05 Maret 2020

Strategi Bersaing Di Bidang Kuliner

Pertanyaan : Apa saja strategi kita agar bisa bersaing di bidang kuliner?

Jawaban :
Usaha di bidang kuliner, pondasinya adalah citarasa.

Citarasa merupakan kerjasama dari semua yang diterima panca indra yakni perasa, penciuman, perabaan, penglihatan, dan mungkin pendengaran. Atribut makanan hendaknya dapat dinikmati rasanya, aromanya, penampakannya, teksturnya, suhunya dan bila memungkinkan suaranya saat dikunyah.

Penerimaan tentang rasa sangat subyektif, beda orang beda selera. Jadi langkah selanjutnya adalah menentukan target pasar. Mau ke mana, ke siapa produk itu ditawarkan. Pasar baby boomers umumnya suka yang simpel dan kuat unsur kenangan akan masa lalu. Akan berbeda dengan kalangan milenial yang cenderung suka makanan berpenampilan rame dan rada nyeleneh.





Bila menyasar kalangan bawah, harga murah adalah wajib. Tak masalah ambil margin tipis asal perputarannya cepat. Konsumen level ini juga tak terlalu banyak menuntut fasilitas sehingga investasi awal tak harus besar. Di Jogja, Burjo Andeska adalah contoh warung indomie andalan anak kos yang omset sehari mencapai 7 juta dan mempekerjakan 16 karyawan.

Perlu investasi lumayan bila targetnya menengah ke atas, karena buat mereka kuliner bukan sekedar soal makan tapi juga life style. Selain cita rasa, kualitas, pelayanan dan pemilihan lokasi perlu mendapat perhatian lebih. Untuk kasus ini anda bisa berkaca pada Starbucks.

Di jaman medsos hampir menjadi segala-galanya, menjadi viral adalah promosi terbaik. Mendesain interior dan tampilan makanan seinstagramable mungkin adalah cara alami agar pelanggan tertarik berswafoto lalu membagikannya ke follower medsos pribadinya.

Ingin lebih cepat, berikan insentif. Misal diskon sekian persen untuk pembeli yang posting swafoto di warung atau bersama produk. Agar subsidi diskon tidak terlalu jadi beban, tambahin saja syarat ketentuan berlaku misal pembelian minimum, diskon berlaku hanya untuk produk tertentu, follow official account medsos produk, dll dll

Pajang foto-foto menarik dan berkualitas di medsos atau website produk. Bila perlu bayar fotografer profesional, khususnya bila melayani penjualan online atau delivery order.

Jangan sepelekan kekuatan ojek online. Saya pernah menemukan penjual es di seputaran Ambarrukmo. Lokasi warungnya nyelempet di gang sempit agak susah ditemukan. Belum pernah saya lihat ada pembeli tapi selalu ramai oleh pasukan berjaket hijau. Saya tak sempat menanyakan omset tapi secara kasat mata hasilnya lumayan hanya dengan strategi es-nya tampil cantik di aplikasi ojol.



Selain itu, generasi milenial juga suka penasaran dengan produk bernama unik bin ajaib. Untuk sekedar membuka pasar dalam jangka pendek, cara ini bisa diterapkan. Orang Jawa bilang sagropyokan doang. Jadi tanpa didukung citarasa dan kualitas makanan serta pelayanan yang terus dijaga, ga pake lama bakal ditinggal pelanggan.

Kayaknya sih begitu, semoga membantu. Terima kasih.
Salam, rwn

Repost dari Quora

0 comments:

Posting Komentar

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena