Nungging Unik

#Semua Umur

Sebelum kamera disita Kapolda waktu cuti kemarin, pas kerjaan lagi longgar, pasukan ngajak ke hutan buat nembak dan hunting foto. 

Bosen masuk hutan terus, aku nanya gini, "sekali-kali jeprat-jepret ke kota kenapa..? Ada spot yang asik ga..?"

Jawabannya bikin kaget. "Kita nungging aja, pak. Asik buat difoto-foto..."

Diajakin nungging sama si neng, aku sempat bengong agak lama antara omes campur parno. Penasaran, aku tanya, "maksut loh..?"

"Katanya bosen motret hutan terus. Ke pasar Tungging kan rame banyak obyek human interest..."

"Oooh..."

Kalo pasar Tungging aku tahu. Pasar tradisional di kota yang rame seminggu sekali dan jadi satu-satunya hiburan masyarakat pedalaman dari yang beneran mau belanja atau sekedar jalan-jalan. Tapi ngemol pake istilah nungging suer baru denger.

#Panci mana panci...

Ada juga kesalahpahaman lain saat ngajak mereka belajar motret berikutnya. Aku nanya begini, "untuk minggu besok cari spot yang eksotis kemana ya..?"

"Eksotis tuh gimana, pak..?"

"Yang unik, bro..."

"Di kampung saya banyak anak unik..."

Haqul yaqin dengan omongan teman aku ga banyak nanya. Aku pikir di kampung dia masih banyak anak-anak dengan penampilan ala suku Dayak tradisional. Aku sering lihat tapi kan di acara adat atau festival. Kalo dalam keseharian aku belum pernah makanya penasaran habis.

Begitu sampai ke rumah dia, aku diajak ke belakang rumah terus ditunjukin makhluk seperti pada gambar di bawah...

"Itu mah babi, dodol..."

"Anak unik anak iwek anak babi kan sama, pak..."

"Oooh..."

#Mendadak pengen ngemut tripod...