31 Agustus 2012

Kereta Api Terakhir

#Semua Umur

Entah jiwa nasionalisku lagi kumat atau cuma inget masa lalu bersama TVRI aku tak tahu. Yang jelas sudah dua hari ini acara satu jam bersama google selalu mencari tema jaman perjuangan. Salah satu hasil googling yang menarik buatku adalah film Kereta Api Terakhir.

Waktu masih jaya-jayanya TVRI yang rutin memutar film perjuangan, film produksi PPFN bareng PJKA ini merupakan salah satu favoritku. Pandir Kelana sebagai penulis novel yang diangkat ke film ini memang sudah ga diragukan lagi kualitasnya. Beliau yang punya nama asli RM Slamet Danusudirjo ternyata pensiunan prajurit pejuang dengan pangkat terakhir Mayor Jendral. Pengalaman sebagai pejuang kemerdekaan dikolaborasikan dengan kapasitasnya sebagai rektor Institut Kesenian Jakarta gimana gak dahsyat penghayatannya. Ketika divisualisasi ke layar lebar, penyutradaraannya diserahkan Moechtar Soemodimedjo. Wajar bila hasilnya mampu mengaduk-aduk perasaan.

Saat nonton ulang di yutub kemarin pun, rasanya dalam dada masih sama seperti 30 tahun lalu. Bahkan lebih berasa nendang. Waktu aku kecil dulu, cuma ada rasa semangat dan terpingkal-pingkal saja. Baru sekarang aku bisa merasakan sisi romansanya antara Letnan Firman dan Retno yang ternyata salah orang. Dulu mana kepikiran dengan potongan cerita dewasa itu. Pengennya acara ngobrol dipotong disisakan pertempurannya saja.

Ada yang mak sreset dalam hati mendengar lagu-lagu yang menjadi soundtrack filmnya. Pas bener Gito Rollies membawakannya dengan suara serak-serak mendayu. Apalagi pada lagu Rindu Lukisan
Anjrittt, beneran melayang angan terhanyut suasana cinta di masa perang.


Alur kisah yang berlatarbelakang pelanggaran Perjanjian Linggarjati oleh Belanda itu sebenarnya teramat sederhana. Cuma cerita tentang perjalanan kereta api terakhir dari 5 kereta yang akan diselamatkan ke Jogja dari stasiun Purwokerto. Nasib kereta api terakhir itu tak sebaik 4 kereta yang diberangkatkan terlebih dulu. Karena kesiangan, kereta tersebut selalu dihalang-halangi Belanda dengan serangan pesawat mustang atau lebih dikenal dengan nama cocor merah.

Di masa itu kereta api merupakan tulang punggung transportasi darat. Sehingga wajar bila Belanda ingin merebutnya. Berkali-kali rel dibom agar kereta tak bisa mencapai Jogja. Dengan gigih pejuang kereta api memperbaikinya walau terus dihujani peluru. Terasa mengharu biru saat Mandor Sastro tertembak dan minta dikuburkan di bawah rel supaya melihat setiap kereta yang lewat.

Bolak-balik pula aku nyengir, seperti waktu Sersan Tobing dikasih hadiah gitar oleh Kolonel Gatot Subroto. Sersan Batak yang lihai nyanyi keroncong terbengong-bengong disuruh nyanyiin Gudril, musik tradisional Banyumasan yang biasanya diiringi gamelan atau calung. Atau waktu adegan pasar Kroya dibom. Pedagang nasi yang diperankan Mak Wok mencari-cari suaminya yang ngumpet. Ternyata bukan bersembunyi, melainkan lagi cukur rambut. Baru dapat separo tukang cukurnya kabur takut kena bom.

Ngakak parah di scene Stasiun Sumpiuh. Dapat berita dari Stasiun Kroya kalo gerbong terakhir bakal kebakar, pasukan pemadam disiapkan. Padahal gerbong yang terbakar sudah dilepas sebelum meledak. Lucunya dimana, simak saja potongan clip dibawah. Tapi maaf, buat yang kurang paham bahasa Jawa mungkin kurang najong.


Halah, ada panggilan tugas
Klik publish post dulu aja deh
Tar kalo mau dilanjut lagi ceritanya...

Read More

Kerja di Pedalaman

#17++

Ketemu teman lama di pesbuk yang nanya-nanya kerjaan katanya lagi nganggur. Nanyanya semangat banget tapi begitu aku bilang kerja di Kalimantan, dia malah mundur teratur bilang ogah.

Pemikiran semacam ini begitu sering aku temukan dari teman-teman di Jawa. Sudah mengakui kalo di Jawa susah buka usaha atau cari kerjaan dengan penghasilan memadai, tapi untuk mengadu nasib ke luar Jawa yang notabene luas peluang katanya enggan. Lebih susahnya lagi, mereka banyak yang pilih-pilih kerjaan sampai aku balik nanya, "niatnya cari kerja apa cari nafkah buat keluarga..?"

Apalagi setelah tahu lokasi kerjaku di pedalaman yang terisolir dari peradaban. Bukan cuma enggan yang muncul tapi juga rasa ketakutan. Bisa jadi informasi yang mereka terima cuma sepotong-sepotong dan lebih banyak berbau mitos. Makanya yang terkesan tentang Kalimantan adalah dunia biadab yang menakutkan. Tentang hal ini pernah aku tulis di jurnal Mitos Gadis Dayak.

Temanku juga bertanya, apa ga bete hidup jarang hiburan. Kalo yang dimaksud hiburan adalah dugem atau makan enak, ya jangan masuk hutan dong. Kota-kota disini kondisinya ga beda jauh dengan di Jawa. Cuma memang rada beda di tingkat keramaiannya saja. Ibukota kabupaten di pedalaman mungkin kalah rame dibanding kota kecamatan di Jawa. Tapi buatku pribadi sih ga masalah, karena buatku hiburan adalah soal suasana hati, bukan tentang keramaian.

Ada banyak nilai tambah yang aku dapatkan saat bekerja di pedalaman dibanding kerja di kota. Kebutuhan sehari-hari terutama makanan disini harganya lumayan tinggi. Biasa makan nasi kucing di Jogja 2000 perak kenyang, disini mie instan disiram air panas tanpa telur bisa 10 ribu. Makanya aku malas jajan atau makan di luar, toh kebutuhan makan sudah disediakan di mess karyawan.

Karena jarang turun ke kota, tiap bulan aku cuma dijatah 500 ribu oleh ibue Citra dan itu cukup orang paling beli sabun doang. Gaji dari kantor Jakarta langsung masuk ke rekening ibue lalu ibue transfer uang jajan itu ke rekeningku. Kalo posisinya dibalik, gaji masuk ke aku dulu bakalan ribet waktu kirim ke rumah, kecuali punya internet atau sms banking. ATM cuma ada satu dua itupun jauh di kota kabupaten. Sedihnya ATM sering error karena listrik mati atau internet putus atau uangnya kosong.

Selain makan, urusan cuci setrika pakaian juga sudah ada yang nangani. Saat pulang cuti pun tiket dan akomodasi pp ditanggung kantor. Ga perlu ribet lagi atau bingung dengan harga tiket yang melambung tinggi di saat-saat tertentu seperti lebaran misalnya. Jatah cuti ini bervariasi tergantung negosiasi saat tanda tangan perjanjian kerja. Ada yang dapat tiap 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan bahkan setahun pun ada. Aku sendiri dapat rooster 10 : 2 yang artinya tiap 10 minggu kerja aku dapat cuti 2 minggu. Soal nego ini pernah aku tulis di jurnal Negosiasi Kerja di Pertambangan.

Cuti semacam ini menguntungkan buat yang gemar traveling. Karena ga ngikutin pola liburan umum, aku bisa damai jalan-jalan bareng keluarga di luar musim liburan. Ini lumayan menekan biaya karena jalanan tidak macet, tarif hotel dan harga makanan juga dalam posisi low cost. Perlu diingat, pekerja semacam aku setiap cuti selalu mengidap sindrom pulang kampung. Maunya jalan-jalan melulu. Lihat makanan apa rasanya enak. Jadi boros kalo keluyuran saat peak season.

Dikelilingi hutan

Fasilitas hiburan di site memang terbatas. Tapi bukan berarti harus bete. Sarana olah raga biasanya jadi standar di mess karyawan walau sekedar meja pingpong atau lapangan badminton. Sinyal hape yang timbul tenggelam bisa disubsidi silang dengan internet yang lumayan ngebut. Sinyal wifi bertebaran sampai ke mess.

Pokoknya tanpa harus keluar site, hiburan sebenarnya cukup. Kecuali memang hobi dugem itu sih beda lagi. Warung-warung jablay selalu ada di sekitar site tambang dengan kualitas ala kadarnya. Kalo pengen yang keren, mau ga mau harus turun ke kota besar. Tapi buatku sama juga bohong. Sudah biayanya mahal, perjalanan ke Banjarmasin makan waktu 6 jam dari sini. Niat buang sebel, hasilnya ga sebanding dengan pegelnya. Mendingan ngeblog yang halalan toyibah deh.

Rasa ga enak paling kerasa adalah jauh dari keluarga. Ketemu anak istri 3 bulan sekali. Namun buatku masih lebih bagus ketimbang kerja di luar negeri yang baru bisa pulang paling cepet 2 tahun sekali. Sudah ngempetnya lama, pulang ngongkos sendiri. Lebih ga enak lagi begitu sampai rumah malah dipanggil "om" oleh anaknya. 
Hiks...

Teman seperjuangan

Bawa keluarga pun ga masalah. Namun keluarga ga boleh dibawa ke mess, jadinya harus ngontrak rumah bayar sendiri. Kecuali yang punya jabatan tertentu memang ada tunjangan untuk itu. Ngontrak di kota bayarnya mahal. Ngontrak deket site nyamuknya minta ampun dan harus bisa menyiapkan istri agar mau tinggal di tepi hutan. Apalagi kalo istri sudah begitu akut ketergantungannya kepada listrik. Paling tidak harus nyiapin genset karena disini listrik sering banget padam. Padahal BBM disini susah didapat dan harganya bisa sampai 10 ribu per liter.

Tingginya biaya hidup dan minimnya prasarana membuat wacana bawa keluarga aku coret dari catatan. Itung-itungannya jadi sama saja dengan aku tinggal dan kerja di Jawa dengan gaji 2 juta. Posisi sekarang kayaknya paling tepat karena niatnya kumpul-kumpul dana untuk masa depan anak-anak. Kerja di Kalimantan yang standar penghasilannya lumayan dan keluarga hidup di Jogja yang biaya hidupnya murah meriah.

Sudah aku timbang-timbang enak dan enggaknya. Sampai saat ini masih lebih banyak manfaat ketimbang mudharatnya. Soal harus ngempet kebutuhan biologis itu sih sudah resiko yang sebanding dengan hasil yang didapat. Toh soal itu sudah ada jalan keluarnya dari petuah super Mario Mumet. Di rumah, istri adalah tangan kanan suami. Saat di hutan, tangan kanan adalah istri bagi suami. 
Sesat...

No komen

Tak perlu bersedih. Toh aku tidak sendiri. Banyak teman-teman senasib seperjuangan yang selalu mendendangkan balada sabuners. Sampai-sampai doa mau mandi juga termodifikasi dengan sendirinya. Lindungilah kami dari godaan setan yang berbusa...

Halah...
Dah ah, mulai ngelantur gak jelas
Maap, sindrom pengen cuti mulai menginfeksi

Read More

30 Agustus 2012

Terima Kasih Daihatsu

#Semua Umur

Punya istri jagoan memang menyenangkan. Aku jalan berdua Citra saja sudah kewalahan mengatasi pecicilannya. Namun ibue bisa kemana-mana nyetir sendiri tanpa ada teman. Herannya, di jalan raya ibue mampu mengatasi segala kerepotan bawa 2 bayi bandel yang ga bisa diam. Tapi kalo mau masuk rumah, nyerempet pagar jadi langganan. Waktu aku tanya kenapa, dengan damai dijawab, "kan ada asuransi..."

Awal puasa lalu bodi mobil ibue tergores pagar lagi yang lumayan mengganggu pemandangan. Dibawa deh mobilnya ke dealer Daihatsu Jl Magelang untuk diperbaiki dengan tanggungan asuransi. Seminggu kemudian ibue laporan kalo mobilnya dah kembali mulus. Tapi console box dekat rem tangan pecah seperti dicoak.

Rada aneh memang. Ngecat bodi luar tapi interior sampai rusak walau sedikit. Sempat komplen, namun cuma ditanggapi dingin. Susahnya anak-anak keburu rewel sehingga ibue pulang dan melanjutkan komplen lewat telpon. Karena tidak ada tanggapan juga, aku bantu komplen melalui websitenya Daihatsu sekitar pertengahan puasa. Sampai lewat lebaran belum ada tanggapan juga, aku kirim email lagi yang intinya ngasih tahu kalo aku mau menuliskan keluhan tersebut melalui media massa. Mohon agar keluhan tersebut jangan dianggap sebagai pencemaran nama baik.

Sorenya ibue nelpon katanya dari bengkel sudah menghubungi akan mengganti kerusakan tersebut tanpa biaya. Pihak Daihatsu mengatakan waktu aku kirim email pertama sudah mencoba menghubungi ibue tapi ga diangkat. Kata ibue, memang pernah ada miskol beberapa kali dari nomor lokal yang tidak sempat diangkat karena lagi nyetir. Ketika ditanya kenapa tidak nelpon lagi dilain waktu, petugas bengkelnya cuma bilang lupa.

Citra, si bandel jilid satu

Biarpun sampai molor sebulan, tapi tetap aku mau bilang terima kasih ke Daihatsu. Bagaimanapun juga, aku sudah hampir 12 tahun menggunakan merk tersebut. Mulai dari Zebra, Espass, Gran Max dan terakhir Xenia punya ibue, baru kali ini bermasalah dengan bengkel resminya.

Sekedar saran saja kepada pengguna produk tertentu. Saat komplain di bengkel resmi level bawah tidak mendapat respon, tak perlulah ngotot buang energi sampai marah-marah. Cukup hubungi kantor pusatnya melalui website. Warisan budaya feodal memang kadang masih melekat erat di pelayan masyarakat kita. Sehingga biar cepat direspon, apa-apa harus dari atas. Semoga petugas bengkelnya cuma ditegur saja dan ga sampai dapat sanksi administratif.

Cipta, si bandel jilid dua

Pokoknya aku ucapkan terima kasih ke Daihatsu atas responnya walau agak telat. Yang penting jangan tiru kebiasaan ibue Citra deh. Memang benar mobilnya diasuransikan dan ga perlu bayar. 
Tapi pagar rumah kan enggak...


---update 300812/10:20
jurnal ini bukan ikutan kontes

atau dibuat dibawah tekanan apalagi penyuapan
murni lagi belajar misuh-misuh dengan gaya lebih santun
terima kasih...
Read More

29 Agustus 2012

Kehabisan Ide


#Semua Umur

Ada teman yang mengeluh kena hiatus akut dengan alasan ga punya ide. Sebuah alasan yang menurutku mengada-ada. Manusia hidup 24 jam sehari, begitu banyak pengalaman yang ditemukan setiap detiknya. Tak mungkin manusia kekurangan ide, bila satu helaan nafas saja bisa kita jadikan kalimat.

Mungkin akan lebih tepat bila dikatakan tak mampu mengembangkan ide itu menjadi satu atau dua kalimat. Kalo ini alasannya buatku teramat manusiawi. Otak itu bagaikan mesin yang harus rutin dihangatkan agar selalu siap pakai. Mendiamkan mesin beberapa hari membuat oli turun, sehingga saat dibutuhkan harus pemanasan lagi.

Berkaitan dengan ide dan penyalurannya, otak itu ibarat segelas kopi yang harus selalu dikosongkan dengan cara menulis. Bila jarang dialirkan, ide akan mengendap seperti ampas kopi. Semakin lama kita diamkan, ampas akan semakin banyak. Sehingga ketika ide-ide baru dituangkan ke dalam gelas, tak bakalan bisa muat banyak bahkan tumpah dari otak yang kebanyakan ampas.

Faktor lain yang membuat ide tersumbat adalah soal idealisme. Buat aku yang motivasi ngeblog hanya untuk buang unek-unek, beban membuat jurnal tak terlalu berat. Karena cuma menceritakan keseharian yang bisa dituangkan mengalir apa adanya.

Masalahnya banyak teman yang begitu idealis dan merasa apa yang tertulis di blog haruslah sesuatu yang baik-baik saja. Akibatnya banyak ide terbuang atau malah tak sempat nulis karena kehabisan waktu untuk memilah menimbang itu baik apa enggak.

Aku pribadi tak pernah merasa terbebani ketika cerita sesuatu yang di mata orang lain jelek atau bahkan tabu. Toh semua orang tau kalo manusia itu tak mungkin selamanya baik. Mau ditutup-tutupi kayak apa juga ga bakalan orang percaya kalo aku 100% tak pernah salah. Yang penting tidak memprovokasi orang untuk berbuat jahat, bagiku sudah cukup.

Bukan bermaksud berburuk sangka. Tapi saat melihat blog yang semua isinya indah ga ada remang-remangnya sedikitpun, aku kadang malah memvonis dalam hati kalo pemilik blog tersebut orangnya jaim. Buatku hidup bukanlah kurikulum sekolahan yang berisi hal-hal ideal dalam kehidupan.

Jujur sikap jaim sering juga muncul dalam benak. Namun selalu aku tepis biar lebih kelihatan membumi dan manusiawi. 

Kalo kata Mario Mumet mungkin begini. 
Banyaklah belajar agar menjadi manusia sempurna. 
Tapi karena manusia memang tidak ada yang sempurna
Jadi buat apa kita belajar..?
#Lempar panci...

Jangan hiatus mulu ya
Aku kesepian di hutan kalo ga ada teman
Bebaskanlah otak agar tidak ada ide yang terbuang
Caranya mungkin bisa seperti yang pernah aku tulis di jurnal Jadilah Anak Kecil

Tetap Semangat
Merdeka..!!!

Read More

28 Agustus 2012

Ruang Tamu


#Semua Umur

Ngomongin toko dan ruang tamu di komen jurnal kemarin, aku jadi inget ada beberapa temen yang mengeluh susah mem-follow blog ini. Walau proses following itu bisa dilakukan dari dashboard blogger, rupanya temen itu merasa ribet dan maunya lewat widget di page.

Aku memang kurang suka kalo blog terlalu rame kebanyakan tempelan. Biar kata internetku yang nebeng kantor ini lumayan kenceng, tapi aku inget kaya apa rasanya ketika jadi fakir benwit. Sedih bener kalo nemu blog yang kaya pasar malam. Mau klik tombol close, isinya menarik. 

Menghindari teman yang merasa teraniaya itulah mengapa aku bikin blog yang seminimalis mungkin. Buatku blog adalah ruang tamu. Kayaknya kejam bener kalo saudara mau silaturahmi harus ngebuka gerbang berat berkarat, ada anjing galak plus barikade kawat berduri. Pengennya yang datang silakan nyelonong tanpa hambatan tanpa harus membedakan orang kaya ataupun fakir miskin dalam urusan koneksi.

#Tapi kan orang kadang pengen berkreasi bikin website sebagus mungkin...

Itulah sebabnya kenapa ruang tamu ini aku bikin di subdomain blog. Domain utama rawins.com nya aku jadikan ajang latihan ngedit web keren. Memang berat pakai flash, tapi apa peduliku orang disana merupakan ruang keluarga yang tidak dikhususkan untuk tamu. Pengunjung boleh saja masuk kesana. Tapi ga perlu komplen loadingnya lama dsb. Karena sekali lagi, itu ruangan pribadi yang sengaja aku bikin semau gue.

#Aku kan pengen cari uang jajan dari blog...

Ya, aku juga pernah melakukan itu. Namun aku tak mau menyatukan toko dengan ruang tamu atau ruang keluarga. Dulu aku bikin toko khusus pakai domain rawins.net yang sekarang sudah ga aku perpanjang lagi. Secara pribadi aku merasa kurang sreg ketika ruang tamuku dipake jadi tempat jualan. Yang paling sering aku lakukan hanyalah memasang pamflet atau ngasih tau teman tentang tokoku di sebelah rumah saat menceritakan sesuatu yang berhubungan dengan dagangan.

Bukan idealis
Aku cuma ingin memilah-milah aktifitasku sesuai tempatnya. Tak nyaman rasanya menerima tamu di toko atau kamar tidur ataupun sebaliknya. Orang berkunjung tentu punya maksud tertentu sesuai tempat yang dituju. Ada sebagian orang yang merasa kurang nyaman saat salah tempat walaupun pemiliknya sama. Kalo pun ada yang berkenan mengunjungi toko atau ruang pribadiku setelah berkunjung ke blog, itu bukan masalah. Makanya saat berkunjung kemana-mana, tak pernah aku tinggalkan kartu nama toko dan cuma kasih alamat ruang tamuku.

Namun ini cuma prinsip pribadi, bukannya menyalahkan orang jualan di ruang tamu. Pendapat orang kan beda-beda dan itu sangat aku hargai. Toh bikin blog yang berat juga banyak manfaatnya. Minimal dia telah beramal baik menjadikan orang lain bisa makbul doanya. 

Kan orang teraniaya doanya lebih didengar Tuhan...
Pinjem kata Aa Gym, betul tidak...?



Read More

27 Agustus 2012

Pesbuk Dibajak


#Bimbingan Orang Tua

Barusan lihat status temen yang manusiawi banget, pesbuk gue dibajak...

Di dunia nyata saja bajak membajak, colong menyolong, tipu menipu dan kawan-kawannya begitu sering terjadi. Apalagi di internet khususnya Indonesia Raya yang bisa dibilang sebagian besar usernya gaptek. Aku berani bilang gaptek, karena melihat kenyataan bahwa persiapan mereka sebelum menggunakan internet sangat minim.

Punya letop plus modem atau malah hape doang sering dianggap sudah cukup. Padahal yang lebih penting dipersiapkan adalah logika dalam otak dan norma di hati. Tak perlu sampai belajar IT, asal punya dua dasar itu insya allah bisa nyaman hidup di dunia bebas itu. 

Keamanan data ga perlu terlalu dipikirkan. Karena menyimpan atau mengirim sesuatu di internet sama saja kita sudah menyerahkan kepada orang lain. Saat menggunakan jaringan dedicated atau co location server canggih sekalipun, tetap saja kita nebeng di tempat orang.

Ketika kita hapus foto di pesbuk misalnya, siapa yang jamin foto itu beneran terhapus dari server. Bisa saja hanya menghilang dari akun kita tapi fotonya sendiri masih tersimpan di hosting. Aku rasa semua itu juga berlaku untuk email, blog atau file hosting lainnya. Jangan tanya apa gunanya file atau email kita buat mereka. Kita tak pernah tahu business plan provider. Namun melihat perkembangan jaman saat ini, prospek bisnis terbesar adalah data. 

Contoh paling gampang saat aku mau donlot bokep yang mengisyaratkan login menggunakan alamat email. Tak perlu menunggu lama, email yang didaftarkan tersebut langsung kebanjiran spam iklan. Berani aku simpulkan website saru itu cuma alat untuk mengumpulkan alamat email sebanyak mungkin untuk kemudian dijual kepada pengiklan.

Tentang pembajakan email lebih lengkap pernah aku tulis di jurnal Email Dibajak...

Kalo pesbuk, ngapain dibajak segala..?
Jangan dianggap pembajakan pesbuk cuma dilakukan oleh abg iseng. Para pengeruk duit haram dunia maya mulai mengincar akun orang yang dianggap berpengaruh di kalangan teman-temannya. Modus yang paling sering dilakukan setelah nyolong akun adalah membuat status habis membeli barang atau ikutan apa dan memuji-mujinya. Dari sekian banyak teman, pasti ada yang tertarik. Mereka akan digiring untuk menghubungi siapa plus embel-embel dikatakan saudara atau teman dekat. Mereka bakal percaya banget karena yang ngomong kan temen baik yang ga punya reputasi jelek. Main transfer saja tanpa konfirmasi darat atau minimal per telepon ke pemilik akun sebenarnya.

Mencuri akun tuh ga perlu sampe kaya hacker di film yang nyusup ke servernya pesbuk. Bikin saja aplikasi sederhana untuk chat misalnya. Waktu mau make, orang pasti masukin username dan password kan..? Apakah user sadar kalo username dan passwordnya bisa dikirim secara otomatis ke server pembuatnya dijadiin koleksi. Jadi hati-hatilah saat memilih aplikasi semacam itu. Minimal melihat reputasi developernya.

Modus lain adalah dengan cara memanfaatkan kekatrokan user alay. Kayaknya sering banget aku nemu orang lagi nyari-nyari cara ngehack pesbuk. Nurut aja waktu dia digiring ke website phising yang katanya bisa dipake ngebajak. Syaratnya sama, harus masukin username dan password. Alhasil bukan dia yang ngebajak orang, malah akunnya sendiri yang dibobol maling.

Masih banyak sih cara lainnya. Cuma dah mulai pegel ngetiknya. Sama pegelnya dengan membaca status teman yang aku maksud diawal cerita. Gimana ga pegel bacanya, kalo sebulan sekali dia pasti nulis status yang sama. 

Jadi temenku itu sebenarnya cowok. Tapi pasang foto kartun cewek dan nama yang meragukan namun orang cenderung menganggapnya cewek. Dengan kelamin gadungan itu dia gampang cari temen cewek yang cakep-cakep walau cakepnya juga mungkin gadungan juga. Kalo sudah menemukan target yang sekiranya cocok untuk mengakhiri kejombloannya, dia akan kirim inbox bilang dia cowok plus nunjukin poto aslinya sekalian bilang ailapyu.

Setelah itu dia ga bakalan bikin status atau komen sana sini. Onlen cuma ngecek inbox doang, kali aja ada jawaban. Kalo diterima, dia bakal kembali ke wujud aslinya. Nah kalo ternyata ditolak, pasti akan muncul status pembelaan diri kayak gitu itu. 

Dan sekian lama waktu berjalan, dia belum juga kembali ke asalnya. 
Payah...

Sengaja aku buka akal bulus itu biar temen blogger waspada
Aku yakin temenku itu gak bakalan berani komplen
Orang dia ikut-ikutan aku kok...




Read More

Capcay


#Semua Umur

CAPTCHA alias Completely Automated Public Turing test to tell Computers and Humans Apart sebenarnya sesuatu yang mulia asalkan kita melakukannya dengan benar. Sayangnya buat kebanyakan orang termasuk aku, capcay ini justru jadi momok yang menyebalkan.



Saat menemukan blogger yang ga mau buang verifikasi kata, aku sering ngakalin hanya memasukan kata kontrol saja. Kata dummy ga dimasukin atau diketik asal. Memang cepet walau sebenarnya mengacaukan tujuan baik proyek re-captcha milik google ini.

Terlepas dari baik atau tidaknya proyek tersebut, buatku lebih banyak mudharat dari pada manfaatnya. Capcay blogger sekarang makin ribet. Mau komen pendek saja bisa sampai beberapa kali mencoba. Paling sedih kalo internet lagi lemot atau buka dari hape. Terasa bener penganiayaan teman ke orang yang mau bersilaturahmi. Efek buruk paling terasa adalah, aku jadi suka misuh-misuh sendiri ketika harus mencoba berulang kali.

Kalo alasannya mencegah spam, kayaknya tak sulit kita lakukan dari dashboard. Aku lebih menghargai yang memoderasi komen daripada yang pasang capcay. Orang mau berteman saja kok dibikin ribet. Fakta mengatakan, selama 6 tahun blog ini berdiri, tak banyak spam robot yang masuk. Kalopun ada adalah spammer manual yang dilakukan oleh manusia pencari backlink.

Masalah lain yang paling sering membuat aku gagal melewati capcay adalah kebiasaan ngasih 3 titik di akhir ketikan. Soalnya itu refleks dan dilakukan tanpa disadari. Atau semacam sidik jari bawaan orok yang terjadi di alam bawah sadar. Orang Jawa mungkin mengatakannya sebagai sawan. Tapi bukan sawan celeng loh... 

Suka capcay apa enggak terserah masing-masing deh. Cuman sudah mulai kepikiran untuk mengeluarkan capcayer dari reading list. Terlalu kejam gak sih..?

Penjelasan teknis mengenai proyek capcay dan cara mengakalinya pernah aku tulis di jurnal Recaptcha...

Read More

26 Agustus 2012

Kurang Hiburan


#Semua Umur

Krisis keuangan yang melanda perusahaan batubara nasional -sebagaimana aku tulis di jurnal Batu Bara- sudah mulai terasa imbasnya. Karyawan yang biasanya siang malem ga punya libur, sekarang lebih banyak bengong di mess. Mau cari hiburan ke kota juga susah. Penggunaan BBM dan kendaraan sarana mulai dibatasi.

Hiburan satu-satunya cuma internet. Itupun dibatasi penggunaannya banyak web yang diblokir. Paling-paling kalo juragan-juragan lagi pada keluar site, blokirannya suka aku buka walau kadang jadi masalah. Aku ketiduran saat bos datang sehingga ketauan kalo internet dibebasin.

Memang ada tipi di ruang santai guesthouse. Sayangnya lebih banyak dikuasai oleh warga mess yang cewek. Tiap hari yang ditonton cuma sinetron, gosip atau acara masak-masakan. Makanya aku males nyamperin dan lebih suka nongkrong di kamar atau teras donlot pilem untuk ditonton sendiri.

Kalo ibu-ibu dah masuk kamar, biasanya tipi dikuasai rombongan pecinta bola. Ini lebih menyebalkan lagi. Brisiknya minta ampun pake acara teriak-teriak segala. Kalo dah keterlaluan dan bikin ga bisa tidur, biasanya aku keluar nendang antena biar gambarnya ilang.

Sekali dua kali manjur, lama-lama ketauan juga. Lagi muterin antena, ada temen yang lihat.

"Ngapain antena lo puter arah..?"
"Pusing gua. Gara-gara ngadep lapangan, tipinya bola mulu..."
"Kenapa lu arahin ke bengkel..?"
"Pengen nonton transformer..."
"Emang bisa..?"
"Ya bisa lah.."
"Kalo gitu arahin ke kamar mandi deh.."
#Lempar panci...

Begitulah ceritanya kenapa aku cuma bisa bengong 
Kalo ada yang ngobrolin acara tipi...

Read More

Dada Kecil

#17++

Lagi muterin google cari bacaan tentang badai tropis Isaac, malah nemu artikel Australia's 'small breast' ban. Sudah dari sononya namanya laki-laki, niatnya cari apa begitu nemu kata breast lagsung deh belok kanan maju jalan. Ga ngerti bahasanya juga maksa-maksain pake translitan google yang acak adut.

Bukan masalah ukuran yang menarik perhatianku. Namun tentang peraturan pemerintah Australia yang melarang perempuan berpayudara kecil main film dewasa. Ini menarik, karena biasanya hanya memberikan batasan umur 18 tahun saja. Penguasa negeri kanguru beralasan, perempuan berdada kecil terkesan kurang dari 18 tahun walau umur sebenarnya 20+. Ini berkaitan dengan pelarangan aktifitas pornografi anak-anak yang memancing pedofilia.

Batasan kecil ini tidak dikaitkan dengan ukuran bra. Melainkan dibandingkan dengan ukuran tubuh secara keseluruhan. Perempuan berukuran dada sama akan dikategorikan besar bila tubuhnya mungil dan yang badannya gede bisa dianggap kecil.

Soal aturan itu, aku sendiri sebodo amat orang itu milik negara tetangga. Aku tertarik membahas ini karena ingat budaya sebagian perempuan kita yang menganggap payudara besar lebih menarik. Beberapa kali obrolan semacam ini sempat mampir ke telingaku saat teman-teman cewek lagi ngumpul. Pernah pula aku temukan di log server, beberapa user cewek yang browsing di website tentang cara memperbesar payudara. Ada juga yang terus terang nanya pendapatku sebagai laki-laki akan ukuran payudara wanita dan ketertarikannya.

Ada kesan bahwa sebagian perempuan merasa minder memiliki ukuran mungil. Padahal bila meruntut ke alasan pemerintah Australia tersebut, ada satu keuntungan bagi pemilik dada kecil yang terkesan lebih muda dari umur sebenarnya. Ini pas bener dengan harapan umum kaum hawa yang ingin tampak awet muda.

Pemahaman ini yang kayaknya perlu disampaikan kepada mereka yang minder. Bagaimanapun juga postur default wanita asia memang tidak terlalu besar dibanding ras eropa misalnya. Entah siapa yang memulai menanam pemahaman kalau dada besar itu indah.

Kalo dibilang pengen kelihatan besar karena umumnya mungil, mungkin kita bisa berkaca ke perempuan Korea. Mereka doyan banget main permak tubuh melalui operasi plastik biar lebih indah. Namun lebih banyak bermain di wajah dan jarang banget yang mau membesarkan payudara. Padahal mereka juga masuk ras asia seperti kita.

Bagaimana nih tanggapan dari ibu-ibu blogger..?
Kalo bapak-bapaknya aku ga nanya dah...
Pasti mikirnya ngeres...
Kaya aku...

ga pake gambar
biarin dibilang hoax juga

Read More

25 Agustus 2012

Titip Sebel

#Bimbingan Orang Tua

Kesempatan turun ke kota dengan tanggungan kantor memang jadi harapan semua warga hutan termasuk aku. Lumayan bisa refreshing di tengah peradaban tanpa harus keluar banyak biaya. Namun dari sekian banyak kesenangan, tetap saja ada sisi yang menyebalkan. Salah satunya adalah kata titip.

Mending kalo temen cowok yang titip sesuatu. Ga seribet titipan temen cewek. Udah daftarnya panjang, pesenannya suka aneh-aneh. Barangnya bener, merknya bener, salah warna sedikit ngomelnya bisa sepanjang jalan kenangan. Paling males kalo ada yang titip beli pembalut. Biasanya aku tolak dengan halus, "boleh, tapi sekalian pasang ya.."

Trauma dengan titipan ibu-ibu sudah menginfeksiku sejak lama. Di rumah pun, suka batal keluar kalo ibue mendadak titip sesuatu. Bukannya ga sayang istri, tapi menghindari efek sampingnya. Contohnya waktu ibue titip beli cabe. Beneran aku dibikin pusing sama penjualnya.

"Beli cabenya sekilo, mbok.."
"Merah apa ijo..?"
"Merah..."
"Cabe keriting apa.."
"Yang rebondingan dah...%$#@%%"
#Mumet...

Masalah lain aku ga telaten dan ga bisa dalam hal tawar menawar. Berapapun pedagangnya bilang, segitu aku bayarin. Nyampe rumah pasti deh ada komentator dadakan. "Masa sih harganya segitu..?"

Menghindari masalah, aku ga ke pasar tapi ke mall yang ga pake nawar. Eh, masih salah juga, "pantesan rajin disuruh-suruh. Sekalian cuti mata ya..."

Pengalaman lain pas ngajak anak-anak renang. Maksud hati bikin ibue seneng, bayar apa-apa bisa setengah harga banderol. Melihat tulisan "Tiket 15 ribu per orang" di loket, aku bilang, "Lima ribu boleh ga, mbak..?"
"Boleh, tapi airnya bawa sendiri dari rumah..."
#Sakiiit...

Sejak saat itu aku kapok untuk tawar menawar lagi.

Eh, ada lagi teman yang lebih nyebelin waktu tau aku mau turun ke kota. 
Mau berangkat ga ngongkosin, pulang minta oleh-oleh...
#Berasa jadi jaelangkung...

gambar hanya ilustrasi
credit to google

Read More

Perjalanan Memanjang

#Bimbingan Orang Tua

Tengah malem dapat instruksi untuk ke Banjarmasin cari vendor radio. Kebetulan ada teman yang mau ke Sucofindo, jadi bisa nebeng mobilnya. Urusan teman butuh waktu beberapa hari sedangkan aku sehari dah beres. Sebenarnya bisa saja aku nungguin, itung-itung refreshing numpang dugem mumpung turun ke kota. Sayangnya usia kalender teramat berpengaruh ke kondisi dompet. Makanya aku putuskan balik ke hutan duluan naik bus.

Dan kalo sudah bicara tentang sarana transportasi di Kalimantan, cuma ada satu kata yang cocok untuk menggambarkannya. Menyebalkan, itu saja. Biasa di Jawa bus lewat tiap menit, disini pemberangkatan tiap 2 jam sekali. Di terminal sejak jam 3 dapatnya bus yang jam 8 malem.

Nyari-nyari moda lain, nemu travel avanza yang jalan jam 6 dengan tarif 2 kali lipat lebih. Sambil nunggu boarding, iseng-iseng jalan keluar terminal. Niatnya pengen potong rambut mumpung lagi di kota. Masuk deh ke salon kecil deket situ, tapi buset antriannya lumayan panjang.

Tapi gapapalah nunggu agak lama sekalian cuci mata daripada bengong di terminal. Namun rasanya ada yang kurang beres di situ.

"Mba, potong rambut berapa..?"
"Potong aja 25 ribu, plus pijit nambah 10 ribu, plus lain-lain bisa nego.."
"Hmmm, kalo gitu pijit doang boleh..?"
"Boleh, tapi dicekek..!!"

Aku pun pilih balik ke terminal. Eh, masih ditanya, "ga jadi mempercantik diri..?"
"Ga ah, mahal ke salon. Mending pake sotosop. Gratis..." jawabku sekenanya sambil ngeloyor keluar. Ga enak banget, mantan chopet begini dibilang cantik.


Begitu travel datang, aura negatif kayaknya masih menyelimuti. Firasat 6 jam perjalanan ini bakal terasa lebih panjang mulai muncul melihat kenyataan aku kebagian duduk di jok paling belakang. Garansi pasti kesemutan karena dengkulku bakal overdosis ga bisa selonjor kejeduk jok depannya.

Bayangan ga enak lainnya terasa ketika melihat yang duduk di depanku ibu-ibu beraroma minyak angin dan bapak-bapak bermulut monyong. Beneran ramalan nasib yang jitu. Sepanjang malam aku kedinginan karena si ibu ga mau nutup jendela dengan alasan kalo ga kena angin bakal mabuk. Penderitaan ditambah dari knalpot mobil yang pindah ke monyong si bapak, ngerokok ga berenti-berenti. Ditegur baik-baik jawabannya ga pernah ganti, "mulut asem, mas..."
Asem, mulut lo bau ketek..!!!

Di sebelahku duduk cewek ABG yang kesan pertamanya begitu ramah dan bisa jadi pelipur lara. Namun dalam 10 menit perjalanan, pikiranku mulai berubah kalo ini bakal jadi tambahan penderitaan. Ternyata bukan sekedar supel, tapi juga super cerewet dan alay abis.

Keinginan bobo manis sepanjang jalan setelah semaleman melek dan sepanjang siang berpanasan gagal total. Mulutnya ga punya rem dan pedal gasnya konslet ga bisa dikecilin dengan bensin full tank. Ada aja yang diceritain ga mau tau pendengarnya mengangguk-angguk ngantuk pasang tampang mumet tingkat kabupaten. Dijawab asal jeplak biar gantian bete, masih nyambung lagi nyambung lagi.

"Mas kok kaya artis yang dipenjara itu ya.."
"Pokalis kangen band maksutloh..?"
"Yah kok Andhika sih, kaya Ariel tau..."
"Hmmm, pantesan barusan aku dicolek cewek cakep.."
"Tuh kan dibilang juga apa. Dimana, mas..?"
"Di pesbuk.."
"Eh ga boleh gitu. Cowok itu harus setia. Ibaratnya cewek itu kartu, cowok itu hape. Tanpa kartu, hape ga ada apa-apanya.."

Sementara hening...
Aku ga jawab. Karena dalam hati lagi ngomong, "ga tau sekarang hape china lagi musim kali ya. Double simcard, neng.."

Kirain dah mau stop. Eh, mulai lagi. "Mas harus sayang ke pacar, jangan jadi pleboi. Kaya cowokku tuh setia banget."
"Emang cowok setia dan pleboi apa bedanya..?"
"Ya beda banget lah.."
"Sama-sama cowok, sama-sama punya otak, punya hati, punya dompet, punya gagang..."
"Ih jorok. Cowok setia itu bla bla bla..." Panjang banget sampe males nginget-ingetnya.


Sedih amat ya. Udah bangkotan beranak 3 masih diceramahin anak bau kencur. Padahal ga sepanjang itu kali penjelasannya. Orang definisi cowok pleboi buatku cuma, suka mengingat cewek lain saat tidur bareng istri. Kalo cowok setia tinggal dibalik, suka inget istri kalo lagi tidur dengan cewek lain...

Halah, malah kebawa ngaco...
Pokoknya begitulah sepintas kilas penderitaanku sepanjang perjalanan malam ini. Andai kata ada yang berkenan memberi satu permintaan, mungkin aku cuma mau minta lakban...

Wassalam...

#gambar hanya ilustrasi
credit to google & masdimboy





Read More

24 Agustus 2012

Menebar Aib

#Bimbingan Orang Tua

Jurnal kemaren tentang Super Moom ditanggapi oleh seorang teman di chat pesbuk. Teman yang teramat baik itu bertanya akan keyakinanku tentang ucapan adalah doa. Kalo memang aku meyakini, kenapa aku suka ngomong sembarangan di blog. Tentang aku, keluargaku dan keseharianku. Tidak kah aku takut bila celoteh itu dianggap doa yang kemudian ternyata makbul.

Aku balik bertanya, pernahkah membuka syarat dan ketentuan berlaku di page Disclaimer blogku. Di situ aku tuliskan bahwa semua yang tercatat dalam jurnal-jurnalku adalah pemikiran spontan saat aku duduk di depan laptop. Apa yang lewat dalam otak itu yang aku ketik. Jujur aku sulit menuliskan sesuatu yang telah ditentukan temanya. Itulah sebabnya seringkali jurnalku ga nyambung antara awal dan akhirnya. Karena semuanya mengalir apa adanya. Menyimpan tulisan yang belum kelar untuk dilanjutkan nanti pun jarang bisa aku lakukan. Moodnya sudah beda sehingga ga terasa nendang lagi.

Blog ini merupakan catatan dari sebagian kecil perjalanan hidup yang akan, tengah dan telah aku jalani. Oleh sebab itu, ada dua hal pokok yang menjadi ide, yaitu harapan dan kenyataan. Harapan adalah keinginan tentang masa depan, sehingga wajar isinya bagus dan selalu optimis. Kenyataan adalah sesuatu yang telah terbuka didepan mata, sehingga isinya campur aduk beraneka warna dari yang terang, remang-remang sampai penuh kegelapan.

Tak kujadikan blogku ini sebagai bahan tutorial sebagaimana kurikulum di sekolahan. Dimana text book itu memang berisi sesuatu yang ideal dalam kehidupan. Padahal kita semua tahu bahwa dalam realita hidup tidak semua bisa kita lakukan.

Temanku berkomentar lebih lanjut. Katanya aku sering cerita sesuatu yang memalukan dan itu sama saja dengan membuka aib sendiri.

Suer aku tak tahu. Mungkin benar aku suka memamerkan borok sendiri di muka umum. Namun bagiku, parameter mempermalukan diri sendiri itu teramat relatif tergantung darimana kita memandangnya. Orang lain boleh mengatakan aib, tapi niatku hanya ingin jujur mengakui bahwa kehidupan itu tak selamanya indah. Secara pribadi, aku malah mengganggap aneh bila aku selalu cerita tentang kesuksesan hidup, keluarga yang senantiasa bahagia, anak-anak yang tanpa cela dan sebagainya. Masa sih aku sehebat itu, bila manusia selevel nabi saja pernah melakukan kesalahan..?

Pola hidup hemat : titip ngasuh ke patung..

Aku balik nanya lagi. Kalo memang aku suka menebar aib, kenapa masih saja nongkrong di blog ini..? Cuma butuh komen balik kah..? Teman itu menjawab, "abisnya lu suka ngaco sih. Mayan buat hiburan daripada bete..."

Nah, akhirnya dapat syafaat juga dia. Mungkin intinya disitu. Aku selalu berusaha untuk melihat segalanya dari sisi positifnya. Saat aku mendapat kesialan, bisa saja aku mewek tergalau-galau di tembok ratapan pesbuk. Tapi apa efeknya buat aku pribadi atau teman-teman dekat. Sudah tau lagi sedih, malah dikasih jempol. Laikdis, katanya.

Ketika aku ceritakan kesialan itu dengan gaya bahasa berbeda, walau aku tetap sedih banyak teman yang justru ngakak. Aku memahami betul kalo manusia itu cenderung suka menertawakan nasib buruk orang lain. Apa salah menghibur orang lain dengan kesedihan kita sendiri..? Toh saat melihat orang lain tertawa, setidaknya aku bisa ikut nyengir biarpun kecut.

Pengen juga sih berbagi motivasi seperti di jurnal orang lain. Tapi apa orang ga jenuh bila semuanya bicara dengan gaya menggurui..? Kayaknya lebih asik aku berikan umpan dengan keapesanku. Biar orang-orang yang berpikir positif bisa belajar dari situ agar tak bernasib buruk seperti aku. Bagaimanapun juga motivasi dari diri sendiri lebih efektif daripada petuah super Mario Teguh.

Pola hidup hemat : mandiin mobil sekalian nyuci anak

Aku memang lebih suka menceritakan pengalaman pribadi karena itu adalah fakta. Kalo aku maksa mendalil, walau secara aqli dan naqli 100% benar, bisakah aku mempertanggungjawabkannya orang semua itu cuma katanya. Pengalaman pribadi siapa yang bisa membantah. Seperti misalnya aku bilang tidur ngelonin panci. Orang mau komplen kaya apa juga egepe. Panci-panci gua ya terserah gua dong mau diapain juga...

Soal salah penafsiran dari orang lain ya terserah dia, otak-otak dia sendiri yang dipake mikir. Jangankan orang jauh, ibue Citra saja suka salah sambung dengan pemikiranku. Contohnya waktu aku ngaca trus bilang ke ibue, "bu, kalo dipikir-pikir aku ganteng juga ya..?"

Sekali-kali, pengen dong dipuji istri. Eh, malah jawabnya, "kalo dipikir sih iya. Tapi kalo dilihat kok enggak ya..?"

Dah ah...
Mulai ngaco
Tapi kira-kira begitu
Dan jangan lupakan satu hal
Pokoknya don't try at home deh...


Read More

23 Agustus 2012

Kurang Tidur


#17++

Perasaan ibue di rumah suka komplen kalo aku tidurnya kaya gedebok pisang. Terlalu kalem dan susah untuk dibangunin. Andalan ibue untuk bikin aku ngacir dari bawah selimut cuma Citra dan Cipta

Bukan aku pilih kasih antara ibu dan anak. Tapi gimana ga bangun kalo si Ncit lonjak-lonjak di atas perut atau si Ncip ngupilin idungku pake jempol kaki. Bandingin dengan ibue yang ngebanguninnya begitu lemah lembut, pake dipeluk, usap-usap rambut sambil berbisik-bisik "bangun yah... bangun..." 
Alhasil orangnya tambah pules, yang bangun malah yang lain...

Beda banget saat di mess. Tidurku begitu gampang terusik oleh suara-suara kecil seperti langkah kaki di depan kamar. Kacawnya, tetangga di kasur sebelah punya kebiasaan setel alarm di hape tiap pagi. Merknya sih ipun, tapi kalo denger suaranya yang kaya spiker mesjid, kayaknya ga juah-jauh dari barang china. Lebih kacau lagi, udah hapenya dua biji bunyi semua, yang punya hape ga pernah bangun dengan alarmnya sendiri. Aku timpuk bantal juga diem aja kaya bangkai. Sapa yang ga sebel..?
Penampakan yang punya dosanya tuh yang di gambar diatas.

Rada riweuh kalo habis begadang sampai subuh. Aku kalo sudah telanjur bangun suka susah tidur lagi biarpun baru merem sejam. Makanya kurang tidur sudah jadi langganan disini. 

Mending kalo begadang karena kerjaan. Ga bakalan dibilang bang haji tiada artinya. Soalnya ada lagi masalah serupa tapi tak sama dengan tetangga sebelah kasur yang lain. Sipatkay bunting ini memang ikut sebel dengan kasus alarm katrok tiap pagi. Tapi dia ga nyadar kalo sepanjang malam selalu gangguin orang tidur. Ngoroknya dahsyat persis excavator PC400 kehabisan oli di tanjakan.

Mending kalo cuma ngorok doang. Ini mah pantat juga ikut berorasi sepanjang malam. Mana kamar ber AC lagi. Kan jadi mulek tuh aroma terasinya. 

Biar kerasa nendang, cobalah berpartisipasi membayangkan indahnya jadi korban pelengkap penderita dari siksa kubur orang tidur nungging, ngorok kenceng sambil knalpot prat pret prot. 

Supaya lebih menghayati, silakan perhatikan penampakan dibawah. 



Orang-orang kayak gini enaknya diapain ya..?


Read More

22 Agustus 2012

Super Moom

21++

Gara-gara kalo cerita suka asal nyeplos, beberapa teman suka nanya di chat "hati-hati istrimu baca..." Atau kalo abis ngomongin jorok sok dibilang, "aku bilangin ke ibue Citra lho..."

Aku merasa tak ada yang perlu ditutup-tutupin di blog. Orang ibue Citra juga suka onlen kalo anak-anak sedang ga rewel. Memang ga pernah komeng di blogspot karena ibue pake multiply. Ga tau setelah multiply mengusir blogger, dia mau pindah kemana. Yang pasti ibue selalu mengikuti kemana jejak langkahku.

Ada juga teman yang komplen, kenapa yang diceritain anak-anak melulu. Ibue dikemanain..?
Biar ga dibilang ngelupain ibue, aku kenalin deh di jurnal kali ini.

Pertama kali aku kenal di multiply. Sebagai pleboi terkenal, banyak dong fans cewek. Maksudnya aku yang menggemari, bukannya mereka jadi penggemarku. Jadi tenar karena seminggu sekali ganti cewek. Bukan ganti setelah aku bosen, melainkan karena ditolak mulu dan tak ada harapan untuk meraihnya. Untung ketemu MPers yang khilaf dan mau diajak mempererat tali silaturahmi. Lalu ketemu di bandara Jogja dan sebulan berikutnya menikah.

Oh ya, namanya Fitri. Tapi lebih suka dipanggil Pipit. Dengar-dengar sih karena ibue suka dengan burung pipit. Awalnya ga aku permasalahkan. Namun mengingat dia satu-satunya yang mau menikah denganku, aku jadi berpikir lain. Jangan-jangan mau denganku ada kaitannya dengan hobinya sebagai penyuka burung pipit. Mau ga mau aku kan sedikit terlecehkan karena aku merasa punya burung garuda.


Makanya setelah menikah dan mulai berpacaran, aku panggil ibue sebagai Ayang. Selain terkesan sedikit romantis, itu memang panggilanku ke semua cewekku sejak jaman dahulu kala. Menggunakan panggilan itu, minimal bisa menepis anggapan orang lain kalo aku banyak penggemar. Teman-teman dekat menganggapku sayang banget ke istri, karena tiap telpon bunyi selalu nyebut lawan bicara "yang.. ayang.." Selain itu aku kan suka ngelindur. Jadi aman kalo pas mendadak ada mantan lewat dalam mimpi dan aku panggil-panggil sementara ibue ada di sebelah.

Sayang itu tak berlangsung lama. Setelah Citra lahir aku mulai membiasakan diri memanggil ibu dan menyebutnya sebagai ibue Citra. Aku ga mau seperti anak tetangga. Gara-gara ibunya manggil suaminya "mas", anaknya jadi ngikut manggil bapaknya "mas" juga.

Ibue Citra orangnya enjoy, easy going dan ga neko-neko. Ga ngeyelan, mudah diajak berkompromi dan terbuka termasuk untuk ngomongin sesuatu yang ga enak. Aku jadi terbawa apa adanya dan ga suka menutup-nutupi sesuatu. Mungkin dari sekian banyak kelebihannya, yang paling aku sukai adalah keterbukaannya. Kalo soal buka-bukaan yang lain sih jangan tanya lagi.


Kekurangannya banyak. Secara postur kurang tinggi, jadinya banyak nyuruh-nyuruh kalo mau ambil sesuatu di atas lemari. Badannya juga mungil, makanya kalo alemannya kumat suka minta gendong. Iri kali lihat anaknya kalo ngambek suka aku gendong. Soal cerewet itu mah udah bawaan ibu-ibu yang ga perlu dipertanyakan lagi. Malah jadi asyik ga pernah kesepian. Juga jadi irit ga perlu beli radio.

Hobi banget masak dan selalu pas dengan seleraku. Terbukti setiap kali nanya masakannya enak apa enggak, aku selalu jawab "enyaaakkk..." Walau mungkin sambil sedikit melotot nahan asin atau pedes. Jarang banget ngambek. Kalo pun ngambek gampang sekali sembuh kalo diajak jalan-jalan. Apalagi kalo tanggal muda. Pernah juga ngambeknya sampe meledak dan mau banting hape. Tapi namanya istri yang ngerti prinsip ekonomi, waktu samsung ace nya dah siap berantakan tiba-tiba melihat nokiyemku yang 200 rebuan ada di meja, hapenya disakuin lagi pilih hapeku yang dibanting. Meminimalisir kerugian, katanya.


Telaten dan pinter ngurus anak-anak. Walau cuma hidup bertiga dengan 2 bayi, ibue ga mau ambil asisten. Katanya sih biar lebih menghayati peran seorang ibu yang penuh kasih tanpa boleh mengeluh. Lagian ibue tau sifatku yang suka kekanakan. Takutnya kalo ada bebisiter, aku ikut diurusin juga. Pokoknya salut abis deh sama ibue untuk urusan ngurus anak. Termasuk ngurus anak yang kemana-mana aku bawa.

Di mataku ibue adalah wonder woman yang jadi anugrah terbesarku. Begitu mandiri mengurus segalanya mengingat aku pulang tiga bulan sekali. Aku saja kalo disuruh jalan berdua Citra pake mobil suka kewalahan. Ibue bisa kemana-mana nyupir sendiri bawa Citra dan Cipta. Urusan nyetir, ibue memang jagonya. Terasa banget manfaatnya kalo pas jalan keluar kota dan mataku ngantuk. Saat kopi atau minuman energi sudah tak mampu memelekkan mataku, aku minta saja ibue yang nyetir. Tak perlu sampai 10 menit mataku kembali sehat dan mengambil alih kemudi daripada sport jantung.


Kayaknya dah cukup deh. Nyeritain ibue bisa ga habis tiga hari tiga malam. Dan apapun itu, segala kelebihan dan kekurangannya selalu bisa dikompromikan untuk melengkapi kelebihan dan kekuranganku. Intinya aku bangga punya ibue yang baik hati, tidak sombong dan gemar belanja.

Satu hal yang tak pernah aku lupakan adalah prinsip pengabdian cintanya yang begitu tulus di mataku. Setiap kali aku mengajaknya bicara yang kurang enak, aku selalu bertanya, "apakah rasa cintamu jadi berkurang karena masalah ini..?"

Jawabnya adalah, "mungkin rasa benciku memang bertambah. Namun tak membuat cintaku jadi berkurang..."
Addaaawww...

Beruntung banget aku bisa memilikimu
Walau mungkin buatmu musibah
You are my all, ibu...


#dontraiethum...





Read More

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena