28 Januari 2018

Ojek Tidak Mencerdaskan Bangsa


Mengakrabkan anak sekarang dengan buku perjuangannya lumayan berat. Setelah itu berhasil, ternyata dampaknya jauh lebih berat. 

Tidak diantar, takut anak mogok baca buku. Diantar, artinya libur ngojek setengah hari yang berpotensi bikin "kendhil njomplang"

Baru sadar kalo profesi tukang ojek kurang mendukung program mencerdaskan kehidupan anak bangsa di salah satu sisinya...

#OdjekBedjo
#Mumet

Read More

26 Januari 2018

Order Mumet

Terdampar di trotoar dari jam 3 sore sampai menjelang isya. Syahdunya order ditelan gerimis meruntuhkan iman para penjelajah aspal membuat mereka satu persatu beranjak pulang. Ketika pikiran yang sama mulai menggerayangi kepalaku, mendadak hape berbunyi. Yess nyantol...

Belum sempat bangkit, ada telpon masuk dan terdengar suara cewek di seberang sana, "pak cepetan paaak.."

Segera merapat ke titik jemput. Senyum, salam, sapa lalu bertanya, "buru-buru, mbak..? Jam berapa harus sampai tujuan..?"

"Pokoknya secepatnya..."

Ada ekspresi yang sulit aku gambarkan di sana. 
Wah darurat iki, pikirku. Hati-hati aku coba kepo, "kenapa, mbak..? Mungkin saya bisa bantu..."
"Gapapa, pak. Cuma nahan kebelet..."
#Yaoloohkuprett...

Segerakan berangkat sambil nahan nyengir dan perasaan jangan sampai ada yang meleduk di perjalanan. Aku coba tawarkan solusi, "ke pom bensin dulu gimana, mbak?"

"Saya ga bisa kalo ga di tempat sendiri, pak..."

Ah elah...
Ada ya yang kaya gitu..?

Okelah...
Ngebut di jalan licin menerobos hujan bukan masalah buatku. Begitu juga ketika sampai di Hartono Mall yang langganan macet parah. Aku langsung minta maaf dan bilang, "mbak saya turun dari aspal ya biar cepet..."

Ternyata itu masalah baru. 
Mbaknya mengaduh-aduh ketika motor menjundal-jundal menginjak bebatuan.

"Kenapa, mbak..?"
"Emmmau keluarrr..."
#Setdah...

Beneran dalam dilema...
Lewat jalan utama jam segini pasti macet. Lewat jalan alternatif banyak yang rusak. Lewat gang sami mawon, ada polisi yang tiduran tiap 5 meter.

Alhamdulillah...
Perjalanan yang mendadak begitu panjang akhirnya usai. 
Sampai tujuan aku tanya, "aman, mbak..?"
"Iya pak makasih banget..."

Turut bahagia liat senyumnya walau keliatan ngempet. Mbaknya melangkah ke rumah, aku lipat jas hujan dan bungkus helm pake kantong kresek. Motor sudah aku start, tapi urung tancap gas lihat mbaknya mulai kelihatan histeris gedor-gedor gerbang tanpa ada tanda-tanda yang bukain.

Aku masih diem ketika si mbak mencari-cari cara masuk rumah. Sampai akhirnya balik badan dan bilang dengan memelas, "maaf banget kalo ngerepotin, bisa bantuin saya loncat pagar ga, pak..?"
#Duuuh...

Puter otak sambil jelalatan mata liat keadaan. Pagar besi ujung atasnya lancip jelas tidak aman. Sampe rok nyangkut atau robek bisa bikin panas dingin dunia persilatan. Pagar tembok yang mirip benteng keraton rasanya lebih aman. 

Sebelah kaki aku letakkan di batu agak besar dengan lutut menekuk, "naik ke lutut saya, nyampe ndak tangannya ke atas pagar..?

Dengan wajah ga jelas antara pekewuh, ragu-ragu, takut dan pastinya nahan mules mbaknya berdiri nginjek lututku. Sip tangannya bisa menggapai bagian atas tembok. Tapi entah grogi atau memang ga pernah olah raga khususnya pull up, bukannya badan diangkat malah gimana ini gimana ini...

Kadung klebus aku bilang, "maaf ya, mbak..."
Pejamkan mata, konsentrasi, tarik nafas dalam, tahan di perut, lalu sekuat tenaga tak dorong bokongnya ke atas. Yess lolos dia...

Mak gubrak aduuuuh...
Itu yang terdengar dari balik tembok. Baru aku sadar ada sesuatu yang salah. Semestinya aku nanya dulu kondisi di balik pagar sebelah mana yang aman dari batang kayu atau benda berbahaya lain. 

Buruan ngintip lewat gerbang, "gimana mbak, ada yang luka kah..?"

"Engga, pak. Cuma ituu.. anu..."
Ucapan bercampur sedikit mewek itu tak pernah selesai. Tapi dari aromanya aku sudah bisa berburuk sangka, "paling-paling burjo moncrot huuuh..."  
#Siyal...

Nyebelin tenan...
Lebih nyebelinnya lagi, pintu rumah mendadak terbuka dan penghuninya keluar. 
Mbokyao dari tadi bu, ndak perlu kapesan begini diriku...

Akhirul kalam
Aku ijin pamitan
Nyetater motor lalu tancap gas
Sambil berbisik lirih, "mimpi apa aku nanti malam..."
#Luweeeh...

WARNING ============================
Bukan untuk konsumsi anak di bawah umur
Atau dibaca sambil ngopi
===================================== 

Read More

Calon Gubernur

Jemput penumpang di belakang Mercubuana dengan tujuan Griya Perwita. Begitu tarik gas, beliau bilang, "masuk kampus mercu saja, pak. Nanti tinggal melipir ke timur sedikit..."

"Kalo ada polisi repot nanti saya, mas..?"
"Jadi gini, pak. Polisi memberlakukan aturan jalan dibuat satu arah itu berdasarkan UU lalu lintas yang disusun demi keselamatan pengguna jalan agar tetap aman dan nyaman. Bisa dibayangkan bagaimana ruwetnya ringroad utara kalau dibuat dua arah dalam kondisi kendaraan yang sudah overload seperti sekarang. Apalagi mental masyarakat kita saat ini sepertinya sudah tergradasi, lebih mementingkan ego, tidak mau antri dan banyak hal lain yang semestinya dihindari. Tapi ya, pak. UU itu mengatur wilayah jalan dengan batasan sampai ke bahu jalan saja. Di sini tidak ada trotoar yang menjadi hak pejalan kaki, jadi di luar bahu jalan itu sudah lahan milik masyarakat yang mana UU lalu lintas tidak lagi mengatur. Sementara definisi melawan arah itu berlaku hanya untuk di wilayah jalan yang..."

"Masnya bercita-cita jadi gubernur ya..?"
"Eh gimana gimana, pak..?"
"Ndak, mas. Kita sudah sampai tujuan. Ongkosnya 2 ribu, mas..."

Wasalam klepat...
#TimbangMumet
#OdjekBedjo
Read More

25 Januari 2018

Roda Berputar

Iseng mampir di blog...
Ternyata bukan cuma penuh jamur, juga kadas, kudis, kurap dan iklan obat kuat memenuhi kolom komentar.

Rasanya sayang begitu banyak waktu terlewat meninggalkan lompatan-lompatan tanggal bahkan bulan di arsip blog. Namun sayangnya keinginan sebatas keinginan tanpa disegerakan untuk memulai bergerak. 

Waktu luang banyak wong statusnya pengangguran. Sebagai tukang ojek online, semarpun plus paket data tak pernah lepas dari genggaman. Tapi tetap saja blog terlantarkan. Waktu terluang lebih banyak dipake mantengin grup wasap atau pesbuk cari info dimana lokasi yang rame orderan walau kebanyakan statusnya palsu.

Dibilang males, di pesbuk kadang nulis panjang lebar. Perbedaan platform atau memang sudah terkena autobaiat jadi jamaah pesbukiyah?

Ah wes mbuh...
Lagi terkena dampak perputaran roda dunia ketoknya. Dimana kondisi pernulisan juga harus dijungkirbalikan. Dulu nulisnya di blog, share ke pesbuk. Kayakne gapapa kalo status-status ga jelas di pesbuk ganti di-share ke blog. 

Anggep saja lagi darurat dimana kondisi side A side B dihalalkan menjamah dunia persempakan...

Ngono wae lah...

Read More

24 Januari 2018

Pendidikan Ngeblong Bangjo Sejak Dini

Sekitar jam 6 pagi saya mengglidig mulai dari Blok O, ikuti ringroad - yang sekarang entah apa nama jalannya - sampai terminal Giwangan. Belok ke utara lewat SGM, UIN, Gejayan, UGM, balik ke selatan menuju Lempuyangan, Bonbin trus sarapan di Pasar Bantengan.

Di tiap bangjo, iseng-iseng saya ngitung pemotor yang melanggar lalu lintas. Dari yang langgar marka, tanpa helm , ngeblong bangjo atau yang nyolong start semuanya tak catet di hape. Terkecuali mbak-mbak yang “nyolong ati”, pengine dilengkapi data no wasap juga, sayange ga kesampean...

Proses kerjanya cuma berhenti di bangjo, amati sekeliling, hitung yang melanggar. Di bangjo berikutnya buka notes di hape nyatet temuan sebelumnya, baru lanjut celingukan lagi. Terakhir menggok ke burjonan, ngitung hasil pengumpulan sampel sekalian ngutang teh anget. Tercatat 148 pelanggar dan 67 diantaranya dalam posisi membawa balita mulai sekitar 3 tahunan sampai usia SD.

Dari rekapan itu, kayane boleh saya anggap 45% pelanggar orang tua yang saya temui di jalan saat itu sudah siap, ikhlas bahkan mendukung anaknya jadi tukang “yak-yakan” saat besar nanti walau di bibir mereka bilang oh nooo...

Infone, otak anak usia 10 tahun ke bawah itu kaya asbak. Pengalaman apapun diterima dan diserap dengan mudah. Kalo sejak dini secara rutin dicekoki pengalaman melanggar lalu lintas oleh orang tuanya sendiri, misal isi kepalanya sedikit mlengse mungkin mas anang pun akan bilang oh yess...

---- 

Satu tambahan lagi...
Banyak anak yang dibonceng pelanggar tadi mengenakan atribut sekolahan mahal nan ternama. Ketika orang tua yang rajin ngeblong bangjo dan sekolah bonafid plus religius berkolaborasi mendidik anak, saya jadi membayangkan satu dekade ke depan akan tercipta generasi yang pinter melanggar lalu lintas secara agamis. Kira-kira piye bentuknya, lek..?

Mbuhlah...
Malah kaya wong legan golek bolongan
Sok mikirin anak orang sampai satu dekade mendatang padahal anggaran jajan anak sendiri saja belum dapat. Mending segera selesaikan sarapan dan mikir mau mangkal dimana yang kira-kira bisa bikin kaya raya.

Dan sekali lagi...
Ini bukan survai resmi yang bisa dipertanggungjawabkan. Murni iseng karena kurang kerjaan, eh kerjaan okeh ning kurang penghasilan ding. Perbedaan rute, waktu dan amal ibadah akan mendapatkan hasil yang berbeda pula.

Mohon maaf bila kurang berkenan
Sekian dan terima kasih

Tak narik sek om/tante
Salam aspal gronjal... 

Post di ICJ (Info Cegatan Jogja)


Read More

23 Januari 2018

Katanya IT Itu Mahal #3

Yang menilai IT tanpa melihat outputnya bukan cuma orang awam. Beberapa bulan lalu, ada permintaan presentasi dari perusahaan retail apparel yang sudah lumayan punya nama. Beliau menyerahkan poin poin yang mesti dikerjakan sistem, aku hitung volume pekerjaannya lalu ajukan sederet angka.

Komentarnya pendek, "kok mahal, pak..?"

"Kalo mau murah jangan bikin, pak. Beli saja aplikasi jadi di glodok atau online. Aplikasi legal ada yang 200 ribuan. Beli bajakan, satu CD harga 50 ribu isinya banyak aplikasi..."

"Tapi itu kan aplikasi generik, pak. Customisasinya sulit. Kita butuhnya aplikasi yang spesifik..."
"Nah. Bapak bisa kan bedakan kenapa pakaian di butik sama batik kodian di Beringharjo harganya beda..?"
" Yang di pasar kan bikinnya masal..."
"Trus bedanya sama aplikasi apa..?"

Beliau diam sejenak kirain dapat pencerahan. Ternyata komentarnya masih senada, "iya sih, pak. Tapi tetap kemahalan kalo segitu..."
"Indikatornya apa..?"
"Nominal biayanya..."

Nyerah...
Wegah cari contoh kasus lain...

Masa harus diceritain soal sistem ibadah malem jumat yang kebutuhan biayanya unlimited kalo pengen aplikasi yang multitasking bisa umbah-umbah segala.

Pengen murah yo cari aplikasi generik dengan resiko susah dibawa multitasking. Kalo multiuser bisa banget, sodara...

Kira-kira begitu...

Read More

IT Kok Mahal Pak..?

Yang menilai IT tanpa melihat outputnya bukan cuma orang awam. Beberapa bulan lalu, ada permintaan presentasi dari perusahaan retail apparel yang sudah lumayan punya nama. Beliau menyerahkan poin-poin yang mesti dikerjakan sistem, aku hitung volume pekerjaannya lalu ajukan sederet angka.

Komentarnya pendek, "kok mahal, pak..?"

"Kalo mau murah jangan bikin, pak. Beli saja aplikasi jadi di glodok atau online. Aplikasi legal ada yang 200 ribuan. Beli bajakan, satu CD harga 50 ribu isinya banyak aplikasi..."

"Tapi itu kan aplikasi generik, pak. Customisasinya sulit. Kita butuhnya aplikasi yang spesifik..."
"Nah. Bapak bisa kan bedakan kenapa pakaian di butik sama batik kodian di Beringharjo harganya beda..?"
" Yang di pasar kan bikinnya masal..."
"Trus bedanya sama aplikasi apa..?"

Beliau diam sejenak kirain dapat pencerahan. Ternyata komentarnya masih senada, "iya sih, pak. Tapi tetap kemahalan kalo segitu..."
"Indikatornya apa..?"
"Nominal biayanya..."

Nyerah...
Wegah cari contoh kasus lain...

Masa harus diceritain soal sistem ibadah malem jumat yang kebutuhan biayanya unlimited kalo pengen aplikasi yang multitasking bisa umbah-umbah segala.

Pengen murah yo cari aplikasi generik dengan resiko susah dibawa multitasking. Kalo multiuser bisa banget, sodara...

Kira-kira begitu...

Read More

20 Januari 2018

Kontradiksi


Bersyukurlah bapak itu bisa cari nafkah di lahan basah. Sementara satunya malah singsot menyenandungkan lagu pergi untuk ngiyup...

#OdjekBedjo
#RaTeyengNgode
Read More

19 Januari 2018

Pemerasan Helm

Hujan sejak pagi wuenaknya mlungker sambil nonton Nela Kharisma. Ndilalah hape bunyi ngasih tau ada samwan butuh jemputan.

Dari rumah sudah kepikiran helm sedikit basah sisa semalam. Kenyataan sesuai dugaan, mbaknya komen, "helmnya kok basah, pak..?"

Walau dalam hati bilang, "toh mau hujan-hujanan, mbak..."

Tapi bibir berkata lain, "iya mbak maaf semalem kehujanan. Talinya doang kok yang basah, dalemannya kering. Tapi kalo ndak nyaman cancel aja ndak papa..."

"Buru-buru, pak. Liat di aplikasi ga ada driver lain sekitar sini..."

"Terus gimana, mbak..?"
"Diperes dulu ga bisa, pak..?"
"Whaaatttt...???"

#OdjekBedjo
#MendadakMumet

Read More

Meres Helm


Hujan sejak pagi wuenaknya mlungker sambil nonton Nela Kharisma. Ndilalah hape bunyi ngasih tau ada samwan butuh jemputan.

Dari rumah sudah kepikiran helm sedikit basah sisa semalam. Kenyataan sesuai dugaan, mbaknya komen, "helmnya kok basah, pak..?"

Walau dalam hati bilang, "toh mau hujan-hujanan, mbak..."

Tapi bibir berkata lain, "iya mbak maaf semalem kehujanan. Talinya doang kok yang basah, dalemannya kering. Tapi kalo ndak nyaman cancel aja ndak papa..."

"Buru-buru, pak. Liat di aplikasi ga ada driver lain sekitar sini..."

"Terus gimana, mbak..?"
"Diperes dulu ga bisa, pak..?"
"Whaaatttt...???"

#OdjekBedjo
#MendadakMumet

Read More

18 Januari 2018

Katanya IT Itu Mahal #2

Produk IT harus mahal..?
Tidak cukup dengan menyebut nominal semata tanpa menghitung outputnya.

Gambaran mudahnya, krupuk harga 500 perak lebih murah ketimbang singkong goreng yang harganya seribuan. Tapi untuk memperoleh rasa kenyang yang setingkat dengan singkong seribu, beli kerupuknya mungkin harus 2 ribu perak.

Di lain sisi, kalo cuma bicara kenyang, minta air putih di warung banyak yang bisa kasih gratis. Soal rasanya tawar, itu bab yang berbeda walau bukunya sama.

Jadi sebenarnya mahal atau murah..?
Jawabannya tergantung kebutuhan, isi dompet dan amal ibadah masing-masing orang...

Katanya begitu...

Read More

IT, Kerupuk dan Singkong Goreng

Produk IT harus mahal..?
Tidak cukup dengan menyebut nominal semata tanpa menghitung outputnya.

Gambaran mudahnya, krupuk harga 500 perak lebih murah ketimbang singkong goreng yang harganya seribuan. Tapi untuk memperoleh rasa kenyang yang setingkat dengan singkong seribu, beli kerupuknya mungkin harus 2 ribu perak.

Di lain sisi, kalo cuma bicara kenyang, minta air putih di warung banyak yang bisa kasih gratis. Soal rasanya tawar, itu bab yang berbeda walau bukunya sama.

Jadi sebenarnya mahal atau murah..?
Jawabannya tergantung kebutuhan, isi dompet dan amal ibadah masing-masing orang...

Katanya begitu...

Read More

17 Januari 2018

Katanya IT Itu Mahal

Beberapa bulan lalu ada yang nelpon, ceritanya ingin bikin aplikasi ala startup yang sekarang lagi marak. Ketika sampai ke masalah biaya, aku sampaikan, "siapkan saja sekitar 500 jutaan, pak..."
"Terlalu mahal, kemarin ada yang nawarin 30 jt saja untuk bikin aplikasi..."
Pembicaraan selesai sampai di situ tanpa minta kejelasan lebih lanjut. Sore tadi beliau nelpon lagi, curhat sudah habis 150an juta tapi bisnisnya belum berjalan sesuai yang diharapkan dan akhirnya kandas di tengah jalan.
Biar gampang dipahami, aku cerita gini. "Bapak ingin ikutan taksi online, cuma nyiapin uang muka mobil doang langsung mikir penghasilan jutaan tiap bulan. Cicilan kredit, bensin, servis, pulsa dll tidak diperhitungkan padahal beban biaya terbesar ada di situ. Gagal bisnis taksi masih mendingan mobilnya bisa dipake yang lain atau dijual untuk mengurangi kerugian. Aplikasi gagal dapatnya cuma kode kode program yang saya sendiri ga tau enaknya diapain..."
"Habisnya masnya bilang 500, ada orang lain bilang 30 cukup. Gimana saya tidak mikir macam-macam. Enaknya gimana ya, saya susah habis banyak..."
"Enaknya anggap saja itu biaya sekolah, pak. Lanjut kumpulin dana lagi kalo memang masih minat di bidang itu..."
Case closed...
Sekilas infonya...
Yang seperti itu bukan cuma beliau seorang. Satu tahun terakhir ada 6 orang yang ngontak dengan cerita dan pola pikir sama. Bikin aplikasi, pajang di playstore, dapat duit banyak...

Tapi yang lain ndak curhat seperti beliau, semoga sih sukses.


Read More

Bikin Startup atau Bikin Aplikasi..?

Beberapa bulan lalu ada yang nelpon, ceritanya ingin bikin aplikasi ala startup yang sekarang lagi marak. Ketika sampai ke masalah biaya, aku sampaikan, "siapkan saja sekitar 500 jutaan, pak..."

"Terlalu mahal, kemarin ada yang nawarin 30 juta saja untuk bikin aplikasi..."

Pembicaraan selesai sampai di situ tanpa minta kejelasan lebih lanjut. Sore tadi beliau nelpon lagi, curhat sudah habis 150 jutaan juta tapi bisnisnya belum berjalan sesuai yang diharapkan dan akhirnya kandas di tengah jalan.

Biar gampang dipahami, aku cerita gini. "Bapak ingin ikutan taksi online, cuma nyiapin uang muka mobil doang langsung mikir penghasilan jutaan tiap bulan. Cicilan kredit, bensin, servis, pulsa dll tidak diperhitungkan padahal beban biaya terbesar ada di situ. Gagal bisnis taksi masih mendingan mobilnya bisa dipake yang lain atau dijual untuk mengurangi kerugian. Aplikasi gagal dapatnya cuma kode kode program yang saya sendiri ga tau enaknya diapain..."

"Habisnya masnya bilang 500, ada orang lain bilang 30 cukup. Gimana saya tidak mikir macam-macam. Enaknya gimana ya, saya susah habis banyak..."

"Enaknya anggap saja itu biaya sekolah, pak. Lanjut kumpulin dana lagi kalo memang masih minat di bidang itu..."

Case closed...

Sekilas infonya...
Yang seperti itu bukan cuma beliau seorang. Satu tahun terakhir ada 6 orang yang ngontak dengan cerita dan pola pikir sama. Bikin aplikasi, pajang di playstore, dapat duit banyak...

Tapi yang lain ndak curhat seperti beliau, semoga sih sukses

#ITMumet


Read More

14 Januari 2018

Gendut PMS

Minggu sore yang mendung dapat order mbak-mbak dengan tujuan jembatan merah. Begitu ngasih helm sudah dapat instruksi, "cepetan pak, sudah telat ini..."

"Siap, mbak. Lewat selokan mataram njih.."
"Ringroad aja, pak. Dibilang telat malah muter-muter..."

Manut...
Sampai Hartono Mall, kondisi sesuai dugaan. Mbaknya komen lagi, "duuh kok pake macet segala sih, pak..."

Pengen jawab "dikandani ngeyel" takut malah panjang urusan. Akhirnya kasih alternatif, "lewat jalan kampung sebelah hartono gimana? Tapi jalannya rusak..."
"Pokoknya cepet..."
"Njih, mbak..."

Baru jalan sebentar, mbaknya komplen, "cepetan dikit kenapa, pak..?"

Males jawab. Langsung saja tarik gas agak dalam. Eh, komplen masih berlanjut, "motornya ga enak bener sih, pak. Sakit perut aku..."

Tarik nafas, lalu coba susun kata-kata pencerahan yang rada ilmiah. "Jalan rusak, mbak. Biar nyaman, kecepatan harus disesuaikan beban. Shockbreaker sampai mentok-mentok begitu karena bebannya berat kecepat..."

Ndak sampai tamat. Keburu dipotong, "maksudnya saya kegendutan gitu..???"

Trus aku kudu kepiye..?

#OdjekBedjo
#LagiPMS

Read More

Tukang Ojek PMS

Minggu sore yang mendung dapat order mbak-mbak dengan tujuan jembatan merah. Begitu ngasih helm sudah dapat instruksi, "cepetan pak, sudah telat ini..."

"Siap, mbak. Lewat selokan mataram njih.."
"Ringroad aja, pak. Dibilangin dah telat malah mau muter-muter..."

Manut...
Sampai Hartono Mall, kondisi sesuai dugaan. Mbaknya komen lagi, "duuh kok pake macet segala sih, pak..."

Pengen jawab "dikandani ngeyel" takut malah panjang urusan. Akhirnya kasih alternatif, "lewat jalan kampung sebelah hartono gimana? Tapi jalannya rusak..."
"Pokoknya cepet..."
"Njih, mbak..."

Baru jalan sebentar, mbaknya komplen, "cepetan dikit kenapa, pak..?"

Males jawab. Langsung saja tarik gas agak dalam. Eh, komplen masih berlanjut, "motornya ga enak bener sih, pak. Sakit perut aku..."

Tarik nafas, lalu coba susun kata-kata pencerahan yang rada ilmiah. "Jalan rusak, mbak. Biar nyaman, kecepatan harus disesuaikan beban. Shockbreaker sampai mentok-mentok begitu karena bebannya berat kecepat..."

Ndak sampai tamat. Keburu dipotong, "maksudnya saya kegendutan gitu..???"

Trus aku kudu kepiye..?

#OdjekBedjo
#LagiPMS

Read More

13 Januari 2018

Emak Emak Jomblo Expired

Menikmati hujan malam minggu di emperan trotoar seberang JEC. Ada 2 ibu-ibu keluar dari ATM melipir ikut berteduh menghindari hujan yang mendadak bertambah deras.

Speak little little sampai akhirnya si ibu bilang, "apa tidak sayang waktunya dibuang-buang hanya untuk nongkrong, mas. Buat usaha kan lebih bermanfaat..."

Biar si ibu yang katanya dari Jakarta itu tetap berhati nyaman, ojekers yang nongkrong kompakan manggut.

Sebentar dua bentar masih semangat bilang iya iyaa. Lama-lama jadi pengen nyetel lagunya Via Valen, "sori sori to saying... dst dst.."

Apalagi setelah beliau buka-bukaan sebut kata keramat MLM. Aku mendadak sok bijak walau asline empet, "rejeki ada yang atur, bu.."

"Iya, mas. Tapi harus giat berusaha dan mencari jangan cuma menunggu..."
"Kalo disuruh milih, saya bakal pilih mondar mandir antar penumpang ketimbang menunggu. Apa menurut ibu menunggu itu pekerjaan yang enak? Suer lebih cape, bu. Kalo ndak percaya coba aja ibu tanya ke kaum jomblo akut yang nunggu jodoh sampai hampir expirrrr...."

Ceramah balasanku ga sampai tamat. Keburu si ibunya mendadak berubah sikap 180° lalu kabur sambil entah ngomel apa....

Teman si ibu beranjak menyusul. Tapi beliau nyempatin berbisik, "maaf jangan diambil hati ya, mas. Lagi semangat cari downline dia..."

"Ooo pantesan seperti ngambek pas saya bilang begitu..."
"Eh kalo itu lain kasus..."
"Maksudnya..?"
"Masnya sih pake bilang expired segala..."
"Ooo ibu itu jomb...."
"Ssstttt..."

Ya sudah lupakan saja...
Mendingan kembali menikmati dinginnya malam, dinginnya jaket basah dan juga dinginnya order...

#OdjekBedjo
#MelowMinggu

Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena