08 Juli 2007

Komputer = Pentium

Ada sepenggal kisah ringan yang sepertinya menarik untuk dijadikan bahan pemikiran kita di waktu senggang.

Sekitar satu bulan lalu ada seorang bapak berseragam keki (pemda) datang kepada kami menanyakan harga satu unit komputer Pentium 4 untuk putranya. Karena kami memang tidak menjual komputer, kami hanya membuatkan spesifikasi teknis dan perkiraan harganya saja.

Dan karena anggarannya minim saya menyarankan penggunaan prosesor Celeron. Bapak tadi menolak dengan alasan Celeron tidak bagus, tanpa bisa menjelaskan tidak bagusnya karena apa.

Beberapa hari yang lalu, Bapak tadi datang kembali ke tempat kami membawa CPU dengan keluhan error. Beliau sudah membeli Pentium 4 di Purwokerto dengan harga jauh di bawah yang saya buatkan oret-oretannya dulu. Setelah saya buka CPU tersebut, saya bertanya kepada Bapak itu. “Katanya tidak mau Celeron kok ini pake Celeron, pak?”


Bapak tadi malah melihat saya dengan pandangan sedikit aneh. “Masa, mas? Kata yang jualnya Pentium 4!”

Setelah itu ceritanya menjadi panjang. Tapi karena sekedar prolog, cukuplah sampai disini saja. Selain Bapak yang tadi, masih banyak bapak-bapak lain yang bernasib sama dengan Bapak Pentium itu. Bukan bapak tadi yang salah, tetapi saya dan teman-teman saya termasuk si penjual komputer itu lah yang berdosa. 


Sebagai orang yang sedikit lebih tahu tentang komputer tak mau sedikit berbagi kepada mereka yang awam. Malah ada kecenderungan untuk memanfaatkan ketidak tahuan sang bapak untuk mencari sesuatu.

Yang saya lihat, masyarakat umum hanya tahu kalau komputer itu adalah pentium dan pentium adalah komputer. Mereka jarang yang menyadari kalau pentium itu hanya bagian kecil saja dari yang namanya komputer.

Mungkin perlu sedikit dibuka pemahaman seperti kita memahami sepeda motor. Dulu masyarakat kita menyebut motor dengan nama Honda. (untuk pihak yang berkepentingan dengan honda mohon maaf, kami tidak bermaksud apa-apa hanya sekedar memberikan contoh). 


Setelah waktu berjalan, nama itu mulai bergeser walaupun belum sepenuhnya benar, soalnya kadang masih terdengar orang bilang “tuku hondane Jupiter MX bae men kaya komeng”

Saya pun punya keinginan seperti itu. Minimal masyarakat bisa memahami bila komputer dianggap sebuah rumah, pentium itu sekedar pompa air, sebuah bagian kecil dari rumah itu walaupun fungsinya vital. Dan pompa air itu bisa bermerk National, Simitzsu atau lainnya bukan hanya Sanyo. 


Prosesor pun tidak hanya pentium. Pentium hanya satu nama dari salah satu produk Intel Corporation. Intel sendiri mengeluarkan cukup banyak prosesor, ada Celeron, ada Presscott. Dari merk Pentium sendiri ada beberapa tipe, ada Northwood, ada Willamette dan lain lain. Dan selain Intel ada pabrikan lain yang turut andil di kancah perprosesoran. AMD dengan Athlon, Duron, Sempron. Lalu ada VIA dengan Cyrix, Samuel dan masih banyak yang lainnya.

Bukannya prosesor merk lain tidak ada yang mempergunakan. Banyak! Tapi si penjualnya mengatakan dengan nama pentium. Seperti hari kemarin ada seorang wiraswasta di bidang seluler dari Gandrung mengatakan komputernya sebagai Pentium III padahal yang digunakan adalah AMD Duron. Salah siapa?


Apa penjualnya juga tidak tahu menahu soal prosesor? Atau sekedar trik dagang untuk bisa menjual komponen murah dengan harga tinggi.

Memang orang dagang itu harus untung sebesar-besarnya. Itu sah! Tapi konsumen tidak seharusnya dibodohi. Mereka berhak mendapatkan apa yang telah dibayarkan. Tidak ada tuntutan hukum menjual mendoan seharga sate kambing. Asalkan konsumen setuju membayar mendoan dengan harga itu, perkara selesai. Yang penting konsumen tahu yang dibeli adalah mendoan, bukan sate. Terlepas dari penambahan fasilitas lain misalkan mendoan tersebut rasa sate atau strawberry.

Saya jadi teringat ucapan Sang Bapak dulu, “ampun Celeron mas lah, mboten sae” Mengapa Celeron dianggap tidak bagus. Apa sih bedanya Pentium dengan Celeron?

Secara sederhana perbedaan kedua unggulan Intel tersebut hanya pada kapasitas L2 cache dimana Celeron hanya setengahnya Pentium. Misalkan Pentium L2 Cachenya 512MB, Celeron hanya 256MB. Padahal pada prosesor, faktor penentu utamanya adalah clock cycle. Untuk aplikasi standar perkantoran atau rumahan, L2 Cache Celeron sudah sangat memadai. 


Perbedaan tersebut baru terasa pada saat kita menggunakan aplikasi grafis berat atau game 3D terbaru. Padahal untuk menjalankan misalnya Prince of Persia atau Doom3, menggunakan Pentium saja tanpa didukung RAM sebesar 512MB dan VGA Card 128 MB tetap tidak mampu. Perlu diketahui, feature Celeron sekarang sudah lebih bagus daripada Pentium keluaran tahun lalu.

Untuk itu kebijaksanaan kita dalam memilih perangkat komputer tentu harus mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan kinerja dan kondisi keuangan. Untuk apa kita memaksakan membeli Ferrari atau Lambourghini kalau kita hanya mondar mandir dari terminal Sidareja sampai setuan saja yang jalannya mirip sungai tak berair. Terkecuali di Sidareja sudah ada jalan tol atau memang anda bersaku ekstra tebal baru lain ceritanya.

Yang perlu diketahui, pemilihan prosesor bukan sekedar pentium atau bukan, tapi dari pengujian kinerja atau benchmark. Coba test dengan Sisoftsandra (http://www.sisoftware.net/sandra/) atau Everest (http://www.Lavalys.com/everest/). Perhatikan keunggulannya dibidang apa, ingat kebutuhan komputer anda untuk apa lalu periksa isi saku anda ada anggaran berapa.

Sudah bukan masanya kita berargumen tanpa landasan pengujian ilmiah. Tidak cukup berbicara hanya bermodal “jare “ . 


Komunitas komputer Sidareja bukan kusir dokar yang berdebat dengan Polantas di prapatan terminal hanya karena menerobos lampu merah. “kulo pirso lampune abrit kedah mandeg, tapi jaran kulo mboten mudeng, dados labas mawon”

Jadi pada intinya, bijaksanalah dalam kita memilih komponen untuk komputer kita. Bukan hanya prosesor, tapi di semua bagian. Tak perlu kita merogoh saku terlalu dalam untuk membeli VGA Card 128 MB kalau hanya untuk mengetik, VGA onboard pun kini sudah lebih bagus daripada VGA AGP produksi 1 atau 2 tahun lalu.

Karena ini sekedar opini, tak perlulah kita terlalu dalam membahas masalah teknisnya. Tujuan utama tulisan ini hanya untuk membuka wawasan pembaca bahwa komputer itu teramat kompleks. Teliti dan hati-hati sangatlah perlu.

Bukan pula untuk menyudutkan Intel atau Pentiumnya. Kepada pihak Intel kami mohon maaf bila produk anda kami jadikan sampel tulisan ini.

Sekali lagi ini sekedar wacana. Penafsiran dan pemahamannya kami kembalikan ke pemikiran anda masing-masing. Anda lebih tahu mana yang terbaik untuk anda.

Terima kasih.



Arsip Multiply

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena