Pembenaranku #2

#Dewasa

Baru dua hari pengen nulis rada bener, sudah dua orang japri minta aku kembali ke jalan yang benar. Yaitu jalannya orang-orang yang ngaco dan bukan jalannya orang-orang yang serius. Katanya, "cape kudu mikir..."

Berarti emang bener kata Henry Ford, "Berpikir adalah pekerjaan terberat. Karena itulah sedikit sekali orang yang mau menggunakan otaknya..."

Ada yang nagih janji untuk bikin kelanjutan jurnal Pembenaranku. Daripada aku ikutan mumet, yowes dilanjut dah...

Pertanyaan terbanyak dari teman adalah, bagaimana caraku menilai ibue di jumpa pertama sampai berani ambil resiko melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Pandangan pertama...

Aku temukan sosok sederhana tanpa terlalu banyak aksesoris apalagi sampai menor bak toko berjalan. Dari penampilan aku bisa katakan kalo ibue orangnya ga neko-neko. Orang yang sifat dan sikapnya sederhana, biasanya cara berpikirnya pun simpel. Andai kata dalam rumah tangga nanti ada masalah, akan mudah mencari penyelesaian karena aku juga ga suka berpikir secara berbelit-belit.

Berani tampil apa adanya di pertemuan pertama itu jarang dilakukan cewek. Sederhana namun rapi, aku bisa katakan kalo ibue orangnya pede dengan apa yang dia punya. Orang pede itu semangat hidupnya tinggi, lebih mandiri dan tidak rewel untuk hal-hal yang tidak perlu. 

Aku bisa bilang gitu, soalnya waktu itu punya staf cewek yang ribetnya minta ampun. Mau keluar ruangan saja kudu ngaca dulu nambahin bedak lipstik mencengin alis dll dll. Tanpa aksesoris katanya ga pede ketemu orang. Beneran bikin cape kalo lagi even. Waktu udah mepet yang ditungguin malah ngacir ke toilet untuk berbenah diri yang tak pernah sebentar.

Itu sudut pandangku...

Dari sisi ibue, dia pernah cerita juga bagaimana menilai kesan pertamanya. Katanya aku cenderung pendiam tapi dudul kalo ngomong asal nyeplos. Dia mau lanjutin hubungan karena merasa yakin bisa menyiapkan mental dalam waktu singkat punya suami yang ga romantis. Toh ada penggantinya dimana orang dudul itu gampang diajak bicara, seneng becanda dan tak mudah tersinggung. Ibue juga bilang suka yang ga banyak omong tapi banyak kerja. Makanya kebukti, ga pake rayu-rayu tau-tau udah telat bulan.

Ibue bilang dia sadar diri akan usia yang sudah kepala 3 tak bakal punya banyak waktu dan pilihan. Kerjaanku di galeri seni jadi adalah satu bahan pertimbangan. Katanya orang seni itu bisa melihat keindahan tidak dari kemasannya saja. Namun dari segala sisi sebagaimana menilai lukisan abstrak yang menurut orang lain buruk atau membingungkan.

Selain itu, ibue beranggapan pola pikirku seperti kolektor barang antik. Semakin tua sebuah lukisan, akan dianggap semakin berharga. Ibue pun berharap aku makin menyayanginya seiring usianya bertambah.

Kira-kira begitu...

Dah tamat ga bersambung lagi...

Intinya

Kesan pertama yang biasa saja ternyata bisa menjadi luar biasa di kisah selanjutnya. Memang tak semua dugaan awal itu benar. Namun penilaian tentang pekerja seni kayaknya benar banget. Karena dalam banyak hal aku begitu lekat dengan prinsip persenian dan perangkat produksi air seni sebagai prinsip hidup.

Suami yang baik adalah suami yang suka membuat kemaluan istrinya basah, bukan matanya...

Dan istri yang baik adalah istri yang suka membuat kemaluan suaminya keras, bukan hati dan hidupnya..