#Semua Umur
Sudah sebulan belakangan ini, kondisi di tempat kerja makin terasa carut marut. Manajemen konflik yang seharusnya bisa berjalan malah menjadi konflik manajemen yang berimbas ke karyawan level bawah. Dunia usaha yang identik dengan profesionalisme digerogoti politik kepentingan dengan membentuk kubu-kubu yang kadang berbau rasial. Semua pihak merasa benar tak ada yang mau mengalah.
Beralih ke dunia maya, konflik yang hampir sama terjadi di istri keduaku berjudul multiply. Walau kondisinya berbeda tapi aromanya sama. Semua pihak saling tuding menganggap dikorbankan.
Menjelang tidur, kadang aku sisakan sedikit waktu untuk memikirkan itu. Dalam angan suka ada keinginan agar dunia ini tak terlalu majemuk. Semua dibuat digital yang hanya mengenal 0 dan 1. Cukup ada hitam dan putih agar setiap orang mudah untuk menentukan pilihan secara gamblang tak terganggu warna abu-abu.
Namun bila dikembalikan ke hakikat kehidupan, dua pilihan bukanlah sesuatu yang ideal. Perlu ada pihak ketiga sebagai pembanding atau penyeimbang walau kadang jadi pengganggu. Suasana remang-remang juga seringkali diperlukan sebagai bentuk kompromi antar dua kubu yang saling bertentangan. Lagipula, memandang alam semesta yang hanya memiliki warna hitam dan putih pasti terasa menjemukan.
Saat menemukan kondisi berkubu-kubu semacam itu, biasanya aku lebih suka minggir ketimbang hanyut dalam euforianya. Lebih aman biarpun sering dicap tidak peduli. Manusia memang makhluk sosial yang perlu berinteraksi dalam solidaritas. Namun ada satu hal yang seringkali terlupakan, yaitu toleransi.
Saat orang terjebak dalam suasana semacam itu, biasanya ego diri dan kelompok menjadi dominan. Menerima pendapat pihak lain seringkali sulit untuk dilakukan. Padahal setiap pihak pasti ada benar dan ada salahnya. Disitulah fungsi pihak ketiga yang diharapkan bisa menelaah kesana kemari tanpa berpihak. Tidak ikut campur bukanlah berarti masa bodoh dengan keadaan. Melainkan mencoba berpikir jernih di tengah kekeruhan.
Entahlah...
Manusia memang terlalu beragam. Ketika masih saja ada yang memaksakan segalanya menjadi seragam, masalah semacam itu akan selalu terjadi. Yang selalu aku yakini adalah dunia selalu berputar. Yang di atas suatu saat akan di bawah. Begitu juga sebaliknya. Mencoba tak berpihak menurutku lebih baik daripada menjadi plin plan menjilat siapa saja yang saat itu di atas. Dibilang golput tak jadi masalah. Toh segala pilihan pasti ada resikonya.
Yang jelas...
Mencoba merenungkan warna kehidupan malah membuatku sejenak melupakan pekerjaan. Entah kesurupan apa, sepanjang waktu mengutak atik gimp atau photoshop mencoba membuat perbandingan tentang hitam putihnya dunia.
Disitulah untungnya jadi IT
Ga peduli lagi iseng ngebuang bete
Asal ngadepin laptop dianggepnya lagi kerja
Hidup ini terlalu indah untuk dibikin mumet
Nikmati sajalah, teman...
nikmatilah...nikmatilah
BalasHapusapalagi sih yang bisa membuat hidup ini terasa indah..?
HapusKerren tuuh potonya..!!
BalasHapuswaduh si dede berbaju merah di anata hitam dan putiih..
Ayo kita menikmati hidup yang indah ini..
asal jangan merah putih aja
Hapustar agustusan dikerek di tiang bendera, hehe
Tulisan di awal serius amat. Belakangan mulai cuap-cuap aslinya. Aku gak bisa loh nulis kayak gini, ilustrasinya juga keren abis. Salam untuk mbek #loooh
BalasHapusudah bawaan bayi kali mi...
Hapusgausah berusaha merubah apa yang sudah jadi jati diri deh...
diam dan maklum adakalanya perlu Kang, ketimbang ikutan bersuara tapi justru malah membuat ruwet suasana
BalasHapuseh aku kok pingin yo menikmati suasana kandang kambing seperti di tempate sampeyan?
ya cuma itu yang jadi dasar prinsipku. mendingan golput timbang plin plan, hehehe
Hapuskapan ke jogja tak anter ke kandang...
Membuang Bete yang keren tuh, otak-atik potoshop dan bikin central obyek potonya jd berwarna sementara backgroung di buat hitam putih..
BalasHapus#solidaritas cenderung diperuntukkan utk yang sepihak dan toleransi diberikan pada yg berbeda pendapat....demikiankah maksdnya?
namanya di tengah hutan mau ngapain lagi
Hapusmau cuci mata jalan kemana
paling banter cuci muka ke sungai
wach, tema tulisannya kok hampir sama kayak punya saia soal hitam putih...,, hahaha..,, ngga pa² dech om rawins duluan yang posting...,, punya saia masih 3 hari lagi keluarnya..,, hehee...,,
BalasHapuskok bisa sih ngempet ide sampe 3 hari
Hapuswong aku nulis baru setengah, selang sejam disuruh nerusin juga dah bubar tuh ide
bukan ngempet ide...,,
Hapusitu udah kesimpen di draft kok...,, cuman keluarnya nunggu antrian khan udah di schedule kayak ide om rawins dulu..., hehehee.....,;D
hehehe kebiasaan ngejurnal seminggu sekali ya..?
Hapussing penting aja pada tawuran bersenjata nang tempat kerja. mbok ana tragedi sampit maning....:iluvindonesah:
BalasHapushowalah...
Hapusdisini kalo tawuran pake alat berat lik
kaya transformer deh
caranya gimana Om bikin foto hitam putih gitu? sepertinya di situ sering ada konflik ya Om,
BalasHapushihihi... cuma modal croping dan mask doang kok
Hapussaya belum komentar kok tulisannya "komentar anda sudah muncul" ya... wah... nepotisme nih...
BalasHapusitu berarti amal ibadah anda bagus bung
Hapushehehe
pilihan hidup adalah keniscayaan, menikmati hidup adalah keindahan
BalasHapuskonflik kantor manusia inyong gak mudeng kang,
karyawanku laper juga gak pernah demo, karena kantorku di depan kandang truwelu hehehe
makane paling damai mbalik ke kandang mbek ketoknya
Hapuskalo demo pasang spanduk gapapa
asal jangan mogok kawin aja dah
two thumb for this photos....
BalasHapussaya suka dengan hasil karyanya mas...
halah cuman editan kasar iseng doang kok
Hapusterkadang diam adalah berlian...
BalasHapusemas mah kalah
*senyum2 mandang ncit ama ncip*
*abaikan embek dan yg pegang*
ngebayangin jadi mbek ya..?
Hapushaha pisss