindah ke lain hati. Tak masalah anak-anak ganti permainan, tapi bukan karena tergoda iklan, melainkan permainan pertama sudah selesai misinya.

Aku juga berkaca pada diri sendiri...
Saat buka google cari sesuatu yang berkaitan dengan masalah teknis di pekerjaan, tak sekali dua kali niat awalnya itu ga kesampean malah baca yang lain-lain. Apalagi kalo ada potongan majalah dewasa yang nyelip di hasil pencarian, cerita akhirnya bisa ditebak.

Memang bisa diakalin
Donlot ebook trus putusin internetnya. Tapi pegang semarpun ga nyambung internet, rasanya kaya boker engga cebok. Tetap saja gatal buat nyambungin lagi kepikiran siapa tahu ada notifikasi medsos masuk.

Misiku dengan buku cuma untuk melatih fokus doang. Bukan mengajarkan anak-anak antipati terhadap produk digital. Toh ada juga buku yang selalu aku punya tapi paling males buka-buka. Lihat isinya beneran bikin sedih sampe nyesek di dada. Judulnya buku tabungan...

Semoga cuma aku yang begitu...


Read More

Buku dan Koran

#Semua Umur

"Jaman online masih saja beli buku..."

Itu celetukan lazim yang aku terima dari teman tiap kali lihat aku borong buku. Tak cuma itu. Saat baca buku di kereta atau bandara pun kadang ada yang komen, "kenapa ga beli tablet saja kan praktis, mas..."

Paling banter cuma nyengir sambil jawab, "ga suka tablet, lebih enak yang sirup..."

Jaman memang sudah berubah termasuk dalam hal informasi. Dulu sering kita bingung mencari info. Biar ga gaptek, mau ga mau harus baca buku. 

Sekarang info bejibun mudah didapat ternyata tak bikin hidup jadi mudah. Blog dan medsos gratisan membuat orang leluasa mengeluarkan pendapat tanpa harus mikir biaya. Informasi masuk terlalu banyak bikin bingung mana fakta mana yang hoax.

Menyikapi hal itu, aku kembali lari ke buku... 

Walaupun hoax juga bisa disampaikan lewat media cetak, namun aku yakin tak akan terlalu banyak karena bikin buku butuh biaya. Paling tidak pembuat hoax kacangan relatif jarang yang pake media buku buat ngoceh ga jelas ala pesbuk.


Selain buku, aku juga langganan koran...
Tetap ada yang komen buang buang duit mengingat web berita sekarang sangat mudah diakses.



Alasanku tak jauh dari soal buku... 
Media yang satu grup, misalnya Kompas, pun sering beda akurasi antara media cetak dan online-nya. Ini bisa dimengerti karena media online seringkali pengen dibilang paling up date sehingga lebih mementingkan kecepatan ketimbang keakuratan fakta. Paling-paling dalihnya, "kalo ada perkembangan baru gampang dikoreksi..."

Ga salah pendapat itu...
Tapi bikin masalah mengingat banyak teman kita yang kagetan dan gumunan. Baca satu berita yang dia pikir heboh langsung sar ser sar ser tanpa cross check. Rasanya menahan diri memastikan beritanya benar apa engga jarang ada dalam kamus kita. Alasannya apa lagi kalo bukan pengen dianggap paling update...

Kayaknya sih begitu...

Read More

18 November 2016

Panjang Usia

#Semua Umur

Tiap kali pulang ke kampung ortu, sowan ke mbah buyut dengan misi utama memotretnya bersama anak-anak menjadi keharusan.

Aku anggap penting karena beliau adalah kakeknya ibuku. Menyatukan simbah dengan keturunannya yang terpisah Lima Generasi dalam satu frame adalah hal yang langka di jaman ini. 

Saat aku aplut foto di medsos, begitu banyak yang komentar semoga panjang umur. Tak kurang-kurang yang mengecam ketika aku bilang siapa tahu itu foto terakhir beliau yang bisa aku jepret.

Mungkin benar aku kurang ajar 
Berharap beliau panjang umur juga bukan hal yang buruk

Namun apa yang simbah selalu ucapkan setiap aku datang teramat bertolakbelakang dengan pemikiran kebanyakan orang. Beliau justru sering bertanya, kapan malaikat maut datang menjemput biar bisa berkumpul dengan eyang putri di sana. 

Berkah panjang usia membuatnya kesepian di tengah dunia yang makin hingar bingar. Jangankan teman sebaya, yang satu generasi di bawah beliau saja tinggal satu dua yang masih ada. Itu sebabnya simbah memilih menyendiri di gubuk reot di tepi hutan ketimbang tinggal bersama cucunya.

Yang menarik...
Bila ada cucu buyutnya yang datang ngasih uang, selalu beliau kumpulkan di bawah bantal. Tiap kali aku datang uang itu diambil lalu disodorin sambil bilang, "kasihin ibumu buat beli kain mori kalo nanti mbah mati. Sisanya bagikan ke orang ga punya..."




Pesannya yang lain, "ga usah pasang nisan. Ada duit mending buat yang hidup. Yang sudah mati biarkan hilang jadi tanah biar kalian tidak nyembah-nyembah kuburan simbah. Kalo mau mendoakan cukup dari rumah saja..."

Dan aku selalu kehabisan kata setiap kali itu terucap...
Umur panjang ternyata tak selalu diharapkan...

Sing sehat yo, mbah...

Read More

Menunggu Hidayah

#Semua Umur

Buset dah...
Ga terasa kemalasan nulis sudah masuk tahun ketiga dan tahun ini paling parah. Kalender sudah mau berganti, jurnal baru 17 biji...

Dulu dulu mendingan...
Males nulis tapi masih suka keluyuran ke blog temen. Sekarang boro-boro blogwalking, blog sendiri saja ga pernah terjamah. Blog Asal Jepret pun senasib, sampai-sampai kebiasaan kemana-mana bawa kamera turut terlupakan. 

Padahal online jalan terus. Bandwidth ga pernah kekurangan. Indihome pake 25 mbps yang lumayan ngacir. Koneksi di hape pun sama ngacirnya pake 4G sampe kuota "turah-turah" bisa nyisa bergiga-giga saat habis masa berlaku paket.

Bahan tulisan sebenarnya ga kurang-kurang. Apalagi sekarang sudah berada di tengah peradaban. Atau justru itu masalahnya dan harus balik ke hutan lagi biar kembali "sregep" nulis..?

Embuh ah...
Semoga hidayah segera datang
Hidayah ga mau nyamperin, Hidayati juga boleh lah...


Read More

23 Juni 2016

Anak Anak Ikut Belanja

#Bimbingan Orang Tua

Bersama anak-anak memang tak pernah ada habisnya. Jurnal sebelumnya soal Nonton Film, sekarang tentang ikut ke mall...

Ikut ke market baik super ataupun mini, Cipta ga banyak permintaan tapi harus. Minta apa kalo ga dibeliin, sampe besok bakalan dibahas terus. Kalo nasib lagi baik, siap-siap aja dikasih senyum sama  SPG gara-gara liat yang guling guling di lantai.

Ga susah sih...
Paling beli mainan dan ga pilih pilih banget. Dikasih yang murahan juga diem yang penting mainan dan cukup satu. 

Kecuali Citra ikut...
Ncip anaknya ga pernah mau kalah. Jadi biar mainan dia sudah di tangan, asal liat mbaknya beli apa dia ikut ambil. Ncit ambil satu, Ncip ambil dua dan seterusnya...

Namun ketentuan beli satu mainan itu ada syarat berlakunya. Kalo sampe pindah mall, ya harus beli lagi satu. Makanya, perlu belanja sesuatu ajak si Ncip, harus pastiin dulu barangnya ada di satu lokasi. Sampe 4 kali pindah, mending sekalian tokonya dibeli...


Beda dengan Citra...
Dia sudah banyak keinginan dan pinter pilih-pilih. Berangkat aja belum, aspirasinya sudah keluar, "ayah ke ampas aja aku mau beli buku gambar di gamed..."

Dan persis bapaknya...
Sampe Gramedia segala buku diambil tapi tau mau dibaca apa cuma jadi bantal. Untungnya si Ncit relatif bisa diarahkan dalam milih buku. Ga cukup satu nya itu yang belum bisa diatur.


Ditimbang-timbang tingkat kerepotan keduanya memang hampir sama. Tapi kalo ke mall aku lebih suka bareng si Ncip ketimbang mbaknya. Bukan di soal belanjanya, melainkan kalo mereka kebelet pipis.


Dua anak itu sama, ke toilet maunya ditemenin ke dalem. Dengan si Ncip ga ada masalah. Sama si Ncit, aku selalu bingung kalo dia komplen, "aku kan cewek, masa pipis ke tempat cowok..?"

Lha rumangsane aku disuruh masuk ke toilet wanita po..?

#WomanAlwaysRight...


Read More

22 Juni 2016

Nonton Film Bersama Anak Anak

#Bimbingan Orang Tua

Baca review Finding Dory di blognya Om Dani, aku jadi inget anak-anak yang sudah mulai keranjingan nonton film di bioskop...

Dulu nemu trailer apa di yutub, cukup cariin yang full movie atau donlotin. Sekarang ga lagi bilang asik tapi, "aku mau ke ampas liat e ek wan..."

Maksudnya ke XXI di Amplas alias Ambarukmo Plaza. Dan itu kadang jadi masalah kalo pas perlu sesuatu ke Amplas, anak-anak ikut. Belanjaan belum dapet, mereka sudah ribut minta ke bioskop. 

Agak repot bila yang ikut si Ncip. Udah anaknya kalo minta apa suka guling guling, ga juga mudeng kalo bioskop itu bukan yutub. Mumet kan kalo hari gini dia ngeyel, "pokoknya aku mau nonton Minion..."

Mendingan kalo Citra ikut. Dia lebih ngerti dan bisa ngerayu adeknya sampe nurut dalam milih film. Ga kaya bapaknya yang tiap si Ncip ngadat lebih banyak garuk-garuk kepala sambil liatin mbak mbak yang jual tiket.

Tapi ngajak dua-duanya ikut juga tidak selamanya indah. Suara mereka berdua ngomentarin film lebih seru ketimbang filmnya itu sendiri, sampe bingung gimana caranya biar ga ditimpuk penonton lain pake botol akua. Belum kalo terjadi perbedaan pendapat lalu berantem...

Ajak ibue bukan alternatif...
Teorinya indah. Anak-anak dipisahin pesen tempat duduk rada berjauhan biar ga tawuran. Aku sama si Ncit, ibue sama Ncip atau sebaliknya. Yang penting jangan aku sama ibue, Ncip sama Ncit...

Prakteknya yang suka beda...
Ga usah diceritain deh, liat aja tiket di bawah...



Indahnya kebersamaan...


Read More

21 Juni 2016

Pasang IndiHome

#Semua Umur

Kantor sudah ada, kebutuhan selanjutnya adalah sambungan telepon dan koneksi internet

Pilih Dwipapuri Residence jadi posko, salah satu pertimbangannya jaringan optik Telkom ODP-nya ada di sebelah rumah dan baru ada satu kabel terpasang ke arah konsumen yang artinya jaringan masih kosong.

Nelpon ke 147 dapat penjelasan prosedur pasang IndiHome dimana telepon, internet dan TV berbayar jadi satu paket. Nawar TV nya ga usah tetap ga bisa. Akhirnya pasrah dan minta segera dipasang. Eh jawabnya, "silakan bapak ke Telkom Ujungberung untuk prosesnya..."
#Bujubuneng...

Dasar perusahaan plat merah...
Birokrasi ribet belum juga bisa ninggalin. Beda banget sama pesaingnya dari MNCPlay yang tiap beberapa hari keliling komplek bagi-bagi brosur. Salesnya rajin banget ngebujuk, "bapak cukup siapin fotokopi KTP nanti proses administrasinya sekalian kita pasang instalasi..."

Andai saja aku ga butuh nomor telepon...


Browsing cari-cari iklan sales IndiHome Bandung baru bisa diurus tanpa harus ke Telkom. Itu pun prosesnya hampir seminggu. Tapi sudahlah yang penting aku sudah punya koneksi internet dan telepon dengan nomor 022 63722055.

Cek koneksi menggunakan speedtest hasilnya oke. Baru besoknya ketahuan ada masalah. Saat buka web tertentu muncul iklan yang menyita sebagian halaman browser. Bikin repot karena web yang iklannya muncul, loading-nya lama banget gara-gara ada rikues ke cfs2.uzone.id entah web apa.

Tes pake modem Smartfren dan tethering pake flash Simpati iklan ga muncul. Iklan hanya muncul ketika pake IndiHome, artinya Telkom belum kapok juga main ads inject yang sempat rame dikomplen netizen beberapa waktu lalu.

Lapor 147 cuma dapat jawaban standar. Ngetwit bernada komplen mention ke @TelkomCare baru direspon dengan mengirim teknisi. Responnya sih bagus, tapi ngapain kirim teknisi orang di sisi jaringan ga ada masalah. Iklan itu kan setingnya di sisi sentral, bisa jadi di server DNS mereka. Tapi okelah akhirnya kelar juga walau harus nunggu beberapa hari.
#AlhamdulillahDah...




Waktu pasang, salesnya juga nawarin add on TM88. Dengan bayar 88 ribu perbulan, nelpon ke semua nomor Telkomsel gratis sepuasnya. Ini menarik buat menghemat pengeluaran inget nelpon dari hape biar sesama Telkomsel tarifnya minta ampun.

Aku nelpon ke 147 minta fitur itu dipasang. Dilayani dengan baik dan diminta tunggu konfirmasi. Aku pikir ini proses mudah, karena menurutku, secara teknis admin servernya cukup ketak ketik bentar.

Kelamaan ga ada konfirmasi, aku samperin ke Plaza Telkom dan dilayani dengan baik pula. Tapi tetep...

Inget soal iklan, aku DM ke @TelkomCare lewat twitter. Respon sama baiknya, walaupun realisasinya ya gitu deh dong ah...

Ada tiga cara yang aku lakuin sampai TM88 itu terpasang. Nelpon 147, samperin plaza Telkom dan lewat twitter. Ternyata twitter paling efektif. 

Aku tahunya yang diproses bukan yang 147 atau ke plaza Telkom, karena ketika pihak Telkom nelpon, kasih tau fiturnya aktif, si mbaknya tidak menyebut nomor telepon atau nama sesuai KTP, melainkan, "selamat siang, pak mumet..."
#TepokJidat...




Pelayanan Telkom begini aku pikir gara-gara logo. Kenapa logonya harus gambar tangan melambai, seolah-olah kalo konsumennya komplen lebih suka nyengir sambil teriak, dadaaaah....
#Becanda...

Aku lebih sreg dengan tagline lama seperti waktu aku masih gabung di sana dulu. Menurut orang Jawa, slogan Setia Melayani Anda itu pas banget dengan kenyataan mobil Telkom kemana mana suka bawa "anda" alias tangga...
#SambitPanci




Okelah...
Semoga barokah...

Catatan :
Ini murni cerita ngalor ngidul
Bukan artikel pesanan atau kompetisi
Tidak terafiliasi dengan Telkom dan segala produknya




Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena