Ga enak dengan teman yang suka kasih PR bikin tulisan bertema jarang bisa aku kerjakan, sekarang aku coba deh nulis secara serius. Ini tugas dari pak guru PMP (eh masih ada gak sih pelajaran PMP..), bapak Keven. Beliau memintaku menuliskan cerita tentang Indonesia Raya dan penjabaran Pancasilanya. Tapi maaf kalo analoginya aku tidak bisa menggunakan gaya bahasa jurnalis apalagi puitis.
Semoga memenuhi syarat dan aku ga ngelantur lagi seperti biasanya.
Eng ing eng...
----
Indonesia tanah air beta...
Sebuah negeri yang masih terus mencari bug-bug program agar bisa menjadi tanah air yang full version. Begitu banyak biaya riset yang harus dikeluarkan karena harga sebuah program canggih berlisensi memang mahal. Sudah jadi resiko ketika sebuah negeri masih berversi trial. Banyak orang berusaha mencoba dan membuat ulasan sesuai latar belakang masing-masing.
Puas dan tak puas bukanlah aib untuk produk berlabel beta. Tindak lanjut oleh mereka yang merasa puas biasanya terbagi dalam dua hal. Sebagian begitu antusias dan berharap negeri ini segera terbebas dari segala pembatasan. Yang sebagian lagi merasa sayang membayar mahal secara relatif dan lebih suka mencari aplikasi crack untuk mencuranginya. Seolah mereka lupa bahwa crack itu seringkali disisipi virus yang bisa merusak program tanpa disadari. Efek domino akan terjadi. Kecurangan yang satu akan selalu diikuti kecurangan lain. Virus, worm, spyware, malware, korupsi, kolusi dan sebagainya akan semakin banyak mengganggu pengembangan program negeri beta ini.
Yang tak puas banyak belajar menjadi peretas. Keinginan merebut kendali program berkembang dalam dua versi tindakan. Yang pertama bergerak secara samar membuat berbagai macam virus untuk melemahkan negeri ini secara perlahan. Mereka menunggu popularitas operating system terpasang menurun di kalangan user, agar mereka bisa mempromosikan sistemnya sendiri dan mendapatkan pasar. Mungkin ini memang bisa berhasil. Kampanye kotor semacam ini secara jangka pendek bisa efektif untuk merebut kekuasaan. Namun secara mendasar, teramat besar kekuatan yang harus dimiliki untuk membangun kembali kultur yang terlanjur dirusak secara sistematis dengan metode pelemahan moral sebelumnya.
Merobohkan dasar pondasi seharusnya dilakukan setelah menyiapkan sistem lain yang sudah full version dan bebas bug. Kenyataan yang ada, sistem operasi dibongkar dan diganti dengan versi beta juga. Jadinya rakyat sebagai user selalu dipaksa untuk menikmati proyek trial error para penguasa yang baru. Tak jarang para pembuat program baru ini malah hanyut kedalam paradigma program lama dan melupakan tujuan semula mereka membuat virus agar bisa menjadi robinhood.
Golongan kedua memilih bergabung dengan komunitas open source yang tak memikirkan keuntungan pribadi. Mereka bisa membuat berbagai macam program yang handal dengan biaya gotong royong. Namun ketika sila pertama sudah diamandemen menjadi Keuangan Yang Maha Kuasa, segala ketulusan mereka selalu dipinggirkan dengan berbagai cara. Open source itu mahal namun tidak bisa dijadikan lahan basah bagi penguasa dan pengusaha, bagi pejabat dan penjahat.
Pandangan miring terhadap open source tak cuma menjadi milik pembesar. End user level terbawah pun lebih suka diracuni oleh para penguasa dan menganggap lebih asik nge-crack program trial daripada menggunakan program gratisan yang disiapkan oleh komunitas peduli negeri. Amandemen sila kedua Keadilan Sosial Bagi Seluruh Penguasa dan Kroninya juga berhak mereka nikmati. Sayang cara mereka meminta keadilan kadang berada di jalan yang keliru.
Kita dicekoki penguasa dengan amandemen sila ketiga yang berbunyi Mangan Ora Mangan Asal Kumpul. Akibatnya rakyat jadi gemar berkumpul tanpa perlu mikirin makan apa engga dan harus puas dihibur dagelan para wakilnya. Kenapa kita tidak milih ngumpul dengan komunitas open source untuk bergotong royong membuat program-program nyata untuk memperbaiki negeri ini. Sama-sama tidak makan tapi akan berbeda hasil akhirnya.
Banyak kearifan lokal yang bisa digali di negeri ini. Sayang kita lebih suka hidup dikotak-kotakan oleh konspirasi tingkat tinggi yang bersembunyi di balik tren. Sesuatu yang luhur dikatakan jadul. Yang masih mau menggali dibelokan ke arah yang keliru. Tuntutan akan negeri adil makmur selalu ditepis dengan buaian akan hadirnya sosok Ratu Adil tanpa kita dikasih kesempatan berpikir secara nalar. Kita hanya diam menunggu Satrio Piningit yang katanya masih bersemedi di ujung dunia. Lupakah kita bahwa dunia ini bulat dan tidak ada ujungnya..?
Bisa juga semua ini merupakan kesalahan dari numerologi sejarah suksesi rejim negeri ini. Rejim orde lama digantikan oleh orde baru di tahun 66. Orde baru tumbang dan orde reformasi berkuasa tahun 99. Bisa jadi angka yang sama membuat perjalanan sejarah juga berjalan di alur yang sama. Mungkin ini perlu juga dipikirkan oleh para pembuat program untuk memilih angka yang tepat saat mengganti sistem, agar sejarah bisa berbalik dan atas bawah sama sama nikmat. Misalnya pakai angka 69...
Duh kacaw...
Sampai sila 3 dulu aja deh
Ternyata masih susah nulis tanpa ngelantur...
Semoga memenuhi syarat dan aku ga ngelantur lagi seperti biasanya.
Eng ing eng...
----
Indonesia tanah air beta...
Sebuah negeri yang masih terus mencari bug-bug program agar bisa menjadi tanah air yang full version. Begitu banyak biaya riset yang harus dikeluarkan karena harga sebuah program canggih berlisensi memang mahal. Sudah jadi resiko ketika sebuah negeri masih berversi trial. Banyak orang berusaha mencoba dan membuat ulasan sesuai latar belakang masing-masing.
Puas dan tak puas bukanlah aib untuk produk berlabel beta. Tindak lanjut oleh mereka yang merasa puas biasanya terbagi dalam dua hal. Sebagian begitu antusias dan berharap negeri ini segera terbebas dari segala pembatasan. Yang sebagian lagi merasa sayang membayar mahal secara relatif dan lebih suka mencari aplikasi crack untuk mencuranginya. Seolah mereka lupa bahwa crack itu seringkali disisipi virus yang bisa merusak program tanpa disadari. Efek domino akan terjadi. Kecurangan yang satu akan selalu diikuti kecurangan lain. Virus, worm, spyware, malware, korupsi, kolusi dan sebagainya akan semakin banyak mengganggu pengembangan program negeri beta ini.
Yang tak puas banyak belajar menjadi peretas. Keinginan merebut kendali program berkembang dalam dua versi tindakan. Yang pertama bergerak secara samar membuat berbagai macam virus untuk melemahkan negeri ini secara perlahan. Mereka menunggu popularitas operating system terpasang menurun di kalangan user, agar mereka bisa mempromosikan sistemnya sendiri dan mendapatkan pasar. Mungkin ini memang bisa berhasil. Kampanye kotor semacam ini secara jangka pendek bisa efektif untuk merebut kekuasaan. Namun secara mendasar, teramat besar kekuatan yang harus dimiliki untuk membangun kembali kultur yang terlanjur dirusak secara sistematis dengan metode pelemahan moral sebelumnya.
Merobohkan dasar pondasi seharusnya dilakukan setelah menyiapkan sistem lain yang sudah full version dan bebas bug. Kenyataan yang ada, sistem operasi dibongkar dan diganti dengan versi beta juga. Jadinya rakyat sebagai user selalu dipaksa untuk menikmati proyek trial error para penguasa yang baru. Tak jarang para pembuat program baru ini malah hanyut kedalam paradigma program lama dan melupakan tujuan semula mereka membuat virus agar bisa menjadi robinhood.
Golongan kedua memilih bergabung dengan komunitas open source yang tak memikirkan keuntungan pribadi. Mereka bisa membuat berbagai macam program yang handal dengan biaya gotong royong. Namun ketika sila pertama sudah diamandemen menjadi Keuangan Yang Maha Kuasa, segala ketulusan mereka selalu dipinggirkan dengan berbagai cara. Open source itu mahal namun tidak bisa dijadikan lahan basah bagi penguasa dan pengusaha, bagi pejabat dan penjahat.
Pandangan miring terhadap open source tak cuma menjadi milik pembesar. End user level terbawah pun lebih suka diracuni oleh para penguasa dan menganggap lebih asik nge-crack program trial daripada menggunakan program gratisan yang disiapkan oleh komunitas peduli negeri. Amandemen sila kedua Keadilan Sosial Bagi Seluruh Penguasa dan Kroninya juga berhak mereka nikmati. Sayang cara mereka meminta keadilan kadang berada di jalan yang keliru.
Kita dicekoki penguasa dengan amandemen sila ketiga yang berbunyi Mangan Ora Mangan Asal Kumpul. Akibatnya rakyat jadi gemar berkumpul tanpa perlu mikirin makan apa engga dan harus puas dihibur dagelan para wakilnya. Kenapa kita tidak milih ngumpul dengan komunitas open source untuk bergotong royong membuat program-program nyata untuk memperbaiki negeri ini. Sama-sama tidak makan tapi akan berbeda hasil akhirnya.
Banyak kearifan lokal yang bisa digali di negeri ini. Sayang kita lebih suka hidup dikotak-kotakan oleh konspirasi tingkat tinggi yang bersembunyi di balik tren. Sesuatu yang luhur dikatakan jadul. Yang masih mau menggali dibelokan ke arah yang keliru. Tuntutan akan negeri adil makmur selalu ditepis dengan buaian akan hadirnya sosok Ratu Adil tanpa kita dikasih kesempatan berpikir secara nalar. Kita hanya diam menunggu Satrio Piningit yang katanya masih bersemedi di ujung dunia. Lupakah kita bahwa dunia ini bulat dan tidak ada ujungnya..?
Bisa juga semua ini merupakan kesalahan dari numerologi sejarah suksesi rejim negeri ini. Rejim orde lama digantikan oleh orde baru di tahun 66. Orde baru tumbang dan orde reformasi berkuasa tahun 99. Bisa jadi angka yang sama membuat perjalanan sejarah juga berjalan di alur yang sama. Mungkin ini perlu juga dipikirkan oleh para pembuat program untuk memilih angka yang tepat saat mengganti sistem, agar sejarah bisa berbalik dan atas bawah sama sama nikmat. Misalnya pakai angka 69...
Duh kacaw...
Sampai sila 3 dulu aja deh
Ternyata masih susah nulis tanpa ngelantur...
satria piningit seperti nya msh blm beranjak dr semedi nya,sementara ratu adil yg kita dambakan untuk memimpin negeri ini sosok nya masih remeng-remeng
BalasHapusbener pak,,nulis yang sedikit gak nyambung itu paling mudah :D
BalasHapusduuuuh, nulis mikir... hehehe... baca mikir kadang juga males. saluuuut....
BalasHapusbeginilah indonesia, bagai software bajakan disusupi virus
BalasHapusGa usah pake mikir pokonya komen aja ....jhaha
BalasHapusbinggung mau komen apa mas..
BalasHapushehe
komen pasif, yg penting gratis.
BalasHapusganyambung hoo :malus
Semua selalu muncul pada waktunya dan kemudian menyerang habis-habisan karena sebelumnya sudah perlahan.
BalasHapusMas Rawins isa aja istilan TIK dimasukan di sini, pembahasannya jadi lebih gimana gitu, hehehe
Semoga sang Ratu Adil alias Inspektur Vijay segera datang untuk memberantas Cracker-cracker negeri ini yo kang..
BalasHapusTapi kapan yo tekane?
Booooo,
BalasHapusTrus bikin antivirusnya piye yah T.T
bahasanya teknis banget haha. bener2 programmer sejati. salut :D
BalasHapusjiaaaaah pake angka 69 yang super keramat bin ajiiib tersebut.
BalasHapusdan angka tersebut patut menjadi sebuah open source dgn "gnu-pl"
haha...
BalasHapussaya tepuk tangan dulu ah..
ditunggu sila selanjutnya..
aku juga kena tag PR ini, tapi lagi gak bisa mikir ah
BalasHapus