17 Oktober 2013

Kenapa Ngiklan.?

#Semua Umur

"Katanya tidak suka iklan, kenapa ngiklan juga, lu..?"

Akhirnya ada komplen berkaitan jurnal berlabel Iklan yang menurutku lebih tepat disebut kesan dan pesan.

Aku namakan testimoni, karena yang kuceritakan adalah pengalaman pribadi saat menggunakan suatu produk atau merk tertentu. Bagaimanapun juga aku musti seimbang antara memuji dan menghujat sesuatu.

Ini berbeda dengan jurnal iklan dalam bentuk kontes. Motivasi penulisnya bukan lagi berbagi dengan teman, melainkan murni iseng-iseng berhadiah. Pernah pake produk apa engga bukan hal penting disini. Wajar bila terkesan berbusa-busa kadang sedikit ngibul dalam penulisannya. 

Dominannya faktor hadiah, sampai-sampai aku pernah komentar yang berbau mempertanyakan, besoknya langsung lenyap. Beneran bukan menyanggah, cuma minta penjelasan detil karena aku memang lagi perlu alat itu.

Siapa sih yang ga mau dapat hadiah..? 
Namun lihat dulu kenyataannya dong. Setelah marketing produk banyak memperalat blogger, begitu sulit kita mencari informasi yang obyektif. Setiap ketik nama produk di Google, yang nongol kebanyakan tulisan promo peserta kontes.

Tulisan teman-teman memang tidak ada yang salah. Namun potensi membutakan orang sehingga membeli produk yang keliru juga musti kita pikirkan.

Bila merasa diri jurnalis publik, tak semestinya kita hanya menonjolkan kelebihan tanpa mengungkap kekurangannya. Produk 100% sempurna itu tidak ada. Dan kita musti sadar bahwa kepedulian terhadap konsumen di Indonesia masih kurang. Masa sih kita malah ikut-ikutan tak peduli..?

Aku contohkan waktu kontes Pure It...
Kebetulan aku lagi butuh alat penyaring karena air di rumah kondisinya kuning berkarat. Cari info di internet, tak kutemukan informasi  gamblang tentang kemampuan Pure It menyaring logam berat. Sampai halaman sekian google isinya tulisan teman-teman mengunggulkan produk Unilever yang dikatakan sangat efektif untuk membunuh bakteri.

Nanya ke SPG Pure It di Carefour pun cuma dapat nomor hapenya doang tanpa ada penjelasan memuaskan. Beruntung aku ketemu teknisinya dan ngobrol agak panjang. Dapatlah keterangan bahwa Pure It tidak bisa mengatasi pencemaran logam berat dan air baku yang dipersyaratkan adalah air PDAM atau air tanah yang bebas kotoran.




Nah lho...
Pernahkah hal itu terpikirkan oleh peserta kontes..? 

Pikirkan pula berapa persen orang yang mau berpikir bahwa bakteri dan logam berat itu berbeda. Masih banyak teman kita yang langsung membuat penilaian final hanya dari pandangan sekilas tanpa mau cari informasi lebih banyak.

Begitu ceritanya kenapa aku kurang suka kontes iklan. 
Tapi mohon dipahami bahwa jurnal kontes ini berbeda dengan blog yang memang diniatkan untuk jualan. Dan tidak sepakat sangat diijinkan di sini...


Aku bilang
Tidak ikutan kontes kayak gitu saja dosaku melalui jurnal ngaco sudah teramat banyak...

Orang bilang
Berbohong untuk kebaikan diri itu tidak dosa - Akil Muchtar



77 comments:

  1. Wah bisa berbahaya juga ya Mas kalo yg diulas yang baik-baiknya saja.. tapi itulah kalo org2 cuman kejar hadiah, nulisnya pasti yg baik-baik aja... dan secara keseluruhan ga melakukan percobaan dulu sebelum diulas.... yah mau bagaimana... kalo ditulis berdasarkan pengalaman pribadi sih mungkin bisa memuaskan pembaca.... Mungkin seperti saya yang sebagian dari tulisan2 di blog berisi review-review produk orang, yg mana saya hanya mendapatkan jatah artiekl jadi dari mereka.. wkwkwkwk... jadinya ya begitulah... saya jg kurang paham kalo ditanya ini itu...

    #Edisi Jujur...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahahah baru aja saya nulis soal manfaat GARAM. Heiheiheie, Ada GARAM juga di sini iheiheiheiheie. Dimana mana yang namanya garam tetaplah ASIN

      Hapus
    2. Kita tak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka, namanya juga lagi usaha. Namun setidaknya kita mau sedikit berpikir tentang efek jangka panjangnya bagi kemaslahatan umat.

      Sebenarnya ada solusi agar informasinya bisa seimbang. Setelah kontes selesai, bikin jurnal pembanding yang memuat kekurangan produk itu. Jadinya google tidak kebanjiran informasi sepihak.

      Masalahnya, kebanyakan peserta belum pernah nyobain sendiri. Pasti bakalan repot kalo musti bikin testimoni secara obyektif...

      Hapus
    3. Hahahahha.. hanya berharap Jujur bisa menjadi penyakit yg menular... wkkk

      @Mas R, Hahahaha.. itu masalahnya... dan kebanyakan hanya mengambil/mencontek (setelah diubah = disinonimkan) punya orang laen yg ada di Dumay... Memang benar.. namanya jg orang usaha, lg ngikut kontes, kadang topik2 seperti ini bisa dibilang "Kejar Tayang" untuk support web2 sponsor..

      Jurnal Pembanding kayaknya keren.. tapi tetap harus njajal dulu kayaknya... wkwkwk

      Hapus
    4. Cuma bisa berharap dan menyampaikan pendapat tanpa boleh memaksa orang mau ketularan. Tugasku cuma menyadarkan diri sendiri bahwa jurnal semacam itu kurang mendukung perlindungan konsumen tentang informasi produk. Ada yang mau ikut syukur, kalopun ga ada minimal aku sudah pernah mencoba untuk berbeda...

      Hapus
    5. Setuju Mas.. sy pun kalo diminta review malah acak2an bahasanya... makanya hanya nrima artikel jadi aja selama ini...

      Hapus
    6. Santai saja, om
      Kita hidup di negara merdeka kok.

      Hapus
  2. Kang Rawiiiiinnnssss... Inilah yang bikin diriku ngiri sama temen-temen yang menang kontes. Hahahaha. Soale saya sendiri kalo belom pernah nyoba barangnya gamau ikutan kontesnya. Ga ngerti kenapa ada beban moral begitu. Apalagi kalo kontesnya isinya dari brosing-brosing ajah trus dimasukin ke postingan. Hueeee. Kepikiran juga takut kalo orang jadi mau beli barang karena baca postingan padahal masih banyak kekurangan yang mungkin belom keekspos di postingan.

    Maturnuwun Kang.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Manusiawi kok, om...
      Wajar bila sebagian teman tak ada rasa bersalah ketika google penuh informasi produk yang sepihak. Padahal dilain sisi mereka suka bilang mencapai tujuan itu tak boleh menghalalkan segala cara. Tapi karena kita hidup di negara bebas, ya gak bisa kan kita paksakan pemahaman ini ke orang lain yang tak sependapat..?

      Hapus
  3. jadi ngejurnal menjadi ajang dosa ya Kang? terus tobat nggak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dengar tuch segeralah bertaubat jgn menebar provokasi dan ajaran sesat terus ingat hidup itu hanya mampir minum

      Hapus
    2. waduh.....
      ngeblog maning ora yah ?

      lah sebodon teuing,jangankan ngejurnal ke mesjid aja bisa bikin dosa kalo menyimpang jalannya :D

      Hapus
    3. kalao ke masjidnya niat ngembat sandal ya dosa dong ah...
      atau cari sensasi, nyolong Al Qur'an, weleh

      Hapus
    4. mantap. Pesanan saya sudah tersedia di sini.
      Ada gambar Cewek cakep , seksi.

      Lanjutkan

      Hapus
    5. Belajar menyeimbangkan informasi juga bagian dari tobat, lik...

      Masalah sesat atau tidak, aku pikir bebas saja menilai atau mengomentari orang lain sejauh tidak memaksakan kehendak agar ikut pemahaman dia. Lagian buatku, hidup itu seperti mengikuti aliran sungai yang tak sepenuhnya bisa dikendalikan arahnya. Jadi bukan sekedar mampir minum yang kalo dibaca teman yang senengnya baca secara harfiah, akan menganggap hidup itu musti banyakin minum minum...

      Dosa atau tidak itu pun bukan urusan orang lain untuk mendakwanya. Hanya Tuhan yang tahu dan Tuhan pun tak pernah ngasih tau siapapun. Makanya jangan sok tahu tentang dosa orang lain...

      Hapus
    6. Bah, diparani anoman kie ... :D

      Hapus
    7. Gapapa, om...
      Ga ada dia ga rame... :D

      Hapus
  4. kalau yang menulis adalah pihak independence, pasti dijelaskan kelebihan dan kekurangannya. Tapi kalau yang menulis peserta kontes atau marketingnya pasti yang ditulis hanya keunggulannya.

    Memang seharusnya info seperti ini perlu dijelaskan secara gamblang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Praktek semacam itu bukan hal yang diharamkan dalam kapitalisme. Asal bisa dapat duit, kita bisa apa saja memanfaatkan celah-celah aturan hukum. Namun bila sebagian teman memang menyadari dan peduli terhadap perlindungan konsumen, sebenarnya bisa saja kita bikin tulisan penyeimbang dari kontes yang diselenggarakan.

      Bukan tulisan tandingan lho ya, karena ini bukan pertandingan mencari pemenang. Namun berjalan sejajar agar konsumen bisa mendapat informasi secara lengkap.

      Hapus
  5. iya makanya aju juga males ngikutan kontes2 produk...:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salut mas Rawins lihay banged dan dapat dengan mudah Nomor HP SPG nya. Ck ck ck ck bisa juga ya. Padhal jarang jarang SPG mau membeirkan Nomor HP priadinya ke orang yang tidak di kenal. Mungkin SPG SPG itu kagum sama Mas Rawins jadi mau aja ngasih nomor HP nya. Luar biasa

      Hapus
    2. Ikut juga gapapa, ceu...
      Kalo memang merasa punya pengalaman dengan produknya kan bagus itu. Karena perusahaan tak cuma punya marketing saja, juga punya bagian quality control yang butuh masukan tentang kekurangan produk.

      Soal SPG itu warisan masa lalu, pak. Kadang mereka beranggapan kalo aku masih jadi event organizer. Ngasih nomor hape itu bukan tanpa pamrih, melainkan ingin dikasih job kalo aku ada acara...

      Hapus
    3. tapi tau sendiri aku suka pelit promo2 hahahha...

      wkwkwk, ada udah dibalik nomer jadinya:D

      Hapus
    4. Nomer apaan yang dibalik..?

      Hapus
  6. berarti yang ikut ngontes kebanyakan bohong ya, hehe :D

    dan yang heran, biasanya yang paling bohong itu yang jadi pemenang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya mereka itu tidak bohong, om. Hanya kurang seimbang saja. Yang disampaikan cuma kelebihan produknya tanpa menyertakan kekurangannya. Padahal bahan tulisan didapat dari website pabriknya yang pasti lebih banyak ungkap sisi positifnya saja...

      Hapus
  7. nanya ke spg cuma dapet nopenya doang tanpa ada penjelasan memuaskan,tapi dapat pelayanan memuaskan gak lik....?

    #spg biasanya ramah tamah,murah senyum loh,pemirsa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. pelayanan jelas memuaskan dong ah, mau nanya tentang pure it malah dapat penjelasan servis dan ganti oli..trus gimana dong ?

      Hapus
    2. Kalo itu sih judulnya espegel...

      Hapus
  8. Waduh..aku dosa kiye Kang..pernah ngiklan juga..hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gapapa kalo itu berdasarkan pengalaman pribadi...

      Hapus
  9. yg baca blognya dosa ga yaaa??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang tahu dosa apa engga mah cuma Tuhan dan yang bersangkutan doang... :D

      Hapus
  10. Balasan
    1. dari sekolah ampe jadi ibu2, kebiasan nyonteknya ngga ilang2 deh ih....;o)

      Hapus
    2. Haha ati-ati fitnah, mang :D

      Hapus
    3. saya kan nyatet, mosok dikira nyontek. Mang lembu tuh yang nyontek :P

      Hapus
    4. Mang lembu males nyatet soalnya bu, senengnya motokopi...

      Hapus
  11. saya pribadi sangat salut dengan tulisan ini, karena akan sebagaimanapun nilai obyektifitas dalam informasi harus dikedepankan, biar tidak ada unsur menipu..

    permasalahannya karena temen temen yg ikut kontes ingin menang, dan penyelenggara kontes rata rata maunya produknya ditulis secara sepihak (yg positif saja).. jadi ya seperti yang sering muncul akhir akhir hasilnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hanya menyampaikan informasi sepihak, pak. Bukan menipu...
      Terasa kurang obyektif, bisa jadi karena iming-iming hadiah itu. Teman-teman jadi terfokus pada hadiah dan kurang memikirkan dampak jangka panjangnya...

      Aku juga ga tau, katanya google bakal mendepak artikel-artikel yang seragam namun nyatanya masih saja penuh sesak dengan tulisan yang kompakan...

      Hapus
    2. yupz bahasan yg sangat menarik.. ada sebuah produk herbal ndeso yang pasarnya sudah sampai suriname,, tapi cara pengolahannya masih pakai cara tradisional yg ternyata cara tersebut menurut prof eny dari hasil penelitiannya terdapat kandungan pektisida semacam pupuk tumbuhan.. jadi menurutnya cara pengolahan tersebut harus di olah ato disarikan lagi supaya lebih higinis dan tidak merugikan konsumen.... tapi krn barang sudah terlanjur laku di pasar ,, maka pemilik sepertinya keberatan dengan cara yg ditawarrkan tersebut.. nah dlm promonya juga kandungan pektisida tersebut tidak dicantumkan.. hayo.. hayo...arep ngumpet neng endi.. hahaha.. njuk gemana itu, hehehe

      Hapus
    3. Itu seperti fenomena jamu Cilacap beberapa tahun lalu yang begitu naik daun sampe ke luar Jawa. Sampai kemudian terbongkar pemakaian obat kimia sebagai campuran. Sempat susah diusut karena juragan jamunya jadi bupati. Untungnya kesangkut korupsi jadinya bisa lengser dan polisi tak lagi susah membongkar modusnya. Tapi tau tuh di lapangannya kaya apa...

      Hapus
  12. ya mangkanya untuk setiap konsumen, selalu teliti, jangan asal percaya iklan... karena iklan kebanyakan 99,9% memodifikasi dari kemampuan aslinya jadi kemampuan super..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena perusahaan memang selalu memisahkan bagian marketing dan bagian quality control agar tidak sampe duduk bareng. Orang marketing sengaja tak dibekali kemampuan teknis sampe detil agar dia bisa mempromosikan produknya tanpa rasa bersalah. Toh kalo kemudian ada masalah dengan produk, orang marketing cukup bilang, silakan hubungi teknisi kami...

      Hapus
  13. *tepuk-tangan aja, ah. Trus salaman aja sama mas Rawins...

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya bertugas ngasih cipok basah untuk keduanya

      Hapus
    2. Kalo kurang basah, salamannya di kali...

      Hapus
  14. Aku belum pernah ni mas ikut kontes yg membahas produk. Apa lagi gak makai produknya terus nulis ttgnya, perasaan gimana gitu. Tp kalau suatu hari ikut, aku gak akan ngecap deh kalau gak punya product knowledge memadai :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semestinya begitu, bu
      Tapi kalo semua orang kayak ibu, bisa mumet tuh orang-orang marketing, hehe...

      Hapus
  15. heheheee...akhirnya obrolan yang pernah kita diskusimumetkan waktu dirumah nongol juga, untungnya kita sepaham tentang kontes2an jadinya klop, tapi alesannya kenapa ngga ngiklan(baca: ikutan kontes) tentu berbeda...kalau akang mah alesannya gituh...kalau sayah mah takut dosa....kan ada unsur bohongnya....hahaaay

    Berbohong untuk kebaikan diri itu tidak dosa - Akil Muchtar

    BalasHapus
    Balasan
    1. begitu ya...baru tahu saya..... :-D

      Hapus
    2. Sebenarnya begitu banyak yang mengendap dalam pikiran, mang. Cuma butuh pemicu saja buat nongolinnya sehingga bisa jadi satu tulisan. Lagian si mamang ga pernah nyolak nyolek cuma sipak cipok mulu. Gimana bisa inget tentang hal itu..?

      Hapus
    3. colak colek mah kerjaannya abegeh yang kurang pede kang....hiihii

      Hapus
    4. Perasaan yang suka colak colek malah yang kepedean..?

      Hapus
  16. kok statement AM ikut juga hadir....dosa itu urusan yang Maha Tahu, kalau kita sebagai manusia hanya berurusan dengan hati nurani.....,
    tapi terkadang iklan memang menyesatkan pandangan visual, jualan oli, jualan mobil..yang ditampilin model cewek dengan pakaian menggoda...lah hubungannya apa ya.... apa mungkin beli mobil dapat bonus cewek, atau beli oli serasa dapat cewek gitu.... :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha mohon dimaafkan, pak. Itu cuma mengutip apa kata orang dapat nemu di internet.

      Soal cewek sexy itu memang strategi dagang dimana cewek itu cenderung menarik perhatian baik untuk kaum laki-laki maupun perempuan itu sendiri. Marketer tau cara memanfaatkan kelemahan manusia yang mudah terganggu fokusnya oleh hal-hal yang indah.

      Pertanyaan konsumen tentang teknis produk saat dilayani SPG pastilah tak bakalan sedetil saat dilayani oleh mekanik. Celah ini yang dimanfaatkan dengan harapan konsumen tidak banyak bertanya tapi langsung beli...

      Hapus
  17. aku pernah ikut kontes yg membahas produk..tp biasanya aku ikut kalo aku prnh pake produknya jg..jadi yg ditulis bener2 yg aku tau gak..tp gak pernah menang sih hehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang penting ga menang itu bukan karena ngibulnya kurang, bu :D

      Hapus
  18. saya belum pernah ikut kontes mas ... pernah sih nulis Bolu Ubi Cilembu malah dikira ikutan kontes dan ngiklan hehehe

    setelah saya baca tulisannya... malah saya tertari banget sama gambar iklannya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. bagaimana kalo gambarnya aku ganti foto mang lembu..?

      Hapus
  19. mereview kadang ada yang berlebihan demi memuaskan pihak yang kita review. Mungkin demi memanangkan lomba. itulah iklan yang tidak berani mengungkapkan kelemahan produknya. demi target. aku banget nih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo memang punya data lengkap, kan bisa bikin jurnal pembandingnya setelah lombanya selesai. Atau jurnal yang ada diedit lagi, kekurangan datanya tambahin kesitu. Kalopun ada komen yang keliatan membahayakan lomba jangan dihapus lah. Sementara umpetin ke spam dulu, tar balikin lagi kalo udah beres.

      Jadi lomba aman, beban moral ke konsumen dalam jangka panjang juga bisa dikurangi. Sekedar ide doang sih...

      Hapus
  20. apa ini termasuk pembohongan publik ya mas, padahal seperti ini kan banyak yang membutuhkan, kalo tidak berimbang ya jelas merugikan konsumen dong

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bohong sih sebenarnya engga, orang yang mereka tulis mungkin beneran begitu menurut pabriknya. Tapi informasi tidak seimbang ini kan berpotensi menjerumuskan konsumen.

      Contohnya dalam kasusku. Kalo aku tidak banyak tanya-tanya, aku pasti sudah beli tuh produk. Kecewa ga bisa menyaring logam berat juga percuma wong udah keburu dibeli...

      Hapus
  21. Iklan tidak sepenuhnya tepat dengan produk yang mereka buat,mesti hati-hati dan teliti untuk terhadap produk yang memang dikatakan sebagai yang terbaik dan unggulan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, om...
      Andai saja blog tersebut memang khusus buat jualan sih gapapa, kita bisa lebih hati-hati dalam menyikapi. Ini tentu berbeda saat baca blog yang biasanya diisi cerita keseharian. Dikiranya beneran itu pengalaman pribadi...

      Hapus
  22. yaa mungkin itu salah satu strategi Marketing untuk mendongrak daya jual mas...sama halnya jika kita menjual roduk secara Online, kadang harus menggunakan kata kata sales letter yang hebat agar terjadi pembelian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, om
      Makanya aku bedakan tuh antara usahawan internet dengan peserta kontes yang suka ngaku jadi jurnalis publik. Kalo itu dilakukan oleh pedagang, kayaknya sah sah saja. Tapi sebagai citizen jurnalis, kayaknya kok kurang pas tuh...

      Hapus
  23. semuanya tak difikirkan mas.. yang ada dalam otak para kontestan hanyalah menang dan dapat hadiah.. tak memikirkan kalau ternyata ada yang serius dengan tulisannya yang ngaco sedikit ngibul itu.. hehehehe

    wes seng sabar wae mas rawins.. biar awet muda hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku sih cuek aja, om
      Udah biasa cross check sana sini saat butuh sesuatu. Aku cuma kasihan dengan beberapa teman yang jarang mau cari data pembanding. Asal baca sekilas dibilang bagus, dianggapnya itu kesimpulan final. Setelah beli baru ngomel-ngomel, hehe

      Hapus
  24. Benar Kang, sekarang kontes banyak pesan sponsor yang tidak obyektif dan banyak memanfaatkan ke akhlian blogger dan komunitasnya. Di anggap dengan dana yang mereka keluarkan merasa sudah beasar bagi para blogger, padahal sih tidak seberapa di bandig dengan harga suatu kreatifitas. Belum lagi link yang terpasang akan membuat nilai web blog kita menurun. He,,, he,,, he,,,, Jadi kita juga harus cerdas menjadi blogger sekarang. Jangan mudah di perdaya. Hal ini pun karena ada pihak oknum blogger yang mencari projek untuk kepentinan pribadinya yang terbungkus pesan sponsor.


    Salam wisata

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu strategi bagus yang murah meriah, pak
      Berapa biaya iklan kalo harus bayar adsense google atau ngiklan di web berita misalnya. Cukup modal hape rada keren paling harga 3 atau 5 juta, ratusan blogger bisa diperalat untuk membentuk imej dan menebar link produk

      Tak bisa salahkan mereka, pak. Kuncinya tetap di kita sendiri, mau engga dibeli seharga hadiah. Itupun kalo menang, heheh...

      Hapus
    2. betul jg ya, kalau ada yang search di google banyak artikel sampah seperti itu

      Hapus
    3. Jangan bilang sampah, om
      Tulisan temen temen itu, hehe...

      Hapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena