18 Agustus 2012

Barang Tuhan Bagi Rata


#Semua Umur

Selama ini bila mendengar kata batubara, orang akan mengatakan duit yang ga ada serinya. Anggapan semacam itu membuat banyak orang beramai-ramai memasuki bisnis batubara. Dari yang bermodal kuat buka produksi sampai makelar modal dengkul yang tak jarang berakhir penipuan. Tak kurang-kurang kalangan selebriti juga banyak yang ikut terjun. Belum lagi di lapangan, Mulai dari bos alat berat sampai kelas preman kampung ikut berebut. Tak salah kalo ada yang mengatakan batubara merupakan akronim dari barang tuhan bagi rata.

Tapi namanya roda dunia selalu berputar mengikuti hukum ekonomi. Ketika semua orang ikut menggali tanpa kendali, semenjak awal tahun harga batubara semakin menurun. Dari harga 120 USD per ton tahun lalu, kini sudah menyentuh angka 80 USD.

Produksi batubara nasional 3 bulan pertama tahun ini mencapai 102 juta ton lebih. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya hanya 90 juta ton. Di perusahaan tempatku bekerja saja, 3 bulan lalu produksi sudah melewati angka 300 ribu ton perbulan dari angka 50 ribu ton di tahun sebelumnya. 

Dampaknya lumayan hebat. Batubara menumpuk di stockpile karena bila maksa dijual harganya sudah dibawah biaya produksi. Aktifitas tambang mulai diturunkan, bahkan dihentikan sama sekali. Nasib ribuan karyawan dari ratusan perusahaan tambang tergantung kekuatan modal perusahaan. Sudah banyak perusahaan tambang yang merumahkan sebagian karyawannya.

Semua ini mungkin hanya sementara. Namun kuharap bisa sedikit membuka mata hati pengusaha dan penguasa. Setiap hari jutaan ton batu bara diangkat dari perut bumi Kalimantan. Namun pengembalian ke masyarakat lokal teramat minim. Pembangunan tidak merata, listrik byarpet, BBM susah didapat dan infrastruktur lainnya teramat mengenaskan bila dibandingkan dengan pulau Jawa.

Tak terbayangkan apa jadinya dengan Kalimantan bila batubara sudah habis dikeruk. Jika saat masih menghasilkan duit saja kehidupannya serba susah. Mengherankan sekali bila kita tak bisa berkaca kepada China yang memiliki cadangan batubara terbesar nomor 3 di dunia. China tak mau menggali batubaranya sendiri dan lebih suka beli ke Indonesia yang cadangan batubaranya hanya di urutan ke 16.

Demi keuntungan jangka pendek kita mau saja dipaksa secara halus untuk menjual murah batubara kita ke China. Kepikiran tidak bila suatu saat cadangan kita habis dan bisnis batubara dikuasai Amerika, Rusia dan China. Apa mungkin kita bisa beli dengan harga murah bila mereka sudah jadi pemain monopoli..?

Aku pikir ada baiknya juga bila perusahaan batubara banyak yang gulung tikar. Tak masalah aku harus pulang kampung daripada miris melihat kehidupan masyarakat lokal pemilik kekayaan sebenarnya hidup apa adanya. Sementara juragan-juragan tambang hidup mewah di Jakarta.

Kapan penguasa negeri ini menyadari semua ketimpangan itu..?



32 comments:

  1. jika di pikir2 lagi emang bener sob, banyak orang yang terus menerus mengambil batu bara dari perut bumi . Namun pengembalian ke masyarakat lokal sangatlah minim. dan merekapun tidak sadar akan dampak perbuatan mereka terhadap negeri ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tiada habisnya kalo ngomongon penguasa
      otonomi daerah cuma membentuk raja raja kecil di daerah dan tidak mengarah ke perbaikan ekonomi rakyat
      entahlah...

      Hapus
  2. Suka dengan tulisan ini, terasa tulus. Sy pikir tak banyak pekerja seperti mas Rawins yang ikut memikirkan nasib masyarakat lokal .... Baru tahu kalo Jupe ikut bisnis batu bara juga ... yang saya pernah liat di TV: Yuni Shara

    Blognya manis mas Rawins, kirain tadi salah masuk rumah apalagi gambarnya Jupe ada di situ :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. manisnya batubara membuat orang beramai-ramai kesana
      sampe lupa kalo terlalu banyak makan yang manis bisa bikin bibir jontor

      Hapus
  3. wow, fakta yg mencengangkan -.-" yg beli batubara justru peringkatnya lbih tinggi ketimbang yang njuali, Indonesia blm spenuhnya merdka Om ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga tau harus gimana dengan nasib masyarakat pedalaman
      di jawa bensin naik 1500 dah pada bakar bakaran kantor pemda
      disini rakyat kecil damai-damai saja beli bensin 10ribu perliter
      orang jawa hidupnya disokong penuh oleh orang pedalaman tapi lebih biadab

      Hapus
  4. Keadaan seperti itu pun terjadi di bumi Cenderawasih ini.
    Masyarakat lokal hampir tak tersentuh dan merasakan nikmatnya hasil bumi mereka sendiri.
    Ah, sudahlah. Pemerintah yang mengaturnya dan kita hanya bisa gigit jadi :|

    BalasHapus
    Balasan
    1. selalu timpang
      namun ketika mereka minta memisahkan diri, langsung kebakaran jenggot menjual nasionalisme

      Hapus
  5. kejadian hampir serupa juga terjadi di dekat saya ketika perusahaan tambang terkemuka sedang menggaruk emas dari perut bumi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayaknya harus diboikot biar mereka yang di jawa kelimpungan, om...
      coba kalo batubara distop pengirimannya biar pltu di jawa ga bisa jalan
      kira kira mereka akan merasa senasib dengan saudara yang di luar jawa atau malah ribut bakar bakar kantor pln..?

      Hapus
  6. kalau sudah begini entah siapa yang goblok...
    bila penguasa dan pengusaha berkolaborasi, tikus pun bisa kalah rakusnya, entah mau jadi apa bangsa ini nantinya.... :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. masyarakat hutan yang semula hidup dalam harmoni, keseimbangannya dipecah tanpa diksih kesempatan mempersiapkan diri. secara tidak langsung orang lokal diajarin konsumerisme membabi buta dan diarahkan jadi preman

      Hapus
  7. kalau sudah begini tinggal nunggu kehancuran kalimantan mas, 50-100 tahun lgi entah masih ada atau tidak propinsi kalimantan ya, padahal sya pengin kerja di perusahaan kelapa sawit di kalimantan...ugh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. pengerukan kekayaan yang tiada akhir
      dulu dibabat hutannya, kemudian dikeruk isi buminya
      masih mending yang kemudian ditanami sawit
      kebanyakan dibiarkan gersang karena reboasasi yang ala kadarnya

      Hapus
  8. hubungane karo jupe anu apa maning? rika bali cilongkrang ra? nyong ra mudik kiye mbok gawakna mendoan ngeneh lah

    BalasHapus
    Balasan
    1. jupe juragan tambang siki lik...
      ora bali kebagian ngerondani server

      Hapus
  9. terlalu banyak yang manis2 nanti sakit tenggorokan ya mas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. gara gara berbuka dengan yang manis kali ya..?

      Hapus
  10. manusia mengexplore sumber daya cenderung suka merusak, seharusnya batu bara yg tak terjual, balikin lagi dong ke alam :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. kaitannya sama duit, bro...
      susah kalo dah urusan beginian

      Hapus
  11. Minal aidin wal faidzin.. Mohon Maaf Lahir dan Batin yah sob...

    BalasHapus
  12. Kapan ya...
    Eh om, Jupe ke tambang tempat kerjamu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wong dia sekarang jadi bos tambang kok. duwe tambang dewe

      Hapus
  13. Sepertinya mereka sadar. Tp tidak peduli. Kpn lg bs mendapat uang bnk saat mrk hy ongkang2 kaki di jkt sana?
    Ekonomi patologis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangankan ke orang lain, om
      ke karyawan site juga perhatiannya kurang

      Hapus
  14. Hari ini makan apa besok makan siapa, gitu mengkali motto juragan sampeyan.
    Seperti lagu lama, yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin

    oh ya gbr photo di atas keliahatan kayak bawa batu bara berat nian ya kang….hhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. dimana mana orang bisnis mikirnya gitu
      kuncinya ada di pemegang regulasinya yang ternyata malah memanfaatkannya jadi ladang bisnis tambahan
      kalo yang difoto mah bawa batu yang bisa bikin hati membara...

      Hapus
  15. apa mungkin batubara harus dikenakan bea keluar ya seperti berlakunya bea keluar utk bijih besi....?
    batu tuhan bagi rata,,kayaknya ga benar2 merata...
    :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga taulah,sob...
      pemegang regulasinya saja ga pernah jelas dalam pengawasan di lapangan. setiap aturan selalu saja ada celah yang bisa dimanfaatkan

      Hapus

Sebelum membaca jurnal ini mohon untuk membaca Disclaimer dari Blog Rawins. Memberikan komentar dianggap telah menyetujui Disclaimer tersebut. Terima kasih

© 2011 Rawin, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena