26 Juli 2007

Gunung Srandil, 23 Nopember 1993

Disaat sakit seperti ini, kenapa aku jadi ingat semua yang telah mendahului aku. Semua bayangan-bayangan lalu akan teman-temanku datang dan pergi silih berganti.

Kenapa aku ingat itu terus. Apakah aku akan segera menyusul mereka?


Di ujung subuh ini pun aku ingat tiga temanku dulu. Tunas tunas muda Bhayangkara yang gugur 14 tahun lalu di pesisir laut selatan.  Aku coba mengingatnya dari awal…

Polres Banyumas, 22-11-93 10:00
Rapat Krida SAR Saka Bhayangkara di Aula Sumarto Polres Banyumas. Memutuskan pelaksanaan kegiatan Latihan Dasar SAR pantai di pantai Selok – Srandil Cilacap. Aku yang saat itu Ketua Instruktur Muda Krida SAR ditunjuk menjadi tim survai bersama dua anak buahku, Muryanto dan Daryo.

Petilasan Jambe Pitu, 22-11-93 14:00
Setelah lapor ke Polsek  Adipala, tim kecil mulai bergerak dari Lokasi Petilasan Jambe Pitu menelusur gua-gua yang ada di sepanjang pantai Selok sampai dengan Gunung Srandil.

Gua Rahayu, 22-11-93 17:00
Timku memasang tenda untuk istirahat sejenak sebelum memulai pengamatan lokasi lebih lanjut malam nanti. Baru selesai tenda kami pasang datang 4 orang kawan dari Purwokerto menyusul, Eko Win, Wardan, Ratna dan Gina.

Gua Rahayu, 22-11-93, 23:00
Timku selesai melaksanakan survai malam. Karena ada yang menyusul kami memutuskan tidur di gua. Yang laki-laki di ujung sebelah barat yang perempuan di ujung sebelah timur berjarak sekitar 10 meteran. Aku sendiri duduk di tengah-tengah sambil menjaga api unggun.


Karena terlalu lelah aku terlelap. Aku terbangun ketika mendengar suara berbisik-bisik. Aku melirik ke mulut gua. Aku terhenyak, tapi entah mengapa aku tak ingin berbuat apa-apa dan hanya memperhatikan Mury dan Ratna tengah duduk berduaan di atas pasir sambil menatap bulan diatas laut. Ada yang sedikit tertangkap di telingaku, keduanya tengah saling menyatakan cinta. Alangkah indahnya….

Gunung Srandil, 23-11-93 11:00
Aku menyelesaikan survai akhir bersama timku ditambah Wardan. Wko Win, Gina dan Ratna pulang ke Purwokerto tadi pagi. Aku beristirahat di warung kopi pak Ali dekat pantai sambil menjemur tenda yang baru saku cuci, sementara tiga anak buahku berlarian sepanjang pantai ke arah timur.


Satu jam berlalu mereka tak juga kembali. Akupun menyusul mereka ke arah Gunung Srandil. Kulihat Mury dan Daryo berteriak-teriak di tengah ombak. Aku berlri mendekat.


Masya Allah… Wardan terseret arus. Aku ambil tali yang mereka bawa dan aku lemparkan ke arah Mury dan Daryo. Aku perintahkan mereka naik ke pantai sementara aku berenang ke tengah ke arah Wardan.


Aku ikatkan tali ke pinggang Wardan. Tiba arus kuat menarikku. Akupun mengikat tali ke pinggangku dan berteriak agar Mury dan Daryo menarik tali. Entah aku salah teriak atau mereka salah dengar, keduanya malah ikut lari ke arah laut.


Setelah itu aku tak tahu apa yang terjadi. Semuanya begitu cepat. Yang aku ingat aku tersedot arus bawah laut dan ketika muncul aku sudah berada di tengah laut. Aku tak melihat Wardan. Yang kelihatan hanya Daryo yang kelihatan seperti berdoa dengan wajah pucat dan Mury yang terus histeris ditengah gulungan ombak laut selatan yang ganas.


Sia-sia aku berusaha menenangkan mereka. Aku berusaha berenang ke pantai. Sekitar 15 menit aku berjuang menarik ketiga temanku sampai akhirnya aku pasrah.


Aku lepas ikatan tali di pinggangku dan aku berenang sendiri ke pantai. Di pantai aku sudah tidak melihat mereka lagi. Aku masih sempat berdoa untuk keselamatan mereka. Lalu aku lari seperti tanpa sadar mendaki gunung Selok menuju Pos PPA. Dari sana aku diantar ke Polsek Adipala.

Polsek Adipala. 23-11-93 14:00
Rombongan Pamong dan Kasat Bimmas Polres Banyumas tiba di Polsek Adipala. Baru saat itu aku tersadar dan aku sempat terisak sejenak. Kemudian susul menyusul berdatangan Tim SAR dari berbagai daerah. Menjelang sore aku dibawa kembali ke Purwokerto oleh Pamong Saka.

Polres Banyumas, 23-11-93 20:00
Aula Sumarto penuh teman-temanku yang ingin tahu nasib ketiga rekanku. Sedih rasanya melihat teman-teman perempuan semuanya bermata sembab. Sepanjang malam aku terus memeluk Ratna yang histeris tidak bisa menerima kekasihnya yang baru semalam terbawa ombak. Berulang kali aku masuk ke ruang Sabhara memanggil Polsek Adipala melalui radio untuk menanyakan hasil pencarian oleh Tim SAR.

Polres Banyumas, 24-11-93, 07:00
Semua yang disitu tidak ada yang tidur sepanjang malam. Setiap kali radio di penjagaan berbunyi, mereka sigap memasang telinga. Sampai akhirnya dari Polres Cilacap memanggil.
Ketiga korban sudah ditemukan di pantai Bunton dalam kondisi meninggal….

Kroya, 24-11-93, 14:00
Aku yang sempat shock dengan berita pagi tadi akhirnya sedikit mampu menguatkan diri. Bersama beberapa orang teman aku segera meluncur ke Kroya untuk menghadiri pemakaman ketiga rekanku. Hanya pemakaman Daryo dan Mury yang sempat aku hadiri. Aku kembali terguncang dan tak mampu lagi untuk berbuat apa-apa.


Selamat jalan sahabat…
Aku takkan melupakan kebersamaan kita dulu. Kita sudah sehidup semati dalam pelatihan maupun penugasan. Dalam karya maupun keseharian. Namamu akan tetap harum dalam ingatanku. Dan entah kenapa dalam dua hari ini bayangan-bayangan itu kuat sekali di pelupuk mataku….


Hanya satu yang aku sesali. Sampai saat ini aku belum bisa menabur bunga di pusaramu… Maafkan aku sobat…

In memoriam : Daryo, Muryanto, Wardan…
PS: Ratna berita terakhir aku dengar bekerja di Batam. Eko Win dan Gina telah menikah…  When will see you again, friends…

 

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena