26 Mei 2009

Virtual Displacement

Membaca tulisan lama tentang Jaman Kepenak, aku jadi terpikirkan sebuah kenyataan yang sudah begitu umum di sekitar kita sekarang ini. Bahwa intervensi dunia maya semakin lama semakin kental dalam kehidupan nyata.

Ketergantungan kita terhadap produk teknologi yang dinamakan internet benar-benar membuat kita lupa keadaan sekitar. Tidak cuma untuk yang suka berceloteh lewat blog seperti aku saja, pengguna baru pun kayaknya lebih gila tingkat kecanduannya. Apalagi untuk mereka yang pertama kenal internet melalui instant messenger atau ajang nyampah macam fisbuk.

Banyak orang yang membela diri, dengan fisbuk kita bisa menemukan teman lama atau menjalin relasi dengan konsumen perusahaannya. Tapi kalo kita mau jujur, berapa persen penggunaan fisbuk untuk meningkatkan pemasaran perusahaan, dan berapa banyak yang kita gunakan untuk sekedar nyampah. Begitu datang ke kantor, perhatikan apa yang pertama kali dibuka. Berkas dan email kerjaan atau email pribadi dan jejaring sosial yang diikuti.

Melekatnya emosi teknologi virtual dalam kehidupan kemanusiaan tak mungkin bisa kita tepis lagi. Dan resiko yang paling umum adalah makin berkurangnya rasa sosial kita di alam nyata. Tak perlu membuka lingkup terlalu besar, dalam satu kantor pun kayaknya jarang kita mau nyamperin teman di ruang sebelah untuk sekedar diskusi tentang pekerjaan. Kita lebih suka menggunakan fasilitas chat atau yang sejenisnya.

Lihat saja di daerah kota. Dengan tetangga sebelah pun kita tak kenal. Dan bukan hal aneh lagi bila dalam suatu rumah, seluruh penghuninya semakin jarang punya waktu ngobrol bareng. Semua asyik dengan laptopnya masing-masing.

Kadang aku bertanya, ini benar-benar tuntutan jaman atau kekagetan kita terhadap teknologi saja sebenarnya. Toh manusia bukanlah mesin yang cukup hidup di area virtual. Bila sosialisasi dengan lingkungan sedikit kita tinggalkan, apakah kita cukup berteriak di YM ketika mendadak mendapatkan musibah yang butuh pertolongan segera..?

Proporsional membagi waktu mungkin jawaban tepat. Tapi tolong tanyakan kepada diri kita sendiri. Apakah waktu untuk silaturahmi ke tetangga sebelah sudah seimbang dengan waktu kita ber-say hello di internet.

Semoga kita tidak lupa bahwa kita tetaplah manusia dan komputer hanyalah mesin semata. Kita harus gunakan teknlogi untuk membantu produktivitas dan tidak menjadi Korban Luna Maya.

Kalo aku sih kayaknya ga bisa tuh...


Ilustrasi "Electric City"
Karya Rusnoto Susanto
Tujuh Bintang Art Space
Read More

25 Mei 2009

Anak Polah Bapak Salah

Beberapa hari ini, betapa banyak orang tua yang bilang susahnya mengatur anak. Plus, beberapa teman yang mengeluhkan orang tuanya terlalu keras mengekang kehidupannya.

Agaknya ini merupakan kesalahpahaman yang umum terjadi di sekitar kita. Orang tua seringkali merasa cape dengan anaknya yang sudah sedemikian keras mendidik, tapi di luaran tetap saja lupa segala aturan itu. Semua masukan dari orang tua hanya dianggap keluaran yang tidak pernah ada bekasnya.

Kalo menurutku, kasus semacam ini bukan kesalahan anak semata. Tapi lebih dominan datang dari orang tua sebagai penyebabnya. Sebagai orang tua kita kadang lupa bahwa waktu terus berjalan maju. Memaksa anak mengikuti pemikiran orang tua hanyalah usaha untuk memundurkan jaman. Sedangkan orang tua itu sendiri masih berpola pikirnya seperti anak-anak.

Kemajuan teknologi dan pengaruh lingkungan merupakan faktor dominan dalam merubah tingkah polah anak, lebih berpengaruh daripada faktor keluarga. Membebaskan anak ke lingkungan sama saja menjebloskan dia ke jurang dalam. Mencegahnya masuk ke jurang itu, membuat orang tua dianggap otoriter dan mengekang. Dan buntut-buntutnya anak menjadi penurut ketika dalam rumah. Keluar dari rumah, sikapnya berputar 180 derajat.

Dan ketika anak sudah mulai belajar berbohong. Segala masalah akan muncul dari situ. Satu kebohongan akan diikuti kebohongan-kebohongan yang lain yang seringkali semakin lama semakin besar.

Ada sebuah fenomena yang mungkin perlu kita cermati. Bayi sekarang bila digendong ditimang disayang sayang seperti bayi masa lalu kerapkali menolak dan menangis. Maunya seperti anak sudah gede dan dipangku dengan posisi duduk. Mungkin ini sebuah pertanda bahwa anak sekarang, jangankan yang beranjak dewasa, usia balita pun sudah tidak mau dianggap anak kecil lagi.

Seperti ketika jagoanku mulai bisa berpolah lincah dulu. Terasa sekali sulitnya mengarahkannya ke hal-hal yang menurutku benar, misalnya soal makan teratur atau bobo siang. Sikap orang tua yang sok kuasa, merasa anak merupakan hak dan tanggungjawabnya sepenuhnya serta segala otorisasinya tak juga mempan. Dengan sedikit kekerasan anak memang menurut, tapi ketika ditinggal sebentar, nasi pindah ke tempat sampah.

Jagoanku baru bisa berubah sikap ketika dia tidak dianggap anak lagi. Dengan dianggap teman, diajak bicara dari hati ke hati, kita bisa tahu apa keinginan terpendamnya. Karena ternyata susah makan itu hanya pelampiasan dan proses unjuk rasa dari hal yang lain.

"Ayah tiap hari main komputer kok Adi ga boleh..?"

Itu hanya satu contoh saja. Otak kecil sang anak belum mampu langsung memahami bahwa ayahnya tiap hari di depan komputer adalah untuk kerja. Karena waktu itu yang dia kenal dari komputer hanyalah game saja, maka setiap yang duduk didepan komputer dianggap sedang main game.

Jadi menurutku ini hanya kesalahpahaman saja karena kurangnya komunikasi. Seringkali kita merasa sudah cukup membuka jalur komunikasi, tapi menjadi tidak efektif karena kita tidak bisa menindaklanjuti keterbukaan itu menjadi progres yang nyata. Setelah anak membuka dirinya, kita masih saja angkuh dan sok kuasa kadang pakai acara membentak.

"Ayah tidak punya duit..!!!"
"Kamu salah...!!!"
"Anak harus nurut ke orang tua..!!!"

Bagaimana anak mau tahu keinginan kita bila kita juga tak mau tahu keinginan anak. Jangan sepelekan kesalahpahaman umum ini di sekitar kita. Ingat pepatah lama. Anak polah bapak kepradah. Tapi nek bapak polah, ambene obah anake tambah.

Sedikit OOT
Kasus orang tua dan anak harus hati-hati dalam menanganinya. Karena ini beda dengan kesalahpahaman yang aku temukan semalem. Seorang pelukis yang setengah mendhem mencari temon bodine seksi untuk model lukisan menerobos lampu merah di perempatan Tamsis. Tahu polisi nguber, dia belok ke galeri mau ngumpet maksudnya. Tapi nasib jelek, polisinya ikut masuk galeri.

Langsung deh diinterogasi, "Kamu tahu kesalahannya apa..?"
Senimane reflek menjawab, "Mboncengke keple, pak. Ra ngamer kok. Arep digambar thok..."


Ilustrasi "Diam"
Karya Jemy Bilyanto
Tujuh Bintang Art Space
Read More

22 Mei 2009

Mempercepat Download Torrent

Menjawab pertanyaan Kang Pacul dan beberapa teman tentang kebiasaanku download film atau game yang ukurannya bergiga giga, aku lebih suka menggunakan bittorrent. Menurutku ini lebih praktis daripada download dari file hosting semacam rapidshare yang memecah mecah file menjadi beberapa bagian, karena memang dibatasi besar file yang diupload maksimal 200MB. Sebagai penggemar gratisan yang dibatasi paralel downloadnya ini jelas sangat menyebalkan. Kecuali mau bayar account premium bersusah payah mencari colongan account sih ga masalah.

Karena torrent adalah peer to peer file sharing, file akan dipecah-pecah menjadi bagian kecil-kecil tapi kita hanya perlu sekali download saja sampai tamat. Dimana pecahan-pecahan itu disimpan, ada tracker yang akan melacaknya.

Yang perlu diingat, dengan torrent client, disini tidak ada server khusus yang menyediakan file tersebut. Yang ada hanya kita berbagi file dengan client yang lain. Jadi selain kita download dari teman, ada teman lain yang mendownload juga dari bagian file yang sudah kita miliki.

Untuk itu sebelum kita memutuskan untuk mendownload melalui torrent ini, perlu kita lihat jumlah seeder dan leechernya. Seeder adalah client yang sudah memiliki 100% file tersebut. Yang belum komplit atau yang tidak mau berbagi dinamakan leecher. Jadi kita bisa mengasumsikan semakin banyak seeder, kecepatan download akan semakin tinggi. Sebaliknya semakin banyak leecher, kecepatannya akan menurun.

Saya biasa mencari file di thepiratebay.org. Disitu akan tampil nama file, tanggal upload, komentar, besar file, jumlah seeder (SE) dan jumlah leecher (LE). Ada baiknya sebelum kita download, baca-baca dulu komentar yang sudah ada. Karena yang namanya gratisan, kemungkinan file bervirus selalu ada. Biasanya muncul pemberitahuan di kolom komentar.

Agar kecepatan download lebih optimal, silakan setting dulu bittorrentnya kira-kira seperti ini.

Pada setting bandwith, lihat pengaturan upload yang paling atas. Secara default, settingnya otomatis menyesuaikan kapasitas upload koneksi kita. Tapi perlu diingat, semakin besar nilai yang diberikan. kecepatan download akan semakin lambat. Untuk browsing pun bisa jadi lelet banget. Kecuali kita tidak nyambi browsing, bolehlah di set otomatis. Misalnya pada waktu PC mau kita tinggal tidur. Karena bagaimanapun kita tak boleh curang pengen download banyak tapi tidak mau upload.

Pada setting bittorent, protokol enkripsi kita pilih forced. Ini agar data terenkripsi dan tidak diganggu atau dibatasi oleh firewall atau antivirus yang bisa membuat download jadi lambat.

Pada bagian quequeing, batasi nilai torrent aktifnya menjadi 2 dan jalur untuk downloadnya 1 saja. Boleh saja kita beri nilai 1 dan 1, tapi kesannya kok curang banget tidak memberi kesempatan temen mengambil file milik kita. Mau diisi banyak juga boleh, biar sekali download bisa beberapa file sekaligus. Tapi kecepatannya jadi menurun, karena bandwith akan terbagi.

Yang perlu diperhatikan adalah pembatasan jalur koneksi oleh windows yang sejak Service Pack 2 muncul, dibatasi pada nilai 10. Maksudnya untuk mencegah penyebaran worm ke PC. Tapi akibatnya torrent client pun jadi ikut terganggu. Setting saja di tcpip.sys atau kalo pengen ga ribet, pakai patch yang ini. Ganti pengaturannya dari 10 ke 100 misalnya. Makin besar makin bagus, tapi terlalu besar juga ada efek sampingnya. Penyakit mudah masuk ke PC kita.

Kayaknya cuma itu saja deh yang aku lakukan untuk memaksimalkan torrent client. Praktis dan ga ribet. Apalagi yang punya hobi internetan nebeng di kantor. Pas mau pulang, aktifkan saja bittorrentnya trus PC ga usah dimatikan. Kalo cuma film ukuran 1 CD ga sampai semalam udah kelar. pagi-pagi tinggal pakai saja.

Yang penting berdoa agar dapat seeder yang banyak dan komputernya ga dimatiin temen atau PLN pas kita tinggal. Atau diset saja begitu windowsnya aktif, bittorent nya langsung jalan. Buat ngatasi mati lampu, settng juga di BIOS agar begitu listrik menyala PC juga langsung menyala.

Kalo ga mau nyala, cari aja bensin dan korek.
Hehehe....

Selamat berburu file gede yah...
Kalo kurang jelas klik aja gambarnya.

Read More

20 Mei 2009

Aku dan Orang Ketiga

"Kamu suka nulis. Tulisan kamu kadang tajam. Tapi kenapa kamu ga mau belajar jadi penulis atau kritisi seni di pameran...?

Itu pertanyaan yang sering aku terima dari orang-orang di dekatku. Salah satu alasannya, penulis lebih menguntungkan daripada menjadi seniman atau galeri. Begitu katalog dicetak, penulis langsung bisa terima honor. Sedangkan seniman dan galeri masih harus berharap-harap cemas apakah karya yang dipajang bakal laku atau tidak.

Buatku ini bukan sekedar mau atau tidak mau saja. Tapi banyak kompleksitas yang harus aku cermati, karena kasusnya berbeda.

Aku suka ngeblog karena memang dari dulu aku suka menulis. Segala persoalan hidup aku larikan ke tulisan mulai dari sekedar kertas dan spidol, mesin ketik sampai kini kita mengenal blog. Buatku itu arena pelarian yang paling aman daripada aku lari ke hal yang negatif.

Untuk ngeblog aku tak pernah punya beban karena itu ajang pelepasan beban. Aku menulis untuk diriku sendiri. Terserah orang mau bilang apa, asal sudah tegang aku harus segera ejakulasi dengan bahasa tulisanku. Kalo suka silakan baca, ga suka silakan klik tombol close. Ga susah kan..?

Sedangkan untuk menulis kritik seni atau belajar menjadi kurator, paling tidak aku harus memikirkan tiga hal.

Satu...
Di situ ada aku, pikiranku dan perasaanku. Aku harus bisa suka dengan tulisanku sendiri dengan segenap apa yang ada dalam diriku tentang sebuah karya seni.

Dua...
Ada aku dan pihak kedua disitu. Aku harus bisa merasa pas dengan pikiranku dan orang-orang seperti seniman, kurator, kolektor, galeri serta pihak-pihak yang berkecimpung di bidang seni sehingga tidak merasa aneh dengan pemikiranku.

Ketiga...
Ini yang paling sulit. Aku dan orang ketiga ada disitu. Akan terasa sekali betapa sulitnya menggambarkan, menelaah, mengoreksi dan mengevaluasi sebuah karya seni dengan pikiranku agar bisa diterima dengan ringan dalam pikiran dan perasaan orang awam.

Untuk yang pertama mungkin aku tidak merasa bermasalah. Yang keduapun sepertinya lebih mudah untuk dilakukan dengan relatif mudah. Tapi dengan orang ketiga, membayangkan saja aku sudah merasa berat.

Jadi biarlah kurator dan kritikus seni saja yang melakukan itu sebagai lahan penghasilan. Aku sudah cukup enjoy menjadi kuli di galeri ini.

Alasan klise.
Aslinya males nulis serius dan nyari bahan refrensi kesana kemari...
Hehehehe...

Ilustrasi "Bukan Tokoh"
Karya Lulus
Tujuh Bintang Art Space
Read More

18 Mei 2009

Dangdut No Nyawer Ok

Menghadiri ulang tahun V Art Gallery di Bentara Budaya Yogyakarta yang kebetulan live music nya dangdut, seorang teman bertanya, "Kamu ga suka joget, apalagi nyanyi. Memperhatikan pertunjukan pun jarang. Tapi kenapa kamu suka nyawer penyanyi. Maksudmu apa..?"

"Ngamal..."

Pendek jawabanku tadi, walau sesungguhnya teramat panjang alasannya. Sepanjang umur jagoanku yang sudah kelas 2 SD sekarang.

Sejujurnya...
Melihat penyanyi dangdut dengan segala kelebihannya itu, bermacam rasa sakit pedih iba dan banyak lagi bercampur aduk menjadi satu. Bukan menghayati lagu apalagi casing penyanyinya. Tapi perjalanan hidup masa lalu dimana sebagian hidupku ada di ajang musik itu.

Kehidupan selebritis kecil-kecilan itu seringkali berlawanan arah dengan apa yang selama ini orang-orang pikirkan. Kebanyakan mereka menganggap hidupnya gemerlap dan selalu ada tawa ceria di dalamnya. Padahal semua itu hanya ada di panggung sandiwara. Turun dari situ, carut marut kehidupan yang mengarah ke sisi gelap banyak menggeluti. Tak jarang di kehidupan nyatanya, sang bintang itu justru mengenaskan untuk ukuran manusia normal.

Sisi-sisi gelap itu yang teramat menyakitkan buatku.

Lalu kenapa aku seringkali memberikan uang saweran kalo orang bilang, padahal aku jarang mau nongkrong di depan panggung. Itu ada di sisi yang lain.

Aku tak bisa memungkiri bahwa jagoanku bisa bertahan hidup justru dari situ. Apalagi setelah ada sms yang berbunyi, "jangan pernah hubungi dan ganggu kami lagi". Akses kepada jagoanku otomatis terputus dan aku harus siap dengan status seorang ayah yang tidak diperbolehkan peduli dengan anaknya.

Kejam memang. Tapi itulah adanya.

Dari situlah awalnya, kenapa aku jadi sering memberikan sekedar tambahan untuk insan dangdut. Hanya sekedar menanam pamrih, agar orang yang menghidupi jagoanku pun akan memperoleh tambahan penghasilan walau kadang efek samping dari acara sawer menyawer itu mudah menyeret seseorang lupa akan tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan.

Sungguh aku tak tahu harus berbuat apa menghadapi berbagai dilema dalam rasa dan pikirku setiap kali menemukan acara musik yang satu itu.

Semoga saja luapan emosiku tidak akan berakibat salah di akhirnya...

Read More

12 Mei 2009

Pengen Ngopi...

Beberapa hari kurang tidur, mata ngantuk, kerjaan numpuk, pasukan lagi loyo semua, si Ela malah cuti. Ada si Lenny, kayaknya lebih suka nongkrong di depan monitor daripada masuk ke dapur. Akhirnya aku bilang ke Lenny, besok aku keluar seharian ngurus paspor buat si Ela. Mau diajak si bos ke launching Balai Lelang yang di Singapura Agustus besok.

Lenny langsung protes, "Kok aku ga diajak? Ngapain ke Singapura bawa-bawa pembantu segala..?"

"Kamu sih, ga bisa bikin kopi."
"Apa hubungannya bikin kopi sama ke Singapura?"
"Bos ga mau dibikinin kopi sama orang lain selain Ela. Kopinya pas banget, katanya."
"Aku juga bisa kok kalo bikin kopi."
"Enak engga..?"
"Ga percaya kamu, mas. Aku bikinin sekarang deh."
"Sekalian bikin 3, Len. Kasihan tuh anak-anak pada ngantuk."

Bener juga. Tiga gelas kopi nyampai ke meja tamu.

"Enak engga, mas?" tanya Lenny begitu aku nyeruput kopinya.
"Lumayan lah. Tapi masih kalah sama Ela, Len..."
"Kurang apa..? Aku bikinin lagi ya.."
"Eh... jangan. Besok pagi aja. Trus siangnya coba lagi. Sorenya juga boleh. Kalo rasanya belum pas, coba terus ya. Pantang menyerah dong jadi orang"
"Hooh, mas. Siap deh"

Si Lenny balik ke kantor, tinggal pasukan yang pada cekikikan.
Bodo amat lah. Yang penting sampai Ela pulang, ada yang mau bikinin kopi.

Read More

Sampah Nyampah

Menghadapi seorang teman yang seringkali mengawali pagi di kantor dengan berbagai keluhan, lapar, masuk angin, badan pegel dsb dsb, rasanya cape juga. Kesannya kok kantor cuma buat buang sampah. Mungkin beda kalo dia lembur sampai tengah malam lalu teriak, ngantuuuuk....

Aku kira masalah kerja adalah soal profesi. Sedangkan keluhan dari rumah itu masalah pribadi. Mengeluh tidak diharamkan, tapi melihat tempat itu yang penting menurutku. Persoalan teknis seharusnya bisa diatasi sebelum membuka masalah baru, kalo memang tidak mau disebut malas.

Ini sama saja dengan seorang teman yang dulu mengeluh kepadaku. Dia seorang bidan di daerah perbatasan Jabar Jateng. Tengah malam curhat kalo dia mau menikah dengan status kecelakaan lalu lintas.

Ini sangat mengherankan buat otak kecilku. Sebagai manusia biasa yang punya naluri, wajar dia memiliki hasrat biologis yang membutuhkan penyaluran. Tapi status MBA kayaknya ga pas diterima oleh seorang profesional di bidang yang setiap hari dia urus.

Bukan aku menganggap sex before married sebagai sesuatu yang lumrah. Tapi aku mencoba melihat dari sisi penanganan masalahnya semata. Kalo memang tak mampu menahan desakan hasrat, ya lakukan secara aman. Toh dia seharusnya tahu sistem kalender yang tidak membuat dia bisa dapat enak tanpa jadi anak.

Kalo masih kebelet di tengah siklus ovulasi yang tak aman, toh beragam kontrasepsi banyak tersimpan di laci ruang prakteknya. Apa susahnya meluangkan waktu sejenak untuk sekedar pasang firewall sebelum memulai download. Toh bisa dilakukan dengan beragam cara yang tidak perlu mengganggu mood yang mulai naik tegangan.

Enggan cari aman tapi pengen nyaman, hanya memunculkan satu kata, malas. Kalo mungkin terlalu kasar dibilang goblok...!!!

Ilustrasi "Lemot Kontrol"
Karya Mirza Al Rasyid
NostalGilla Exhibition
Read More

09 Mei 2009

Kemplo Jilid II

Menyambung firasat hari kemaren...

Entah bener omongan orang tua, atau cuma faktor kebetulan saja. Yang pasti kemaren adalah hari yang menyebalkan buatku.


Ngecek email kantor yang sebenarnya udah aku serahin ke Lenny untuk mengelola. Kok banyak email masuk dan belom direspon. Trus aku tanya tuh anak dan dapat jawaban gini,"Mas aja yang ngurus email yah. Aku ga mudeng emailnya banyak yang pake bahasa inggris. Aku pegang skype sama fisbuk aja yah..."


Belom sempat ngomong lagi si bos nelpon, minta dianterin ke Magelang dan Wonosobo bareng tamu dari Singapura. Aku panggil sopir, dan jawabannya gini, "Aku mending nyupiri pick up e wae lah. Nggowo Inovane raiso udud..."


"Yowes, uang jalannya besok saja ya, ben ra tuku udud sek. Po bose anterin pake pick up juga boleh, sisan kulakan sayuran di Giwangan..."

Malemnya, sampe rumah langsung ngecek kerjaan tukang yang betulin saluran air. Ternyata udah bener semua termasuk kran untuk mesin cuci ga jadi pake slang. Water Turn juga udah kepasang, cuma belom ada isinya. Aku colokin stop kontak pompa air. Begitu air ngocor aku kedepan nyuci mobil. Beres itu aku balik ke belakang.


Welah busyeeeet....

Dapur kebanjiraaaaan.....

Cabut stop kontak pompa air trus naik ke atap.

Howalaaaah....
Otomatisnya ga dipasang....


Nasib opisboy ga mau lepas juga neh

Tengah malem ngepel....
Read More

08 Mei 2009

Jadi Kontraktor


Berawal dari tawaran beberapa teman, terutama Sopi yang mengajukan diri setengah maksa untuk jadi bunitia syukuran rumah -asline pengen makan doang kayaknya -, dengan ini aku klarifikasi agar tidak terjadi kesimpangsiuran informasi bahwasanya aku akhirnya jadi kontraktor saja. Belom kuat nyicil rumah, karena bunga KPR masih di kisaran 14,5%

Yang mau numpang nginep silakan aja ke daerah Pasekan belakang Makro Ring Road Utara Jokja. Alamat pastinya belom tahu soalnya belom sowan Pak RT, yang jelas Gang Podang deket kebon tebu.

Soal syukuran, tar aku kasih tahu setelah selesai beres-beres. Soalnya kondisi masih acak-acakan. Kecuali ada yang berkenan ikut kerja bhakti ditunggu sekali saat ini. Jangan lupa bawa peralatan tukang. Pacul ga usah bawa deh. Bawa snack dan makan siang aja diperbolehkan banget...

Neh kondisinya yang masih dalam tahap perapihan. Jangan komentar soal acak-acakannya yak, kalo ga berminat bantuin bersih-bersih. Yang penting ga sekacaw Kapal Pecahdulu.

Sabar ya Sop...









Read More

Hari Yang Kemplo...


Dari subuh nungguin tukang yang kemaren tak suruh mberesin rumah, jam setengah sembilan baru nongol. Takut telat ngantor, aku cuman kasih instruksi padat tepat dan singkat. Ealah malah dapatnya jawaban sedikit njepat.

Tukang tak suruh betulin saluran pipa air. Sekalian nambahin kran deket mesin cuci. Eh, malah jawab gini, "pake slang aja mas. Kalo mau nyuci tinggal nyambungin ke kran tempat cuci piring..."


Ga ada waktu buat debat. "Suka-suka elo aja deh..."

---

Nyampe kantor, ada MoU yang harus segera di sampein. Tak telpon orangnya minta alamat email. Malah jawabnya, "tar tak smsin aja mas."

Trus aku ambil HP dan ketik, "mas, smsin alamat emailnya ke nomor ini ya..."


Ga lama datang sms balasan, "ok, mas. tq"


Lho...
Kok gitu doang. Alamat emailnya manaaaa...?

---

Orang tua bilang, kejadian di awal hari seringkali menggambarkan kejadian di hari itu. Kalo pagi-pagi dah ada yang ngasih uang, seharian bakal banyak rejeki. Kalo pagi-lagi dah ada yang pinjem duit, seharian bakal ga beres urusan perekonomian.


Lha ini dari pagi isinya orang ngaco melulu.
Kira-kira hari ini kejadiannya kayak apa aja yak..?

Apa gara-gara dosa Lik Ihin kemarin yak...

Pura-pura menikmati es dawet Teluk Penyu tapi asline ngebayangin teletabis di belakangnya.

Berpelukaaaan....


Mbuh lah...

Mumet
Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena