15 Oktober 2013

Esensi Kurban

#Dewasa

Bicara tentang kurban, kebanyakan dari kita sering terpaku pada ritual Idhul Adha. Padahal kurban ini merupakan ibadah universal yang dilakukan oleh semua keyakinan di dunia dalam berbagai bentuk yang intinya sama.

Ritual kurban pertama kali diyakini terjadi pada jaman nabi Adam. Pengorbanan Habil (Abel) diterima Tuhan karena dinilai lebih tulus dengan mempersembahkan ternak terbaik sementara Kabil (Cain) menyerahkan hasil panen yang busuk. 

Kurban lebih dianggap milik agama Semitis berkaitan dengan cerita Ibrahim (Abraham) mengorbankan putranya. Memang ada pertentangan tentang siapa yang dikorbankan. Kaum Samaria, Yahudi dan Nasrani mengatakan Ishak sedangkan umat Muslim berpendapat Ismail walau Quran sendiri tak pernah secara gamblang menyebut nama anak yang dikorbankan.

Namun hal itu tak perlu dipertentangkan karena tercium bau politisasi sejarah, dimana Ishak dianggap menurunkan kaum Yahudi dan Nasrani sedangkan Ismail merupakan leluhur umat Muslim. Atas nama toleransi kita sebut saja kurban itu tentang Ibrahim yang menjadi bapak  agama Samawi tersebut.

Lebih jauh lagi
Ibrahim bisa dikatakan sebagai leluhur hampir semua keyakinan di dunia mengingat agama besar lain banyak yang berakar dari tradisi Hindu. Seperti kita tahu, budaya Hindu dibawa ke India oleh ras Indo-Arya yang berasal dari Persia, tak begitu jauh dari tempat Ibrahim menjalani hidup.

Beberapa literatur sejarah bahkan mengatakan asal muasal agama Hindu pun berawal dari Ibrahim berdasarkan kemiripan nama. Ibrahim dikaitkan dengan Rama/Brahma, Ismail adalah Ish-Mahal (The Great Siva) dan Ishak itu Ishaku (Friend of Siva).

Beberapa pemikiran berbeda tapi hampir senada datang dari Voltaire yang mengatakan Abraham berasal dari India, bukannya Timur Tengah. Aristoteles pun pernah berkata bahwa bangsa Yahudi berasal filsuf India yang dinamakan Indians Calani. Pemikiran ini juga didukung oleh Clearchus, "the word "Abraham" is none other than a malpronunciation of the word Brahma."




Tanpa bermaksud mengacak-acak keyakinan orang, aku cuma ingin mengatakan bahwa Ibrahim merupakan titik simpul hampir semua agama. Dan semua keyakinan memiliki ritual bernama kurban baik itu mengorbankan ternak, hasil bumi atau bahkan manusia.

Kurban sering diidentikan dengan hewan, bisa jadi karena mengacu pada pengorbanan Habil yang diterima Tuhan. Namun secara sepihak aku menganggap esensi kurban bukan pada apa yang dikorbankan melainkan nilai keikhlasannya. 

Dan aku menganggap...
Universalitas kurban yang bersumber dari Ibrahim sebenarnya sangat dibutuhkan bangsa yang tengah dilanda keterpurukan multidimensional ini. Tidak semestinya kita terus bersikukuh pada tata cara berkurban saja. Melainkan harus mampu menyelami makna hakiki kurban untuk memperbaiki krisis moral bangsa.

Sudah bukan masanya kita memahami kurban secara secara harfiah sebatas menyembelih hewan ternak. Sehingga setelah acara kurban selesai, kita anggap selesai pulalah kewajiban menunaikan tugas agama.

Alangkah indahnya bila kita sebagai bangsa multi agama mampu merefleksikan kurban ini dengan cara bersatu padu berkurban secara esensial melupakan ego untuk menyelesaikan segala masalah yang menimpa bangsa. Karena hanya dengan ketulusan hati kita bisa menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis dan menyejahterakan umat manusia tanpa melihat apa ageman-nya...

Kayaknya sih begitu...

Gambar 1 : Coexist | Wahyu Geiyonk | Acrylic on canvas | 2009
Gambar 2 : Kambing kurban Posko Relawan Merapi Muntilan 2010

Aku bilang
Memaknai Hari Raya Qurban dengan menyembelih hewan saja tak akan ada artinya tanpa kita mau menggali esensi hakiki kurban demi kemaslahatan bangsa Indonesia...

Orang bilang
Kehidupan bisa berlanjut bila yang bersatu adalah dua hal berbeda namun satu visi - Aktivis anti gay


65 comments:

  1. loh abraham ato ibrahim, kok beda lagi ya, soale nak menurut pengurus RTku asline ki imbrahim, iseh keturunan mbh wongso wadi, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu mah ibrahim juragan tempe, lik...

      Hapus
    2. beda lagi, Mbah ibrahim di kampung saya malah abdi dalem keraton lho, yang katanya uripe ayem walau gajinya cuma 150 ripis

      Hapus
    3. tetangga belakang rumah saya juga namanya Pak Ibrahim. Jadi ketua RT

      Hapus
    4. Abdi dalem bukannya cuma 5 ribu perbulan..?

      Hapus
  2. kalo jaman sekarang harus bisa sering-sering "kurban" perasaan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul...
      Perasaan penuh ego dan miskin toleransi musti kita korbankan demi kepentingan yang lebih besar dalam bangsa ini...

      Hapus
  3. Amazing artikel............ hm....... universal yang dimensional tidak harus dirusak dengan suatu kefanatikan yang sebenarnya memiliki arti sebenarnya. Jempol pisan....... !

    Salam wisata

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahmad Dahlan pernah bilang, fanatik itu sumber kebodohan, pak.
      Lihat saja sekarang umat gampang dipecah belah atas nama fanatisme. Kapan makmurnya kalo berantem mulu..?

      Hapus
  4. Selamat menyambut Idul Adha juga ya Kang, lebaran dah di rumah lum nih ?

    BalasHapus
  5. Mungkin pengorbanan yang lain dilakukan setelah idul adha, untuk sekarang pengorbanan nya melalui kambing/sapi seperti yang sudah diajarkan dan dicontohkan.

    selamat hari raya idul adha - Mohon maaf lahir batin dan semoga mempererat tali persaudaraan sesama blogger. ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semestinya begitu, om
      Kurban jangan dijadikan seremoni tanpa menelaah maknanya lebih jauh..

      Hapus
    2. Tapi kali ini sang Kurban jadi korban mas Rawins. Diliat dari foto

      Hapus
    3. Ketimbang korban perasaan..

      Hapus
  6. Balasan
    1. Qurban itu bahasa Arab, berasal dari bahasa Ibrani, Korban yang turunan dari kata karov yang artinya mendekat. jadi korban bisa diartikan mendekatkan diri kepada Tuhan.

      Dalam bahasa Indonesia istilah korban perlu dibedakan antara sacrife dan victim

      Hapus
  7. sip. umat islam gak perlu ngotot menanggapi sejarah. kan kita sudah ada nabi muhammad. sudah lengkap sempurna. tinggal umatnya menjalankan hakikatnya gak. selamat jagal kambingnya yo mas. xixi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo memang manfaatnya lebih banyak ketimbang mudharatnya, ngotot itu perlu juga, om. Seperti misalnya kita ngotot melupakan perbedaan agar bisa bahu membahu memperbaiki carut marut bangsa ini...

      Hapus
  8. wismakreatif mengucapkan

    Selamat Hari Raya Idul Adha...Maaf Lahir Batin :)

    BalasHapus
  9. Bener Om, jangan hanya sekedar menyembelih hewan kurban saja, tapi harus benar-benar memahami betul arti dari kurban itu sendiri..

    Salam hangat dari Pesantren.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Teorinya memang begitu. Namun prakteknya..?

      Hapus
  10. India itu jaman dulu pernah dibawah pengaruh siria, mungkin ada asimilasi budaya pas itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asimilasi budaya akan tetap ada dan tak akan bisa hilang. Makanya upaya pemurnian tradisi yang sudah berjarak berabad abad adalah sesuatu yang sulit. Selalu terbentur pada penafsiran dan latar belakang kepentingan yang berbeda...

      Hapus
  11. segala contoh dan keyakinan yang udah dijelaskan dalamAlquran, agar kita bisa menerapkan esensidari contoh tersebut, bukan cuman seremonial, bahkanacara qurban sekarang lebih banyak "ria" nya deh...esensinya mah jauuuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah umum kali, mang...
      Mau amal saja musti panggil wartawan :D

      Hapus
  12. tuh kan..voltaire ikut di artikel ini, jyan berbobot tenan

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau lihat pancurannya gede gitu mungkin 4 kili dengan panjang 19 cm, betulkah ?

      Hapus
    2. Yang bener 19 meter tuh selangnya...

      Hapus
  13. Menyimak info yang bermandaat gan.,
    SELAMAT HARI RAYA IEDUL ADHA , Semoga dengan hari ang Istimewa ini, semakin meningkatkan ketakwaan Kita kepada Allah SWT,. Aamiin.,
    kunjungan perama sobb., kalau sempat mampir ke gubug saya yah.,

    BalasHapus
  14. tega, wedhuse ditunggangi -_-

    BalasHapus
  15. met hari raya idul adha..maaf lahir batin

    BalasHapus
  16. kenapa sy jd fokus sm foto dombanya. Keberatan tuh yg nungganinnya :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti dombanya lebih menarik hati ketimbang orangnya ya..?

      Hapus
  17. Kalau gak ihklas ngapain korban, he he he
    Met hari raya idul adha, maafin lahir dan bathin :)

    BalasHapus
  18. Wah si bapak ini kehabisan kata kata ya..?
    Dimana mana komennya sama :D

    BalasHapus
  19. Gambarnya sangat mengharukan dan penuh makna.
    Kambing yang diperlakukan sedemikian rupa

    *efek kebanyakan manjat tower atau efek keseringan posting gambar cewek

    BalasHapus
  20. Ada 2 kata .::politisasi sejarah::., sepertinya saya setuju dengan pendapat ini... Untuk masalah kurban dan sejarahnya plus asal muasal agama dan ritualnya selama ini dengar2 and baca2nya nya sih begitu.. hanya untuk sekedar cuap2 atau sharing bareng teman saya rasa susah sekali karena memang susah mengajak orang bertelanjang ketika membahas agama... jadi ya sudah saya hanya baca2 saja selama ini... saya malah salut, Mas bisa tuangkan di sini...

    Terima kasih pencerahannya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wajar, bang
      Sebagian teman kita memang masih sulit diajak berpikir terbuka. Pendapat yang berbeda suka dianggap menyerang. Padahal kita diwajibkan ijtihad mencoba mencari penafsiran lain tentang suatu aturan. Dan berpikir berbeda itu bukan berarti meninggalkan keyakinan dasarnya kan..?

      Di sini saja lah kalo mau ngobrol bebas
      Tidak sepakat sangat dihargai di sini...

      Hapus
  21. selamat iedul adha

    berqurban itu yang dinialai ikhlasnya---[dan yang menilai hanya Dia yang Haq], bukan jumlah sapi dan kambingnya....dan qurban sendiri luas tak hanya sebatas pas iedul adha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, ibu
      Dan sudah semestinya setelah syariat dilakukan, kita mulai memikirkan hakikatnya...

      Hapus
  22. Tiada rotan kambing pun jadi, heheh

    BalasHapus
  23. kalo aku, idul adha belum lengkap kalo belum lihat penyembelihannya dan mbakar dagingnya buat dsate .

    BalasHapus
  24. Dalem banget Kang tulisan-tulisane sampean ki.

    BalasHapus
  25. mamake ncit wes ra gelem mbok... dadine wedus nggo sasaran... wekekeekkee..

    BalasHapus
  26. dalem banget mas.... daripada bingung mau koment apa ya udah komeng gambar 2 saja

    mudah mudahan saja bukan epek dari 2 bulan belum pulang hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaaaaaaaaaaaaakakakakakakakakkaaa

      Hapus
    2. Halah si mamang kompakan amat sama pak asep kalo urusan ginian..

      Hapus
  27. dan lebih parah kebanyakan orang ngeluh soal kurban perasaan aja heheh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin mengorbankan perasaan itu indah, ceu...

      Hapus
  28. banyak modolnya daripada indahnya...*apakah modol itu heheheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. whats the meaning of modol..?
      tanya saja pada jukut yang bergoyang :D

      Hapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena