13 Juni 2015

Sandal Ilang

#Dewasa

Ada komen alay masuk di jurnal Berburu. "Ky org g beragama sja sgl mcm dimakn"

Religius tapi cetek

Kalo pun beliau muslim, pemahamannya atas perintah "iqra" baru sebatas baca tulisan secara harfiah dan belum mampu membaca bahwa alam semesta dan segala sisi kemanusiaan adalah kitab yang lebih suci dari ayat-ayat Tuhan.

Semua Tuhan mengajarkan cinta kasih namun agama membuat umatnya mengkotak-kotakan diri. Filosofi habluminannas dibaca sepotong-sepotong dalam edisi terbatas untuk kalangan sendiri. Yang lebih bayak terjadi justru bahlulminanas...

Buatku, kemanusiaan adalah universal. Sebelum mencoba mencapai tingkatan syariat, tarikat, hakikat dan makrifat, pondasi pokok yang harus dipelajari adalah hubungan antar manusia. Kalo masih suka menghujat orang lain yang beda pemahaman, berarti belum masanya aku belajar syariat.

Ketika melihat sesuatu yang tidak sesuai norma yang kita anut, tak semestinya kita bilang itu perbuatan orang yang tidak punya agama. Karena kenyataan yang ada di sekitar kita, tersangka maling, pembunuh, pemerkosa atau bahkan koruptor 99,99% adalah orang beragama. Ada yang mau bantah..?

Pembenaran atas nama agama lebih banyak digunakan untuk melupakan ajaran ketuhanan. Bahkan agama telah menjadi sumber bencana kemanusiaan secara massal. Atas nama agama berapa banyak jiwa melayang saat perang salib atau kerusuhan etnis. Tergiur iming-iming surga sampai melupakan bahwa kedamaian surga harus dimulai sejak di dunia fana.

Salah satu contoh sederhana ada di jurnal jadul. Aku bahas apa, komentarnya pada berantem kemana-mana. Sengaja tak aku hapus dan biarkan mereka terus bicara. Dengan ini aku bisa mengerti bahwa begitu banyak yang getol bicara agama namun pemahamannya begitu dangkal.

Penganut Martoisme bilang, Tuhan itu fakta. Agama yang menjadikannya mitos...

Sedangkan aku lebih suka mengatakan, kita begitu sibuk dengan tata cara beragama sampai melupakan tata cara bertuhan...

Lupakan agama kalo itu hanya membuat kita terpecah belah. Toh agama tidak ada korelasi positip dengan moral. Aku tak akan bahas ini panjang lebar karena jurnal ini sekedar unek-unek ga jelas dan bukan tausyah keagamaan.

Satu contoh gampang saja. Kalo dengar ada yang bilang "sandal ilang", kenapa pemikiran spontan pertama yang muncul di kepala adalah masjid. Masjid itu apa..?

Semoga pikiranku bisa lebih terbuka dengan ini...
Amiiin... 69X

Wassalam...

38 comments:

  1. Balasan
    1. Anonim ada lagi ya..? :)
      Cinta kali dia ama kau lah, mas..

      Hapus
    2. Ngopi ngopi dulu yuk Mbak, sambil nungguin Si Anonim

      Hapus
    3. padahal saya yang jadi anonim teh deh

      Hapus
    4. Yuk lah ngopi dulu.. Ikut mang?

      Hapus
    5. Hihihi biarin lah
      Penggemar gelapku itu... :D

      Hapus
  2. Balasan
    1. bahlul itu wan abud, jadi wan abud makan nanas # halah

      Hapus
    2. Nah betul itu kata ibue Zaki... :D

      Hapus
  3. judulnya sandal isinya luar biasa

    BalasHapus
  4. kalo menurut sayamah kolerasi agama dengan moral ada bnget kang. aduh malah bingung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi santai aja, mang
      Ga ada yang perlu dibikin bingung kok

      Hapus
  5. Saya kirain mah bahas sandal ilang gitu mas. Ternyataaaaa. Dalam bahasannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam apanya orang cuma bahas sandal...

      Hapus
    2. Sandale dicemplungke sumur ya dalam pak...

      Hapus
  6. karena masjid itu tempat yang sangat plural semua orang yang beragama apapun boleh mampir masjid.. walau hanya sekedar kencing.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau kencing ke toilet kang

      Hapus
    2. Nah benar itu kata Mas Rip
      Baru tau kalo om Mus suka kencing di masjid, haha

      Hapus
  7. bahlulminannas...xi xi xi xi lucu ya...jadi inget Wan Abud.

    BalasHapus
  8. saya suka dengan kata diatas "manusia terlalu sibuk dengan tata cara beragama,tapi lupa dengan tata cara ber Tuhan"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi maap. Kadang empet dengan orang yang suka bawa bawa agama cuma buat pembenaran melupakan filosofi ketuhanan...

      Hapus
  9. Berarti individunya Pak yang harus ditata ulang biar beragama yang bener, biar nggak sibuk men-judge orang lain.. #wis mbuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan dipikirin, om
      Aku aja udah lupa dengan tulisan diatas :D

      Hapus
  10. Apapun cara nya, yg penting kita melaksanakan perintah nya dan menjauhi larangan nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal aturan dibikin katanya untuk dilanggar...
      *sampluk panci

      Hapus
  11. diakhiri dengan kalimat pamungkas...
    mantabh mas....

    saya jd penasaran dng pendapat "njenengan" ttg pendapat mengenai waktu ramadhan warung makan, tempat hiburan dewasa, dll harus ditutup utk hormati puasa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah banyak yang bahas itu tar malah bosen bacanya...

      Hapus
  12. Jadi kata bahlul itu dari bahlulminas yaaaa...

    BalasHapus
  13. Oalah. Sandal ki ngene to artine..

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena