Seorang teman mengatakan, "untuk bisa survive, kita harus mengikuti jaman..."
Kalo kita mengacu pada proses seleksi alam sebagaimana diungkap dalam Teori Darwin, bisa jadi kita akan langsung mengamini pernyataan di atas. Apalagi kita bukanlah Sarmidi yang begitu konsisten dengan kata-katanya, sehingga bila ditanya umur dia akan selalu menjawab 25 tahun. Tak pernah berganti jawaban sejak beberapa tahun lalu, semenjak dia merasa manusia itu harus konsisten.
Tapi apakah seleksi alam itu harus membuat kita membabi buta? Takut dibilang jadul, semua lagi tren harus diikuti. Seperti kata teman saya Tiwi, dimana-mana orang demam Blackberry. Yang ga mampu beli, maksain cari hape yang Mbelekberry. Mending kalo untuk sukses seperti Barack Obama. Lha ini maksain diri cuma karena pengen ikutan autis. Padahal draft perubahan UU, kaum autis dan warga telantar dipelihara oleh negara belum disetujui DPR.
Sekedar mengikuti atau sekedar tahu, mungkin malah lebih baik. Tapi kalo sampai melupakan banyak hal yang sebenarnya merupakan basic dari pribadi seseorang, ini yang runyam. Orang jadi belajar menjadi kutu loncat yang mudah berpaling. Kalo ada yang baru, yang lama babay gudbai. Karena memang habis manis sepah diemut itu ga enak.
Trus, gimana dunk..?
Ya mana aku tahu. Aku juga bingung kalo dah ngomong yang semacam ini. Cuman aku kadang berpikir kalo seleksi alam itu tidaklah saklek. Nyatanya, dikatakan manusia berasal dari monyet, tapi sekarang masih banyak monyet. Kalo berlaku global, seharusnya semua monyet sekarang jadi orang semua. Entah kalo masih dalam tahap evolusi, karena sekarang banyak manusia berjiwa monyet.
Kenapa takut dibilang jadul. Kalo nyatanya barang antik malah mahal harganya. Ga masalah dibilang ga gaul. Berarti itu artinya kita masih suci. Belon digauli seh....
Kalo kita mengacu pada proses seleksi alam sebagaimana diungkap dalam Teori Darwin, bisa jadi kita akan langsung mengamini pernyataan di atas. Apalagi kita bukanlah Sarmidi yang begitu konsisten dengan kata-katanya, sehingga bila ditanya umur dia akan selalu menjawab 25 tahun. Tak pernah berganti jawaban sejak beberapa tahun lalu, semenjak dia merasa manusia itu harus konsisten.
Tapi apakah seleksi alam itu harus membuat kita membabi buta? Takut dibilang jadul, semua lagi tren harus diikuti. Seperti kata teman saya Tiwi, dimana-mana orang demam Blackberry. Yang ga mampu beli, maksain cari hape yang Mbelekberry. Mending kalo untuk sukses seperti Barack Obama. Lha ini maksain diri cuma karena pengen ikutan autis. Padahal draft perubahan UU, kaum autis dan warga telantar dipelihara oleh negara belum disetujui DPR.
Sekedar mengikuti atau sekedar tahu, mungkin malah lebih baik. Tapi kalo sampai melupakan banyak hal yang sebenarnya merupakan basic dari pribadi seseorang, ini yang runyam. Orang jadi belajar menjadi kutu loncat yang mudah berpaling. Kalo ada yang baru, yang lama babay gudbai. Karena memang habis manis sepah diemut itu ga enak.
Trus, gimana dunk..?
Ya mana aku tahu. Aku juga bingung kalo dah ngomong yang semacam ini. Cuman aku kadang berpikir kalo seleksi alam itu tidaklah saklek. Nyatanya, dikatakan manusia berasal dari monyet, tapi sekarang masih banyak monyet. Kalo berlaku global, seharusnya semua monyet sekarang jadi orang semua. Entah kalo masih dalam tahap evolusi, karena sekarang banyak manusia berjiwa monyet.
Kenapa takut dibilang jadul. Kalo nyatanya barang antik malah mahal harganya. Ga masalah dibilang ga gaul. Berarti itu artinya kita masih suci. Belon digauli seh....
0 comments:
Posting Komentar
Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih