Membaca tulisan lama tentang Jaman Kepenak, aku jadi terpikirkan sebuah kenyataan yang sudah begitu umum di sekitar kita sekarang ini. Bahwa intervensi dunia maya semakin lama semakin kental dalam kehidupan nyata.
Ketergantungan kita terhadap produk teknologi yang dinamakan internet benar-benar membuat kita lupa keadaan sekitar. Tidak cuma untuk yang suka berceloteh lewat blog seperti aku saja, pengguna baru pun kayaknya lebih gila tingkat kecanduannya. Apalagi untuk mereka yang pertama kenal internet melalui instant messenger atau ajang nyampah macam fisbuk.
Banyak orang yang membela diri, dengan fisbuk kita bisa menemukan teman lama atau menjalin relasi dengan konsumen perusahaannya. Tapi kalo kita mau jujur, berapa persen penggunaan fisbuk untuk meningkatkan pemasaran perusahaan, dan berapa banyak yang kita gunakan untuk sekedar nyampah. Begitu datang ke kantor, perhatikan apa yang pertama kali dibuka. Berkas dan email kerjaan atau email pribadi dan jejaring sosial yang diikuti.
Melekatnya emosi teknologi virtual dalam kehidupan kemanusiaan tak mungkin bisa kita tepis lagi. Dan resiko yang paling umum adalah makin berkurangnya rasa sosial kita di alam nyata. Tak perlu membuka lingkup terlalu besar, dalam satu kantor pun kayaknya jarang kita mau nyamperin teman di ruang sebelah untuk sekedar diskusi tentang pekerjaan. Kita lebih suka menggunakan fasilitas chat atau yang sejenisnya.
Lihat saja di daerah kota. Dengan tetangga sebelah pun kita tak kenal. Dan bukan hal aneh lagi bila dalam suatu rumah, seluruh penghuninya semakin jarang punya waktu ngobrol bareng. Semua asyik dengan laptopnya masing-masing.
Kadang aku bertanya, ini benar-benar tuntutan jaman atau kekagetan kita terhadap teknologi saja sebenarnya. Toh manusia bukanlah mesin yang cukup hidup di area virtual. Bila sosialisasi dengan lingkungan sedikit kita tinggalkan, apakah kita cukup berteriak di YM ketika mendadak mendapatkan musibah yang butuh pertolongan segera..?
Proporsional membagi waktu mungkin jawaban tepat. Tapi tolong tanyakan kepada diri kita sendiri. Apakah waktu untuk silaturahmi ke tetangga sebelah sudah seimbang dengan waktu kita ber-say hello di internet.
Semoga kita tidak lupa bahwa kita tetaplah manusia dan komputer hanyalah mesin semata. Kita harus gunakan teknlogi untuk membantu produktivitas dan tidak menjadi Korban Luna Maya.
Kalo aku sih kayaknya ga bisa tuh...
Ketergantungan kita terhadap produk teknologi yang dinamakan internet benar-benar membuat kita lupa keadaan sekitar. Tidak cuma untuk yang suka berceloteh lewat blog seperti aku saja, pengguna baru pun kayaknya lebih gila tingkat kecanduannya. Apalagi untuk mereka yang pertama kenal internet melalui instant messenger atau ajang nyampah macam fisbuk.
Banyak orang yang membela diri, dengan fisbuk kita bisa menemukan teman lama atau menjalin relasi dengan konsumen perusahaannya. Tapi kalo kita mau jujur, berapa persen penggunaan fisbuk untuk meningkatkan pemasaran perusahaan, dan berapa banyak yang kita gunakan untuk sekedar nyampah. Begitu datang ke kantor, perhatikan apa yang pertama kali dibuka. Berkas dan email kerjaan atau email pribadi dan jejaring sosial yang diikuti.
Melekatnya emosi teknologi virtual dalam kehidupan kemanusiaan tak mungkin bisa kita tepis lagi. Dan resiko yang paling umum adalah makin berkurangnya rasa sosial kita di alam nyata. Tak perlu membuka lingkup terlalu besar, dalam satu kantor pun kayaknya jarang kita mau nyamperin teman di ruang sebelah untuk sekedar diskusi tentang pekerjaan. Kita lebih suka menggunakan fasilitas chat atau yang sejenisnya.
Lihat saja di daerah kota. Dengan tetangga sebelah pun kita tak kenal. Dan bukan hal aneh lagi bila dalam suatu rumah, seluruh penghuninya semakin jarang punya waktu ngobrol bareng. Semua asyik dengan laptopnya masing-masing.
Kadang aku bertanya, ini benar-benar tuntutan jaman atau kekagetan kita terhadap teknologi saja sebenarnya. Toh manusia bukanlah mesin yang cukup hidup di area virtual. Bila sosialisasi dengan lingkungan sedikit kita tinggalkan, apakah kita cukup berteriak di YM ketika mendadak mendapatkan musibah yang butuh pertolongan segera..?
Proporsional membagi waktu mungkin jawaban tepat. Tapi tolong tanyakan kepada diri kita sendiri. Apakah waktu untuk silaturahmi ke tetangga sebelah sudah seimbang dengan waktu kita ber-say hello di internet.
Semoga kita tidak lupa bahwa kita tetaplah manusia dan komputer hanyalah mesin semata. Kita harus gunakan teknlogi untuk membantu produktivitas dan tidak menjadi Korban Luna Maya.
Kalo aku sih kayaknya ga bisa tuh...
Ilustrasi "Electric City"
Karya Rusnoto Susanto
Tujuh Bintang Art Space
0 comments:
Posting Komentar
Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih