11 Agustus 2012

Hitam Dan Putih


#Semua Umur

Sudah sebulan belakangan ini, kondisi di tempat kerja makin terasa carut marut. Manajemen konflik yang seharusnya bisa berjalan malah menjadi konflik manajemen yang berimbas ke karyawan level bawah. Dunia usaha yang identik dengan profesionalisme digerogoti politik kepentingan dengan membentuk kubu-kubu yang kadang berbau rasial. Semua pihak merasa benar tak ada yang mau mengalah.

Beralih ke dunia maya, konflik yang hampir sama terjadi di istri keduaku berjudul multiply. Walau kondisinya berbeda tapi aromanya sama. Semua pihak saling tuding menganggap dikorbankan.

Menjelang tidur, kadang aku sisakan sedikit waktu untuk memikirkan itu. Dalam angan suka ada keinginan agar dunia ini tak terlalu majemuk. Semua dibuat digital yang hanya mengenal 0 dan 1. Cukup ada hitam dan putih agar setiap orang mudah untuk menentukan pilihan secara gamblang tak terganggu warna abu-abu.

Namun bila dikembalikan ke hakikat kehidupan, dua pilihan bukanlah sesuatu yang ideal. Perlu ada pihak ketiga sebagai pembanding atau penyeimbang walau kadang jadi pengganggu. Suasana remang-remang juga seringkali diperlukan sebagai bentuk kompromi antar dua kubu yang saling bertentangan. Lagipula, memandang alam semesta yang hanya memiliki warna hitam dan putih pasti terasa menjemukan.


Saat menemukan kondisi berkubu-kubu semacam itu, biasanya aku lebih suka minggir ketimbang hanyut dalam euforianya. Lebih aman biarpun sering dicap tidak peduli. Manusia memang makhluk sosial yang perlu berinteraksi dalam solidaritas. Namun ada satu hal yang seringkali terlupakan, yaitu toleransi.

Saat orang terjebak dalam suasana semacam itu, biasanya ego diri dan kelompok menjadi dominan. Menerima pendapat pihak lain seringkali sulit untuk dilakukan. Padahal setiap pihak pasti ada benar dan ada salahnya. Disitulah fungsi pihak ketiga yang diharapkan bisa menelaah kesana kemari tanpa berpihak. Tidak ikut campur bukanlah berarti masa bodoh dengan keadaan. Melainkan mencoba berpikir jernih di tengah kekeruhan.


Entahlah...
Manusia memang terlalu beragam. Ketika masih saja ada yang memaksakan segalanya menjadi seragam, masalah semacam itu akan selalu terjadi. Yang selalu aku yakini adalah dunia selalu berputar. Yang di atas suatu saat akan di bawah. Begitu juga sebaliknya. Mencoba tak berpihak menurutku lebih baik daripada menjadi plin plan menjilat siapa saja yang saat itu di atas. Dibilang golput tak jadi masalah. Toh segala pilihan pasti ada resikonya.

Yang jelas...
Mencoba merenungkan warna kehidupan malah membuatku sejenak melupakan pekerjaan. Entah kesurupan apa, sepanjang waktu mengutak atik gimp atau photoshop mencoba membuat perbandingan tentang hitam putihnya dunia.



Disitulah untungnya jadi IT
Ga peduli lagi iseng ngebuang bete
Asal ngadepin laptop dianggepnya lagi kerja

Hidup ini terlalu indah untuk dibikin mumet
Nikmati sajalah, teman...

26 comments:

  1. Balasan
    1. apalagi sih yang bisa membuat hidup ini terasa indah..?

      Hapus
  2. Kerren tuuh potonya..!!
    waduh si dede berbaju merah di anata hitam dan putiih..

    Ayo kita menikmati hidup yang indah ini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. asal jangan merah putih aja
      tar agustusan dikerek di tiang bendera, hehe

      Hapus
  3. Tulisan di awal serius amat. Belakangan mulai cuap-cuap aslinya. Aku gak bisa loh nulis kayak gini, ilustrasinya juga keren abis. Salam untuk mbek #loooh

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah bawaan bayi kali mi...
      gausah berusaha merubah apa yang sudah jadi jati diri deh...

      Hapus
  4. diam dan maklum adakalanya perlu Kang, ketimbang ikutan bersuara tapi justru malah membuat ruwet suasana

    eh aku kok pingin yo menikmati suasana kandang kambing seperti di tempate sampeyan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya cuma itu yang jadi dasar prinsipku. mendingan golput timbang plin plan, hehehe

      kapan ke jogja tak anter ke kandang...

      Hapus
  5. Membuang Bete yang keren tuh, otak-atik potoshop dan bikin central obyek potonya jd berwarna sementara backgroung di buat hitam putih..

    #solidaritas cenderung diperuntukkan utk yang sepihak dan toleransi diberikan pada yg berbeda pendapat....demikiankah maksdnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. namanya di tengah hutan mau ngapain lagi
      mau cuci mata jalan kemana
      paling banter cuci muka ke sungai

      Hapus
  6. wach, tema tulisannya kok hampir sama kayak punya saia soal hitam putih...,, hahaha..,, ngga pa² dech om rawins duluan yang posting...,, punya saia masih 3 hari lagi keluarnya..,, hehee...,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. kok bisa sih ngempet ide sampe 3 hari
      wong aku nulis baru setengah, selang sejam disuruh nerusin juga dah bubar tuh ide

      Hapus
    2. bukan ngempet ide...,,
      itu udah kesimpen di draft kok...,, cuman keluarnya nunggu antrian khan udah di schedule kayak ide om rawins dulu..., hehehee.....,;D

      Hapus
    3. hehehe kebiasaan ngejurnal seminggu sekali ya..?

      Hapus
  7. sing penting aja pada tawuran bersenjata nang tempat kerja. mbok ana tragedi sampit maning....:iluvindonesah:

    BalasHapus
    Balasan
    1. howalah...
      disini kalo tawuran pake alat berat lik
      kaya transformer deh

      Hapus
  8. caranya gimana Om bikin foto hitam putih gitu? sepertinya di situ sering ada konflik ya Om,

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi... cuma modal croping dan mask doang kok

      Hapus
  9. saya belum komentar kok tulisannya "komentar anda sudah muncul" ya... wah... nepotisme nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu berarti amal ibadah anda bagus bung
      hehehe

      Hapus
  10. pilihan hidup adalah keniscayaan, menikmati hidup adalah keindahan
    konflik kantor manusia inyong gak mudeng kang,
    karyawanku laper juga gak pernah demo, karena kantorku di depan kandang truwelu hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. makane paling damai mbalik ke kandang mbek ketoknya
      kalo demo pasang spanduk gapapa
      asal jangan mogok kawin aja dah

      Hapus
  11. two thumb for this photos....
    saya suka dengan hasil karyanya mas...

    BalasHapus
  12. terkadang diam adalah berlian...
    emas mah kalah

    *senyum2 mandang ncit ama ncip*
    *abaikan embek dan yg pegang*

    BalasHapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena