#Dewasa
Habis dikomplen teman sekolah di pesbuk, "invite dari jaman Jepang belum dikonfirm juga..."
Banyak teman memang bagus. Tapi kalo cuma menuh-menuhin daftar doang tanpa interaksi aku malas. Makanya antrian impitan di pesbuk yang belum aku konfirm lumayan banyak.
Kembali ke komplen teman tadi, aku sempatin komplen balik. Emang susah kirim permintaan pertemanan sambil memperkenalkan diri..?
Sudah namanya ngasal, profilnya pake foto artis, pas dilihat wall dia semua posting hanya dibuka untuk teman saja.
Yang pake foto sendiri saja aku harus berpikir keras. Jaman sekolah culun kerempeng, sekarang klimis makmur. Nama asli pun kadang ga membantu. Maklum anak STM yang suka seenaknya dan tak jarang manggil teman pake nama bapaknya.
Itu juga yang jadi alasan kenapa aku pake nama udara di dunia maya. Waktu jaman jaya-jayanya IRC dan YM, ngasih tahu nama asli ke teman lama malah dijawab lupa. Begitu bilang rawin, baru teman teriak, "howalah kowe tho, dul..."
Di kerjaan kondisinya hampir sama
Wilayah kerja terlalu luas dengan jumlah karyawan ribuan bikin banyak yang ga tau nama asliku. Begitu dibilang yang suka manjat tower atau mondar-mandir pake mobil bernomor lambung IT-69, langsung mengangguk-anggukan kepala, "oooh pak aiti ya..?"
Di rumah...
Anak-anak cuma ngerti kata ayah doang
Gurunya cerita ketika ditanya nama bapaknya siapa, Ncit cuma jawab, "ayah..."
"Iya nama ayahnya siapa..?"
"Ayah Cita sama ayah De Encip, bu..."
Mungkin ini gara-gara ibue Ncip yang selalu mengajarkan jangan panggil nama doang kepada siapapun dengan alasan tata krama. Seperti sejak awal kenal ibue Ncip selalu manggil aku "mas". Baru setelah menikah panggilannya jadi "yah..."
Semoga sih beneran ganti "yah" karena alasan kesopanan
Bukan kebawa kebiasaan saat ibadah malam suka bilang, "yaaah... udahaaan..."
Ada pengalaman lain dengan nama panggilan..?